Postingan ini lahir dari buah request beberapa teman, daripada konferensi pers satu-satu, moreless sama seperti yang saya tulis berikut, jikala ada pertanyaan monggo aja 🙂 . Sebenarnya, agak susah untuk menceritakan tips dan trick hingga akhirnya mendapatkan salah satu beasiswa Erasmus Mundus. Soalnya modalnya sebenarnya cuma nekat yang elegan. Apa itu nekat yang elegan? Nekat yang tidak sekedar asal nekat, tapi nekat disertai bekal untuk menuju ke peperangan yang baik. Well, singkat cerita beasiswa yang benar-benar fully funding dari pemerintahan Uni-Eropa ini cukup dilirik banyak mahasiswa-mahasiswi yang ingin menjadi bagian dari scholarship hunter. Terbukti saat sosialisasi beasiswa Interweave Erasmus Mundus di kampus ITS animo mahasiswa cukup besar, sampai harus dipindah ke ruangan yang lebih besar untuk menampung banyaknya mahasiswa yang “penasaran” dengan beasiswa yang konon bergengsi ini. Erasmus+ sendiri dari banyak program (ada Action 1 dan Action 2), dan salah satunya adalah program yang saya ikuti ini yaitu Interweave (Action 2). Mengenai detail prosedur dan syarat apa saja yang harus dipenuhi silakan langsung baca di link resmi Interweave ya, disini. Dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Erasmus+ silakan kepo disini.
Mungkin akan saya bahas secara umum mengenai perjuangan meraih beasiswa, karena sebelum mendapat Interweave Erasmus Mundus (Master Exchange Program), saya juga mendapatkan beasiswa BPPDN Dikti untuk sekolah S2 saya di ITS. Singkatnya, saya mengalami sekolah Master selama 3 tahun :D, 2 tahun di ITS dan di tahun ketiga ini akan menjadi hal yang luar biasa bagi saya, karena pertama kali keluar negeri dan ke Eropa pula, dapat beasiswa Erasmus Mundus pula. Syukur alhamdulillah yang berlipat-lipat karena karuniaNya yang tak terbatas ruang dan waktu 😀 . Oke langsung aja, saya tulis tips and tricks berdasarkan pengalaman saya menjadi scholarship hunter.
1. Iqro’ (Rajin Membaca)
Sebagaimana ayat yang pertama kali turun ke bumi adalah “Iqro'”(Bacalah..), maka itulah yang pertama kali harus kita lakukan yaitu membaca. Somehow membaca itu penting, apalagi kalian ingin tau lebih jauh apa yang menjadi syarat dan ketentuan beasiswa. Sekali kita males, kita coba pikir-pikir lagi deh untuk apply beasiswa. Kita ga bisa selalu ingin “enak” saja juga kan, tanpa perjuangan yang maksimal? Seperti kata pepatah no pain no gain! Gak perlu muluk-muluk punya mimpi besar kalau baca aja males 😀 * inilah salah satu motivasi saya untuk membaca dahulu sebelum apply, saya selalu berkata dalam hati seperti itu*. Baca dengan teliti syarat yang diperlukan dan harus dipenuhi, kadang agak males soalnya banyak yang harus dibaca, karena masing-masing sekolah yang akan dituju mempunyai requirement yang berbeda-beda, jadi cukup berhati-hatilah dalam membaca. Jangan lupa juga untuk survey dahulu mengenai tempat tujuan yang akan kita pilih, sehingga kita punya banyak wacana untuk menjawab kata “mengapa” memilih sekolah tersebut.
2. Restu Orang Tua
Bagaimanapun kita tidak bisa lepas begitu saja dari peran serta orang tua untuk merancang masa depan kita, minimal do’a mereka menjadi penghantar yang cukup mulus dalam menjalankan aksi-aksi kita. Pengalaman saya, ketika ortu tidak ridlo jalan menuju mimpi agak tersendat-sendat, bahkan ada yang tidak sampai tujuan. Mungkin sebagian dari kalian pernah merasakan hal yang sama, orang tua agak keberatan kalau kuliah jauh dari rumah, apalagi yang gadis-gadis :D. Tetap komunikasikan yang baik dengan orang tua, setidaknya kalian bisa dipercaya bahwa kalian mampu memegang amanah dengan baik.
Ada cerita, pernah suatu waktu saya ingin melanjutkan S2 ke UI, karena ingin memperdalam bidang Natural Language Processing disana, tapi orang tua ternyata lebih ridlo saya lanjut studi di ITS yang lebih dekat rumah. So far saya bersyukur dengan apa yang telah saya jalani yang pada akhirnya belok arah sekarang mendalami Image Processing dan itu ternyata menarik juga 😀 . Karena restu ortulah semua kegiatan saya di Surabaya ini sungguh menyenangkan dan memberi ilmu serta wawasan yang belum pernah saya dapat sebelumnya semasa S1 di Malang dulu, ya meskipun belum ada 2 tahun juga saya di kota Surabaya ini. Dan berkat kuliah di ITS Surabaya inilaih, saya juga mendapatkan informasi mengenai beasiswa-beasiswa exchange, apalagi untuk Erasmus Mundus, yang kebetulan menjadi partnership pada program Interweave. Allah memang perancang skenario terbaik teman-teman, kita tinggal jalankan peran kita dengan baik saja 😀 Dengan adanya beberapa pengalaman tyang saya alami, menurut saya restu orang tua juga penting 😀 So, kalau bisa dan sangat memungkinkan, ijin ortu dulu sebelum apply beasiswa ya, barangkali kita memang mampu dan memenuhi kualifikasi, tapi lebih mulus lagi kalau disertai doa ortu, bukan? 🙂
3. Sabar
Inallaha ma’ashobirin (Allah bersama orang-orang yang sabar). Pada saat proses apply aplikasi tentunya akan menguras banyak waktu dan tenaga. Banyaknya berkas-berkas yang harus dilengkapi dan tidak jarang melibatkan urusan birokrasi. Sabar. Percayalah, Allah always besides us, Allah tidak tidur, setiap langkah kita dilihatNya, setiap usaha kita dipantauNya, berbaik sangka selalu PadaNya. Dalam setiap prosesnya memungkinkan memainkan adrenalin Anda, sehingga menyebabkan emosi yang kurang stabil. Hal tersebut biasa terjadi, namun yang tidak biasa tidak bisa mengontrolnya dengan baik. Sabar, jika nantinya sudah dapat beasiswanya, Anda mungkin bisa senyum-senyum sendiri sambil mengucap syukur, dan perjalanan panjang yang tak luput dari perjuangan itu akan menjadi kenangan terindah 😀 Jadi jangan pernah berhenti berusaha, sabarlah menjalani setiap prosesnya.
Termasuk juga, sabar dalam nulis motivation letter yang proses penulisannya tidak bisa cukup sekali dua kali revisi (kecuali kalau memang sudah dewa dalam penulisan) :D. Anda butuh satu atau dua orang atau mungkin lebih yang Anda percaya untuk proofreading terhadap apa yang telah Anda tulis, sehingga dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Soal bagaimana membuat motivation letter yang oke bisa dibaca link berikut. Mostly, point penilaian terbesar adalah di motivation letter, jadi sabar dan tekun untuk menggodok tulisan dalam motivation letter ini ya. Pengalaman saya, saya selalu mengedit motivation letter saya setiap harinya, dan saya butuh 2 orang teman saya yang bahasa inggrisnya sudah jauh diatas saya 😀 untuk sekedar mengoreksi grammar atau sense yang digunakan.
4. Jangan suka menunda-nunda
Kebiasaan buruk yang harus dihilangkan adalah menunda-nunda. Misalkan, “Ah, masih 3 minggu lagi deadline, nulis motivation letter masih bisa minggu depan”. Dengan menunda, kompetensi kita menjadi kurang maksimal dibandingkan orang yang telah belajar sedikit demi sedikit untuk on time dengan komitmennya. Rejeki tak kemana, memang iya. Please remember, you are not permitted to relay just on lucky. Selama masih bisa dilakukan saat itu, lakukan segera, jangan tunda sekalipun, bukankah lebih matang/siap itu lebih baik? memang tidak selalu, yang jelas jangan suka mencari-cari alasan untuk menunda. Kesibukan itu bisa dimanajemen, tinggal bagaimana kita mengaturnya 😀
5. Siapkan Sertifikat Bahasa
Sertifikat bahasa ini sudah tidak asing lagi sebenarnya buat kita. Hampir di setiap kelulusan jenjang pendidikan perguruan tinggi selalu membutuhkannya. Kalau mendaftar beasiswa exchange atau yang berbau dengan LN secara gak langsung harus mempunyai sertifikat bahasa Inggris seperti TOEFL atau IELTS. Ada beberapa bagian negara yang tidak membutuhkan kompetensi bahasa Inggris, karena bahasa pengantar yang digunakan selama proses belajar mengajar adalah bahasa di negara itu. Lebih baik dipersiapkan jauh hari untuk sertifikat bahasa ini, karena beberapa tes bahasa membutuhkan waktu tidak sebentar prosesnya untuk mengeluarkan nilai. At least biasanya satu bulan, jadi siap-siap saja sebelum satu bulan itu. Bisa juga kemampuan ini diupgrade setiap saat sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Ibarat kita punya SIM atau KTP yang 5 tahun sekali diperpanjang, ibaratkan juga dengan sertifikat bahasa yang diperbaharui setiap 2 tahun, minimal punya ITP TOEFL. Jika nilai TOEFL lebih dari atau sama dengan 500 beranikan saja untuk mendaftar, karena rejeki kita kemana tidak akan tahu, jadi coba saja, barangkali berhadiah luar biasa 😀 Ingat, intinya usaha semaksimal mungkin dan doa, banyak kemungkinan yang bisa terjadi dan diluar dugaan kita.
5. Siapkan Paspor
Begitu pula dengan paspor, silakan dipersiapkan jauh-jauh hari, perlu gak perlu, paling tidak sudah ada niat, meskipun paspor ini biasanya bisa disusulkan kalau beasiswanya sudah keterima. Namun kalau sudah punya paspor dan ternyata beasiswanya juga diterima, waktunya bisa dipergunakan untuk mengurus yang lain. Sekali lagi menunda-nunda itu tidak baik, apalagi memiliki kesempatan untuk tidak menundanya. Lagi pula membuat paspor dahulu juga tidak ada salahnya 😀 harganya 255 ribu membuat baru tanpa calo, dan lakukan dengan daftar online saja, biar cepat 😀
6. Jangan Takut dengan “bayang-bayang”
Jangan terlalu takut dengan bayang-bayang diri sendiri dahulu, bagaimana kalau aplikasi ini ditolak padahal usaha sudah sekian jauh? Well, stay positive. Kembalikan lagi ke diri sendiri, mungkin memang ada sesuatu yang masih kurang. At least Anda sudah mencoba daripada tidak sama sekali. Nothing to loose. Dengan kita mencoba, setidaknya kita sudah memiliki pengalaman bagaimana trik-trik khusus, agar nantinya jika apply lagi tidak mengulang kesalahan yang sama. Tanpa kita sadari, sebenarnya kita telah belajar banyak hal, termasuk melatih mental kita ketika menghadapi kegagalan, lagi-lagi tergantung cara diri kita sendiri dalam menyikapi kegagalan. Semua ada fase-nya, semua ada masa-nya. Jangan patah semangat hanya karena gagal berkali-kali. Kegagalan saat ini itu ibarat bahan canda di kesuksesan masa mendatang 🙂
7. Boleh melirik nominal beasiswa buat penyemangat
Melirik nominal beasiswa ini terkadang menjadi salah sau penyemangat tersendiri secara tidak langsung. Sewaktu dapat beasiswa S2 BPPDN Dikti itu sudah sujud syukur, dengan nominal beasiswa yang diberikan itu lebih dari sekedar cukup, yaitu per bulan IDR 2.25 juta (meliputi biaya hidup uang buku dan uang penelitian)- ini masih pada tahun 2012, tahun berikutnya nominal beasiswanya bertambah dan ada penambahan untuk biaya domisili per bulannya IDR 500 ribu. Untuk ukuran yang hidup di Surabaya saya bilang lebih dari cukup, apalagi status masih single (*belum menikah) 😀 Berhubung beasiswa ini pakai “uang rakyat” jadi agak hati-hati juga memakainya 😀 Kebutuhan kuliah harus terpenuhi dahulu, yang penting, seimbangkan antara hak dan kewajiban 🙂
Dan di beasiswa Erasmus Mundus ini saya agak melongo melihat nominal 1000 EUR (atau kalau dirupiahkan kurang lebih IDR 15 juta) per bulan untuk biaya hidup dan akomodasi. Tiket pulang pergi ditanggung, dan biaya visa di-reimburse. Sungguh nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Mau juga kan? Ayo segera di-apply beasiswa Erasmus Mundus-nya 😀
Sementara itu dulu ya, nanti kalau ada masukan lagi, segera saya update 🙂 Good luck for you guys 🙂 Tetep stay cool aja, terus berusaha dan berdoa, dan jangan lupa sedekah 😀
Pingback: Tips-Tips untuk Para Pelamar Beasiswa | lightnearby
Wah, senangnya ya mbak bisa dapat dua beasiswa, dalam dan luar negeri..hehe
Tapi berarti masa studi mbk yuita molor setahun dong ya?
Aku jg peneriman bpp dn mbk, dan tertarik ikut erasmus juga. .hehe
Kalau boleh tahu, selama ikut exchange di warsaw, apakah spp di univ yg di indonesia juga tetap dibayar full?, mengingat pasti itu udah g dicover beasiswa dikti..
Trims mbk 🙂
Salam kenal. Maaf sebelumnya dengan siapa dan dari univ mana? *soalnya nama user dan emailnya berbeda* 😀
Alhamdulillah. Iya nambah setahun, studi S2 di Indo 2 tahun, kemudian lanjut exchange Erasmus Interweave untuk program Master 1 tahun (non-degree).
SPP di home univ tetap dibayar (benar, karena sudah lepas dari beasiswa Dikti), namun tidak full, tergantung kebijakan dari home univ masing-masing.
Selamat mencoba dan semoga sukses 🙂
Ah iya, maaf..saya Evellin dari ITS, sama seperti mbak Arum. Kebetulan email saya agak error waktu dibuat comment kemarin, jadi numpang pake punya bapak saya..hehe 😀
Berarti untuk pembayaran SPP di ITS apa dianggap seperti mhasiswa gagal yudisium gtu ya mbak?
@Evellin Oh begitu, 🙂 satu almamater berarti ya 🙂 Anyway, saya panggil mbak, dek, atau bu ya? 🙂 *khawatir salah sebut* 😀
Karena sama2 ITS, berarti saya bisa jawab kalau biaya SPPnya 10% dari biaya SPP asli.
Iya, sama seperti mahasiswa gagal yudisium, karena status saya sekarang juga gagal yudisium 😀
Sakrang sedang apply IMPAKT atau Interweave?
Panggil dek aja mbak, saya lebih muda soalnya..hehe 😀
Insya Allah mau daftar IMPAKT, karena tahun ini Interweave g ada slot untuk master.. 🙂
Ok.. semoga sukses ya 😉