Budapest, tak lain dan tak bukan adalah salah satu World Heritage Site UNESCO yang ada di Eropa Timur. Selain Ceko, saya langsung jatuh hati dengan kecantikan Budapest ini, langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Buat yang mau eurotrip, ayo segera masukkan list Budapest sebagai salah satu tujuan kalian 😀 Beruntung sekali saya pada perjalanan kali ini ditemani oleh teman saya asli Hungaria, Martin, yang dulunya temen sekelas saya di WUT dan dia hanya exchange 6 bulan dengan menggunakan beasiswa yang sama seperti saya, Erasmus+. Dengan bantuan kawan saya tersebut, kami bisa mengelilingi Buda dan Pest dalam waktu satu hari saja. Dia mencoba untuk mengeksplorasi Hungaria banyak ataupun sedikit kepada kami, meski kadang ada bagian yang dia tidak tahu juga. Setidaknya untuk berkelana kali ini, kami tidak membutuhkan peta 😀 dan kami lebih tahu tempat-tempat unik, yang terkadang tidak ada di peta.
Bangunan di Budapest sangat unik, masing-masing bangunan hampir mengecoh saya, karena saya pikir adalah bangunan khusus, ternyata hanya bangunan biasa, biasa unik mungkin ya *mbulet* 😀 Budapest sangat cantik, cukup luas dan wonderful, keunikannya dibentangkan oleh sungai yang cukup lebar. Dua daerah yang dipisahkan sungai Danube itulah bagian dari Buda dan Pest yang dimana pada akhirnya lahirlah nama Budapest yang disatukan dengan jembatan Chain. Buda terletak di dataran yang lebih tinggi daripada Pest, namun kehidupan di Pest terlihat lebih modern daripada di Buda, serta Pest itu lebih luas dibandingkan Buda yang sak umplik. Dua-dua daerah itu sangat cantik, baik melihat Pest dari Buda atau Buda dari Pest, keduanya menyimpan pesona yang tak kalah hebatnya. Saya waktu itu sempat naik perahu dan melintasi sungai Danube, untuk sekedar menikmati keindahan di tengah-tengah sisi Buda dan Pest saat sore hari. That’s crazy beautiful! Kalau kata orang Jawa, jos gandhos tenan! 😀
Bersama Dhea dan Martin di Buda
Sekilas tentang apa yang saya lihat di Budapest dari aspek kehidupan sosial dan karakter orang-orang Budapest, orang-orang Budapest itu terkenal dengan keramahannya dan helpful sekali. Sedikit cerita, saat sampai di Budapest sudah malam hari, dan waktu itu hostel kami ada di Keleti, sementara pemberhentian kereta kita di Deli. Kejadian tersebut disebabkan adanya sedikit kesalahan teknis. Awalnya sempat was-was, karena Deli dan Keleti itu jauh, dari ujung ke ujung, namun teman saya asli Hungaria tersebut memberi tahu bahwa kami bisa naik metro, sehingga kami tidak terlalu khawatir lagi. Sampai di stasiun Deli, saya dan Dhea cukup disibukkan dengan membaca peta dan mencari mesin tiket untuk naik metro. Kemudian tiba-tiba ada seorang petugas yang dengan baik hati mengarahkan kami, meski kami tak paham dengan apa yang dia katakan, karena menggunakan bahasa antah brantah, kami cukup memahami dengan hanya memahami body language nya. Tidak cukup sampai disitu, tiba-tiba ada dua orang tua dengan baik hatinya membantu kami, kami tidak memintanya, tapi mereka mencoba menjelaskan kami, meski ada yang bisa bahasa inggris dengan terbata, kami sangat menghargainya. Kalaupun dia orang jahat, sudah banyak petugas disekitar kami, jadi saya tidak ragu saat itu, karena petugasnya juga ngonrol dengan orang tersebut. Setelah bertemu teman saya asli Hungaria, saya menceritakan hal tersebut, dan dia bilang memang hal tersebut sudah biasa dan oleh karenanya kami sebagai turis tidak perlu bingung ketika meminta bantuan, karena tipikal orang-orangnya suka membantu. Tidak sekali dua kali, hampir di setiap tempat selama dua malam, saya merasakan sendiri kenyamanan di Budapest dengan keramahan orang-orangnya 🙂
Sempat saya saat itu diberi pertanyaan sama Martin, menurut saya, secara fisik perbedaan orang Polandia dan Hungaria itu bagaimana? Saya sempat berfikir sejenak, karena pada dasarnya itu pertanyaan yang jarang saya terima dan sebenarnya saya tipikal orang yang tidak terlalu mengurusi penampilan fisik orang lain. Kemudian saya bilang, saya belum menemukan perbedaannya, dan dia menimpali “masa?” 😀 Kemudian dia menjelaskan menurut perspektif dia, warna rambut orang Hungaria itu blonde-nya lebih gelap dibandingkan orang Polandia, orang Hungaria memiliki hidung yang lebih besar, orang Hungaria itu selera fashionnya kurang banget kalau dibandingkan orang Polandia, dan banyak orang gemuk di Hungaria. Saya cukup bengong dan loading sedikit setelah dia menjelaskan hal tersebut. Kemudian saya menjadi tertarik untuk memperhatikan orang-orang Hungaria yang sedang berlalu lalang di depan saya, kemudian saya bilang ke teman saya, bahwa pernyataannya tersebut ada benarnya. Kemudian kita ketawa bersama 😀
Banyak, banyak sekali cerita sepanjang perjalanan kami bersama Martin, termasuk saat Martin berusaha untuk mengajak kita makanan khas Hungaria tapi ternyata berbahan pork semua, dan saat Martin menunggu kami untuk sholat. Saya sama Dhea sempat khawatir menjelaskan tentang sholat dan bingung gimana ijin untuk sholat saat kita jalan-jalan. Saya tahu Martin adalah seorang atheis dan dia adalah satu teman saya yang sering bertanya tentang Islam (tentang hijab saya, tentang ciuman, tentang alkhohol, dan pertanyaannya selalu unik, membuat saya selalu berfikir sebelum menjawab), jadi saya tahu betul bahwa dia akan menghargai perbedaan ini. Dia juga berusaha mencarikan jenis makanan yang tidak mengandung babi dan dia sempat kecewa saat mengetahui tidak ada makanan khas Hungaria untuk makan siang, yang tidak mengandung babi saat itu. Saya dan Dhea coba meyakinkan kalau kami bisa makan apa saja, ikan atau sayur buat kami sudah cukup. Dia juga memberi kami beberapa snack khas Hungaria. Saat selesai jalan-jalan, dia juga mengantarkan kami pulang tepat sampai depan hostel. Thanks Martin 🙂
Ternyata panjang juga pembukaan postingan kali ini 😀 Oke saya langsung akan cerita ke masalah umum yang biasa dibahas kalau lagi jalan-jalan, yaitu terkait mata uang, transportasi di hostel saat di Budapest beserta rincian pengeluarannya. Stay tuned ya 😀
*** Mata Uang Praha ***
Mata uang di Budapest menggunakan HUF atau Ft. Saat itu 1 EUR setara dengan kurang lebih 278 HUF. Rate yang cukup rendah saat itu, dan dengan menggunakan mata uang non-EUR, biaya hidup di negara ini termasuk murah. Sempat saat itu ngobrol dengan tMartin terkait biaya sewa dorm per orang, dan dia hanya bayar per bulannya sekitar 40 EUR. Harga yang sangat murah dibanding dengan Warsaw yang minimal sekitar kurang lebih 100 EUR untuk sewa dorm (tapi di Warsawa termasuk murah juga, dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya, trust me 😀 ). Gambar mata uang koin ini adalah sisa perjalanan saat ke Budapest kemarin.
*** Transportasi ***
Transportasi di Budapest cukup nyaman dan saya acungi jempol untuk fasilitas trasnportasi metro-nya. Bersih dan unik, karena setiap metro station punya sketch yang berbeda. Dalamnya metro juga bersih dan wangi. Untuk harga tiket transportasi per harinya adalah 1650 HUF atau setara dengan kurang lebih 6 EUR dan berlaku 24 jam. Ada yang unik untuk validasi tiket transportasi, di setiap stasiun metro ada petugas yang akan siap ngecek tiket kalian satu per satu 😀 Berbeda dengan di negara lain yang validasinya otomatis, apakah ada denda jika waktu naik transportasi namun ternyata kita tidak pegang tiket? Pasti ada, di Budapest ini kalau gak salah ingat dendanya sekitar 16000 HUF atau setara dengan 50 EUR kurang lebih. Oh ya, ada beberapa metro di Budapest yang menggunakan dua bahasa, jadi ada bahasa Inggrisnya juga, sehingga memudahkan kami para turis juga.
Stasiun metro di Deli dan yang gambar bawah yang agak gelap itu adalah stasiun metro tertua di Budapest, dan metronya juga versi lama, lebih sempit dan tidak terlalu tinggi. Saya lupa tahun berapa metro tersebut di bangun. Martin waktu itu sempat cerita tentang tahunnya, namun berhubung saya bukan pengingat yang baik, jadi lupa deh *kapan-kapan dicatat ya* 😀
Untuk Bus di Budapest gak terlalu bagus-bagus amat, dan sopirnya lumayan menyeramkan 😀 Lebih mending naik metro.
Ini agak lain daripada yang lain, disini kita bisa menyeberangi sungai Danube dengan menggunakan kapal dan menggunakan tiket transportasi kita biasanya. Untuk weekdays gratis, asik banget bisa mencoba naik kapal, sistemnya sama seperti kita naik bus di Eropa, ada petunjuk arahnya juga, dan jam berapa kapal akan sampai, dan kita mau turun di station mana juga terserah kita 😀 Saat itu sudah mulai senja dan udara sangat dingin, sedikit berangin, jadi kita hanya melewati sekitar 2 kalau gak 3 station, sempat naik ke atas kapal dan melawan angin-anginnya untuk sekedar mengambil gambar, bener-bener worth.
*** Hostel ***
Kami menginap di Treestyle Hostel dan memesan yang female room dengan 8 bed. Kita menginap 2 malam di Budapest, dan hanya menghabiskan 6.8 EUR untuk 2 malam, jadi semalamnya hanya 3.4 EUR. Bahkan ketika kami mencari-cari pun dulunya menemukan 2 EUR per malam 😀 Jadi kalau ingin travelling ke Budapest ini gak ada ruginya, namun keindahannya gak bisa dibilang murahan. Hostelnya sangat nyaman, hanya saja penerangannya kurang bagus, namun masih okelah, soalnya internetnya kenceng sih 😀 Saat itu kami punya room mate orang Norwegia dan Kolombia. Sangat senang sekali berbincang dengan mereka.
Oh ya peta yang diberikan Hostel ini adalah peta terbuaek sepanjang perjalana saya sama Dhea kali ini. Benar-benar mudah dibaca dan informatif, karena apa? Karena nama jalan, naik metro apa, dan tempat-tempat wisata serta gambar tempat wisata itu dalam satu halaman kertas saja. Jadi tidak perlu mebolak-balik kertas untuk sekedar membaca arah jalan dan naik transportasi apa, dari arah mana saja. Saya dan Dhea termasuk orang yang cukup ‘lambat’ dalam membaca peta, dan kami bisa sama-sama satu suara kalau peta ini benar-benar bagus menurut penilaian kita. Subjektif sih sebenernya 😀
Sementara ini dulu ya, ditunggu kelanjutannya di bagian kedua “Budapest, Memikat Hati pada Pandangan Pertama [2]” 🙂 See you 😉
Hai kak…
Mau nanya mengenai hostel2 di budapest, sblm dapet flat disana kayaknya aku harus nginep di hostel, kira2 yang enak dimana ya kak? Thanks kak
Halo Niken. Kemarin saya nginap di Treestyle hostel (disini http://www.hostelworld.com/hosteldetails.php/Treestyle-Hostel/Budapest/57321) bersama kawan saya. Kami berdua memilih female room isinya kalau gak salah ingat 8 bed, harganya tidak sampai 10 EUR untuk 2 malam 🙂 Niken bisa mencari yang lain juga di hostelworld, Niken disana bisa melihat review dari orang-orang yang sudah menginap bagaimana sebelum menentukan pilihan 🙂