Pertemuan dengan Mbah Uti

Minggu kemarin, sayasenang sekali bisa mendapatkan kabar bahwa mbah uti akan berkunjung ke rumah ini. Pandemi ini membuat perantau seperti saya ini menahan rindu yang teramat sangat, apalagi semenjak hamil N saya belum pernah mudik lagi ke Banyumas. Minggu kemarin juga pertemuan N yang pertama kalinya dengan mbah utinya. Terharu. Setelah semua dipastikan untuk vaksin dosis lengkap (2 dosis) barulah kami bisa bertemu seperti ini. Pertemuan yang cukup singkat dan sarat makna. N langsung cocok sama mbah utinya, padahal kalau dipiki-pikir ketemu saja belum pernah, mentok mendengarkan suara beliau saat telepon. MasyaAllah. Ikatan batin itu sepertinya benar-benar ada.

N senang sekali, sangat ceria, entahlah makannya juga sampai nambah-nambah. Alhamdulillah. Biasanya setiap hari sama Ayah Bunda saja di rumah, jadi dia excited saat ada anggota keluarga yang bertamu. N yang berusia 19 bulan saat ini, sering dinyanyikan lagu anak-anak sama mbah utinya atas pilihan N. πŸ˜€ N mudah sekali menghafal kalau sama mbah utinya.

“Cicak” berarti mbah uti harus nyanyi lagu cicak-cicak di dinding
“Air” berarti mbah uti harus menyanyi tik..tik…tik.. bunyi hujan..
“Manyak” berarti mbah uti harus menyanyi bintang kecil…
“Mia” berarti mbah uti harus menyanyi kucing
dsb. πŸ˜€

N bisa menirukan sampai satu lirik, terkadang juga setiap kata pada setiap lirik dia juga bisa melengkapinya. MasyaAllah. Untuk berhitung, dia bisa spelling 1-3, sisanya dipancing baru sampai 10. Huruf hijaiyah masih alif ba ta, cuma kalau ba dan ta terkadang masih harus dipancing juga. Untuk beberapa objek dia juga sudah jelas spellingnya. Termasuk dia sudah paham perintah misalnya “tutup pintu kulkasnya dulu N”, “coba letakkan ini di sana” dan beberapa instruksi lain. MasyaAllah. Hal yang paling membuat saya merasa ditampar adalah setiap N bilang “aji” (ngaji) kalau belum mendengar suara Ayah atau/dan Bundanya mengaji yang dia sendiri dengar. Mungkin dia tahu kalau biasanya sehabis sholat kadang-kadang mendengar suara mengaji kadang-kadang tidak πŸ˜€ Jadi, sekarang dia konsisten bilang “aji..aji” kalau ba’da maghrib. Ayo N berdoa dulu, dia langsung posisi tangan menengadah dan berdoanya “Alloh..alloh..” (Allah) logatnya anak kecil, semoga sedikit-sedikit bisa mengucapkan basmallah ya. Aamiin.

Kebiasaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci pakaian, mencuci piring, ngepel, nyapu, pakai vacum cleaner, menebahi kasur adalah hal yang dilihat N setiap hari dari kami berdua. Terkadang dia juga menirukan sambil bilang “apu..apu” artinya mau pegang sapu dan menyapu, atau “cici..cici” yang artinya cuci tangan πŸ˜€ Mbah Uti senang sekali melihat perkembangan N. Mbah Uti bilang N adalah anak yang memiliki tekad dan kemauan yang kuat. Semoga ya mbah Uti, MasyaAllah. N memang sudah tidak mau disuapi kalau makan, sudah ada 3 bulanan ini, makan sendiri meski berceceran dimana-mana, tapi semakin ke sini, kalau pas makannya enak, tidak banyak yang bercecer. Dia juga bisa mengambil gelas sendiri dan minum sendiri. MasyaAllah.

Pas mbah uti pamit pulang, N sedih, makannya juga asal saja, lebih banyak murungnya, cuma tidak sampai rewel banget. Mbah Uti pun juga sedih. Bunda juga πŸ™ Rasanya hanya sebentar bertemu. Perpisahan itu selalu tidak nyaman. Semoga semua keluarga besar sehat-sehat selalu dan diberikan umur yang panjang nan barokah. Aamiin.

@baiti jannati, akhir pekan, pagi, N masih lelap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *