Pengalamanku Pertama Kali Ramadhan di Eropa

Secara mainstream saya mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi seluruh umat Muslim yang menjalankannya. Ramadhan tahun ini sangat spesial bagiku, karena di tahun inilah pertama kalinya aku merasakan puasa yang tidak biasanya. Lama puasa 19 jam di Polandia ini, membuatku sempat kepikiran, apakah aku mampu melaluinya? Kemudian aku pun sejenak merenung dan menghela nafas dalam-dalam. Selama ini ketika setiap langkah yang akan aku jalani ada satu peran penting yang tidak pernah terlewatkan, yaitu kepercayaanku atas kuasaNya. InsyaAllah semua berkah, karena puasa mengajarkan kita tidak hanya soal ‘perut’, yang menahan lapar dan haus, tapi lebih daripada itu, terutama kesabaran. Jadi atas dasar rasa percaya dan cintaku padaNya InsyaAllah bisa melampauinya. Bissmillahirrohmanirrohim. 🙂

11427265_10205931370275863_1770169534979242999_o

Jadwal Sholat dan Imsak selama bulan Ramadhan dari masjid Warsawa (photo dapat dari Mbak Dilla)

Hari ini adalah puasa pertama, alhamdulillah full 19 jam, dengan rutinitas ujian di kampus pagi-pagi, kelompokan siang hari, kemudian pulang ke dorm untuk masak, dan beristirahat sejenak, sambil tidur-tiduran yang akhirnya ketiduran 😀 . Waktu sangat lama sekali ketika mulai jam 8 malam menuju jam 9 malam, sudah mulai lemes gitu deh 😀 . Tapi ketika sudah berbuka rasanya MasyaAllah. Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang engkau dustakan? (Ar-Rahman : 13) ~ Ayat ini diulang 31 kali dalam surat Ar-Rahman~. Sungguh luar biasa. Bulan ini sudah secara resmi musim panas sebenarnya, namun suhunya masih naik turun dan hari ini cukup dingin dibandingkan dengan minggu lalu yang suhunya mencapai 20 derajat. Kelembaban yang rendah sempat membuat tenggorokan kering di pagi hari setelah bangun tidur, namun berangsur-angsur pulih setelah beraktifitas.

Bulan Ramdhan kali ini spesial, sangat spesial. Hampir 8 tahun ini menjalankan Ramadhan di perantauan, jadi tidak begitu surprise, yang bikin surprise adalah Ramadhan di belahan bumi lain ini. Aku merindukan wisata tarawih dari satu masjid ke masjid yang lain ketika menjadi anak kos Surabaya bersama sahabat baikku, Evy. Tidak hanya wisata tarawih kadang kita juga ‘berburu takjil’ -yang pernah jadi anak kos setidaknya pasti pernah pengalaman juga seperti ini-. Kenangan itu sangat lekat sekali. Tidak hanya ketika kos di Surabaya, saat hampir 5 tahun kos di Malang, aku selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencari takjil dan sahur bersama keluarga KS3 (Mbak Ning, Mbak Wid, Mbak Peni, Freta, Chea, Tika, Ayu, Meta, Dita, Eni, Nita). Bahkan kita pernah zonk pesan catering untuk sahur karena dikirim mendekati imsak. Selain itu, acara buka bersama selalu menjadi kegiatan yang dimana kita lebih sibuk untuk berkumpul bersama kawan-kawan daripada bersama keluarga. Karena jadwal buka bersama dengan beberapa kelompok atau beberapa komunitas organisasi kampus yang berbeda setiap hari, sehingga berasa having tight schedule.

Sekarang disini, aku tetap tidak sendiri, masih banyak teman-teman seiman yang melakukan ibadah puasa juga di Warsawa ini. Namun suasana Ramadhan seperti di Malang ataupun Surabaya sebagai anak kos tentulah berbeda. Tidak ada suara bedug yang membangunkan sahur (sejatinya tidak perlu pakai bedug mungkin ya, karena isya dan waktu subuh sangat berdekatan sekali, yaitu sekitar 3 jam saja) dan tidak ada muadzin yang mengumandangkan adzan (ada ding alarm HP 😀 ). Rasa yang berbeda itupun mengajarkan aku betapa berhaganya proses untuk belajar dari waktu ke waktu, dan setiap Ramadhan selalu punya resolusi sendiri untuk memperbaiki suatu hal. Tidak banyak sebenarnya, hanya hal yang paling berat adalah menjaganya untuk tetap konstan (istiqomah).

Seru juga menjalani puasa di Eropa untuk pertama kalinya. Saat sahur dan berbuka saling kirim kabar ke teman-teman Erasmus Interweave (terutama grup rumpik), yang di Estonia dan Polandia udah subuh, di Milan dan Portugal belum imsak, pun begitu ketika berbuka, di Estonia yang paling lama karena 20 jam. Saat di Polandia sudah berbuka, disana masih harus menunggu 45 menit setelah disini berbuka. Seru aja sih, kapan lagi bisa merasakan hal seperti ini dengan kawan-kawan seperjuangan. 😀

Baiklah, sebagai penutup, semoga dapat menjalankan puasa Ramadhan dengan baik bulan ini di Eropa, kebetulan diberi kesempatan untuk 30 hari menjalankan puasa Ramadhan di Warsawa, setelah itu InsyAllah akan sampai ke tanah air saat malam takbiran. Semangat buat kawan-kawan yang ada di Eropa, semoga dengan diberi jam spesial yang lebih dari di Indonesia ini, membuat ibadah kita tambah diberkahi. Aamiin. Happy fasting  🙂

29 days left of Ramadhan Mubarak, Summer time, Warsaw, Poland 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *