Jangan Nodai Silaturahmi

Momen Idul Fitri memang identik dengan berkumpul dengan keluarga, silaturahmi ke kerabat, berkunjung dari satu rumah teman ke rumah yang lain, intinya silaturahmi ini adalah hal intim setiap lebaran di Indonesia. Hanya Indonesia yang memiliki budaya seperti ini, coba dikroscek saat kalian lebaran di luar negeri, biasanya pencetus ide silaturahmi, berkumpul, open house adalah orang Indonesia. Kekeluargaan orang Indonesia memang lebih kental 🙂 Kurang bersyukur apalagi untuk tinggal di Indonesia? 🙂

La-Alhambra, Granada, Andalusia, Spanyol. Dokumen pribadi saat jalan-jalan musim dingin 2014.

La-Alhambra, Granada, Andalusia, Spanyol. Dokumen pribadi saat jalan-jalan musim dingin 2014.

Namun, tidak jarang momen tersebut jadi ternodai karena pertanyaan yang sebenarnya tidak begitu penting juga kita tahu. Kapan lulus? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan anak kedua? Kapan umroh? Kalau sudah tau lantas? Nope. Saya merasa bersalah juga ketika dulu-dulu melakukan ini kepada teman-teman saya. Bagi yang terkena korban pertanyaan saya, saya minta maaf, saya sendiri tahu bagaimana rasanya. Efeknya tidak langsung ke kita, tapi bisa jadi merembet kemana-mana. KIta tidak pernah tahu mereka sedang berusaha apa, sedang berjuang untuk siapa, dan apa saja yang sudah dia korbankan. Bagi yang tidak pernah merasakan atau selalu berada di stage aman bersyukurlah. Bagi yang telah melunasi semua “tanggungan” sosial atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, bersyukurlah. Sebuah hadist shahih Bukhari ““Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”. Memang perlu berhati-hati.

Saya sepakat bila orang yang bertanya itu mampu bertanggung jawab atas apa yang ditanyakan. Mengapa instead of  tanya kapan lulus, tidak menawarkan bantuan saja, jika kita melihat kendala pada dirinya. Yang tanya kapan nikah, coba ditandai saja orang yang tanya, kalau diundang beneran datang atau gak sih? 😀 Yang tanya kapan punya anak, ini kadang rada tega, saya dapat beberapa cerita, sampai menyinggung yang bersangkutan dimana masih belum dikaruniai keturunan setelah x tahun menikah. Yang awalnya teman, jadi semakin meregangkan silaturahmi karena lisan yang tak terjaga. Intinya sebelum bertanya mungkin kita bisa bertanya pada diri sendiri “apa yang bisa dilakukan untuk membantunya?” Itu pun kan tidak semua orang ingin dibantu 😀 Mending tidak menanyakan apapun, kecuali yang bersangkutan memulainya. Bahkan untuk curhat sekalipun, kalau mereka tidak rikues saran, juga sebaiknya kita cukup jadi pendengar yang baik dan menjaga rahasianya.  Itu sudah cukup membantunya.

Ini yang nulis baper atau gimana ya? 😀 Nope. Saya baru melakukan trial error masalah diatas saat lebaran, jadi murni pengalaman dan pengamatan selama ini ya. Kalau dirasa buruk diabaikan saja, anggap saja lagi ngoceh tidak jelas 🙂 Masih momen lebaran, ikhlaskan untuk memberi dan meminta maaf ya 🙂

Selamat lebaran, sebaiknya tidak menodai silaturahmi, sebaiknya tidak saling menyakiti 🙂

@Nganjuk, mudik

2 thoughts on “Jangan Nodai Silaturahmi

  1. Bener bgt Mbak…saya tiap tahun ngalamin kayak gitu. Herannya agi, yang menanyakan hal2 yg menyakitkan itu malah saudara2 dan sahabat2. Padahal mereka tau perjuangan hidup saya seperti apa. Belum lagi sering menanyakan di depan orang2, dan saya merasa terpojokkan. Kalau sudah gitu, saya rasanya jadi aals kumpul keluarga besar atau ketemu dengan sahabat2 masa sekolah dulu. Habis semuanya pada usil. Rasanya saya tidak pernah ingin tau urusan org lain. Kalau ada yg mau cerita yang saya dengarkan. Tapi gak pernah saya berusaha mengorek2 gitu. Risih rasanya.

    • Pada suatu waktu tahap ini akan membuat kita belajar untuk tidak melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Kita selalu doakan yang terbaik untuk mereka. InsyaAllah ikhlas membawa kita ke dalam kemudahan meski berat penerapannya. Tetap semangat mbak Missy.. you’re never alone 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *