Jeng..jeng..jeng..sampai pada artikel tentang mengASIhi. I’m not an expert or even perfect mother, but I will give my best for my baby. So, cerita tentang pengalaman ngASI pertama ini diambil dari pengalaman pribadi saja, karena saya tak perlu membandingkan apa yang saya alami dengan yang lain. Saya yakin setiap bunda punya perjuangannya masing-masing.
Well, selalu ada pengalaman pertama, termasuk how to feed my baby. Setelah lahiran dan ASI belum keluar sempat masih santuy π karena masih ada rasa antara ya dan tidak sudah jadi bunda saat itu. Dengan proses kelahiran yang alhamdulillah cepat itu rasanya demikian yang saya alami. Apalagi nakes di RS bilang kalau bayi bisa bertahan 2×24 jam tidak ngASI. Tapi yang harus saya lakukan adalah tetap feeding my baby saat dia menangis, karena sedotan dari si baby akan membantu kelancaran ASI. Sehari masih OK π€.
Anyway saat pertama ngASI, saya selalu feeding ke pd sebelah kiri karena lebih enak gendongnya daripada sebelah kanan. So, saat pijat laktasi for the very first time, bidannya bilang pd kiri sudah mulai ada sumber ASInya dibanding yang kanan. So, seharusnya gantian sih kanan-kiri-kanan-kiri dst. Cuma ya mamak newbie tadi bisanya masih yang kiri, ya seringnya yang kiri. Padahal ilmu ini pernah dapat saat senam hamil lho. Untuk senam hamil nanti akan dibahas di bab terpisah lagi π . Ya, prakteknya tidak semudah teori. Perjuangan pasca lahiran ini yang menurut saya lebih nemen ya perjuangan ngASI ini.
Tiba hari kedua mulai ada rasa was-was ASI belum keluar, dan hari itu sudah diperbolehkan pulang karena semua kondisi ibu dan baby sehat alhamdulillah. Senang dong bisa pulang ke rumah. Senyaman-nyaman dan bagusnya RS tempat ternyaman tentulah rumah sendiri. Sampai rumah ASI rembes dikit. Alhamdulillah…kata pertama yang terucap saya dan suami pas lihat itu. Tetap feeding my baby terus dan terus meski ya mek membasahi bibir baby N. Sore hari, baby N nangis ngejer nggak berhenti-berhenti, bingung setengah mati. Di rumah cuma berdua, cuaca mendung pekat. Rasanya sore itu adalah hantaman bagi kami, berasa harus melakukan sesuatu untuk baby N. Akhirnya diputuskan beli sufor, ayah berangkat diiringi hujan. Sementara aku di rumah sendiri mencoba menenangkan baby N yang nangis ngejer tak berhenti-berhenti dengan tetap kususuin. Luar biasa menguras emosi Subhanallah. Pas demikian mbak rewang yang sudah berpengalaman beranak 2 mendadak datang. Alhamdulillah ada bala bantuan. Sama mbak rewang dibantu mandi via diseka, kemudian dibedong biar hangat, kemudian pas ayah sudah datang. Dengan rasa trecep-trecep dibikinkan sufor 30 ml, disuapin pakai sendok teh ke baby N, ndak sampai habis 30ml masih sisa banyak, baby N langsung tidur nyenyak. Alhamdulillah. Itu pertama kali baby N minum sufor. Nyicip saja ya Nak π π ASI tetap jalan. Cukup sekali itu saja nyufor.
Segala cara dilakukan, katanya suruh makan kacang, marning wes dimaem ae. Haha. Hari ketiga ASI sudah lumayan. Alhamdulillah baby N dan bunda kooperatif, kerjasama di antara kita berdua yang sama-sama belajar menghasilkan ASI yang sudah agak lumayan. But, wait! katanya bayi minum 30 ml ASI itu sudah banyak, tapi baby N nampaknya kurang terus. Langsung kepikiran lagi. Baby N selalu minta minum hampir sejam sekali, tiap kali minum bisa 2-3 ronde. Gusti, aku kudu piye. Badanku setiap habis ngASI rasane sampai lemas. Hampir nyerah, kepikiran nambahin sufor, tapi suami terus support kalau ASIku bakal cukup untuk memenuhi kebutuhan baby N. Ya, Allah rasane kudu melu nangis pas baby nangis. Sampai di titik ini aku mulai melek kalau baby blues yang ada di cerita-cerita itu bisa saja terjadi.
Akhirnya hari keempat-kelima lancar car car jaya ASInya keluar. Tidak begitu banyak namun cukup percaya diri kalau ASI cukup. Alhamdulillah. Setelah drama ASI belum keluar berakhir, drama lecet hadir. ya Allah apalagi ini. Karena pd sebelah kiri sering digunakan daripada yang kanan, akhirnya lecet yang sebelah kiri. Jadi setiap kali mau mengASIhi rasanya seperti ada monster yang siap menerkam pd, jadi ada trauma mau menyusui. Sampai pada suatu kejadian nyusui sambil nangis karena sakit yang tak tertahankan saat menyusui, sampai berdarah. Akhirnya pas ada yang sambang bayi, memberi tahu alternatif dipompa yang bagian pas sakit, satunya bisa direct BF. Yang jelas harus ada kontak direct BF untuk menjaga kestabilan kuantitas ASI.
Sekitar 2 minggu, kondisi masih sama, stagnan, saya merasa ASI masih segitu-gitu saja, lecet tak kunjung sembuh dan susah menyusui dengan pd sebelah kanan. Padahal, sekali lagi, secara teori perihal meyusui suddah pernah dibahas sekali pun saat senam hamil. Termasuk kalau lecet ya diobati pakai ASInya itu, ternyata yo ra mari-mari π . Yang berkembang dari 2 minggu itu sih mulai belaar nyetok ASIP sedapatnya. Akhirnya saya dan suami memutuskan ke puskesmas untuk konsultasi, mulai terkait baby dan laktasi.
Alhamdulillah, di puskesmas dapat bidan yang enak, menjelaskan dengan cukup telaten. Plus diajari bagaimana cara menyusui yang baik dan benar tanpa perintilan yang rempong. Bu bidan bilang, ASI itu sudah disiapkan cukup untuk baby tidak mungkin kurang, jadi bundanya yang disuruh berfikiran positif bahwa ASI akan selalu cukup. That’s the point! Pulang dari puskesmas saya sudah bisa menyusui tanpa bantal sekali pun (kata bidannya mau feeding di mana pun jadi tidak kesusahan) dan meminimalkan rasa sakit. Untuk ukuran baby 2 minggu, memang baby N termasuk paling kuat minumnya, sehari bisa kurleb 600ml. Ndak papa ya nak, semoga tumbuh sehat dan kuat, semoga dari ASInya bunda melahirkan banyak kebaikan-kebaikan untukmu. Aamiin
Alhamdulillah. ASI sudah lancar, lecet sudah berakhir tapi kok masih berasa sakit ya. Eh, tiba-tiba ada yang mengeras di bagian pd kanan. Qadarullah, ada bendungan. Bendungan ASI? I will post it later in different chapter π
Semoga bermanfaat ya. Tetap semangat mengASIhi sampai 2 tahun sesuai apa yang telah tertulis dalam Al Qur’an. Semangat para bunda semuanya! Semangat makan π
@baiti jannati, sebelum mandiin baby N di pagi hari
Pingback: ASIP yang Terbuang | Selamat Datang…