Assalamualaikum, sahabat Arumhsa. Kali ini mau mengisi kolom “Ibu dan Anak” terkait pengalaman mensiasati GTM. Gerakan Tutup Mulut atau yang sering disingkat dengan GTM merupakan fase yang hampir pernah dialami bayi yang mulai masuk masa MPASInya. Ya, minimal sekali dua kali pernah selama berasa di fase tersebut. Berhubung, lumayan juga yang bertanya dan sharing tentang ini, maka saya tulis di sini. Jadi murni dari pengalaman pribadi ke N ya. Pada dasarnya, mommy lah yang paling tahu kebutuhan anak-anaknya masing-masing, dan tiap anak beda-beda responnya.
Menurut kami, N termasuk tipikal yang tidak ribet soal makanan semenjak dimulainya program MPASI, beda sekali dengan emaknya yang picky eater. Alhamdulillah. Idealnya makan itu duduk manis tanpa tontonan, 30 menit selesai, tapi prakteknya tidak semudah itu kan ya, Bund? Awalnya feeding rules diterapkan, tapi karena lama-lama kurang pas akhirnya ya senyamannya bocah dan ortu :D. Karena sebenarnya makan ini harusnya adalah sesuatu yang bisa dinikmati, bukan dipaksakan. Sehingga, jalan saja, poin pentingnya, makan 3 kali sehari sesuai di rentang jam makannya dan dicobakan untuk makan apa saja: karbo, sayur, protein (nabati dan atau hewani), buah. Di sela-sela jam tersebut boleh snack.
Lantas, bagaimana mensiasati GTM ini?
1. Kerjasama Kedua Orang Tua
Ini penting banget. Jadi, tidak cuma emaknya saja yang berperan dominan untuk menyuapi di masa-masa awal bayi merasakan makanan. Orang tua bisa kerjasama, ibu menyiapkan dan memasak, ayah yang menyuapi, dan sebaliknya. Kalau bayi bosen sama ibunya, ditukar ganti yang nyuapi ayahnya. Keduanya berperan penting dan hadir untuk anak. Butuh komunikasi dan butuh kerjasama. Ini juga mengurangi stress kedua orang tua ya jika anak di fase GTM, jadi sama-sama lebih ringan bebannya. Ayah juga memberi dukungan saat si kecil makan, dengan menceritakan itu makanan apa sembari mengulik hal-hal menarik tentang makanan itu.
2. Makan di Ruang Terbuka
Ajak muter kompleks sambil liatin kupu-kupu, sambil lihat-lihat tanaman. Dengan catatan, saat makan tetap dalam kondisi duduk, sekalian membiasakan cara makan yang baik. N suka melihat orang beraktivitas saat makan, seperti ayahnya nyuci sepeda atau nyuci karpet, atau lihatin kucing-kucing yang sedang main, makannya bisa lahap tak perlu jeda lama.
3. Diusahakan untuk tidak makan makanan ringan sebelum makan besar
Ketentuan umumnya, jangan makan snack mendekati makan besar. Kalau pun kepaksa banget, biasanya diusahakan untuk makan roti sebagai pengganti karbo. Jadi nanti kalau karbonya kurang bisa ditambah alternatif karbo yang lain seperti kentang, plus tambahan sayur dan protein.
4. Karbo, protein, sayur bisa dimakan tidak sekali waktu
Mungkin anak lagi pengen makan karbo dulu, karbo habis baru protein dulu, sambung sayur. N ini yang paling susah karbonya, kalau sayur, dia suka banget, baru proteinnya. Jadi tidak masalah, yang penting semua komponen gizi utama bisa masuk. Karbo juga macem2 ya, gak mesti nasi, bisa diganti roti, kentang, ubi, pasta dll. Emak pasti paham lah ya, protein juga sama. Jadi, bagaimana pun juga usahakan tetap terjaga gizinya meski dimakan tidak berurutan atau tidak dalam sekali duduk langsung melihat beragam menu.
5. Tetep gak mau makan? Jeda dulu.
Jeda dulu 5 menitan, baru suapin lagi, jeda lagi, sambil membuat proses makan itu fun, emak dan ayah bisa cerita, bisa melakukan akrobat yang buat anak nyaman dan proses makan itu jadi suatu yang benar-benar tidak membosankan 😄 kadang emaknya harus pasang ugly face ala badut baru makan lahap, kadang ayahnya harus kasih live entertainment baru makan lahap.
6. Tetep gak mau makan lagi? Apa memang belum lapar?
Dia belum merasa lapar, berarti harus dibiasakan untuk mengenal apa itu rasa lapar. Kawan saya ada yang cukup ekstrim, benar-benar tidak diberi makan sampai si anak lapar, sudah tidak ambil pusing. Alhasil, si anak tahu kapan waktu makan dan harus makan. Makan bukan paksaan atau kewajiban, melainkan kebutuhan tubuh. “Yuk, nak biar larinya kenceng makan yang banyak”, ” Yuk, makan, kan mau jalan-jalan, biar tidak masuk angin”, beri pengertian mengapa makan itu menjadi kebutuhan manusia.
7. Tanya dulu ke anak, dengarkan alasannya.
Ini kalau si anak sudah bisa diajak komunikasi ya, atau minimal anak ditanya dan didengarkan unek-uneknya tidak mau makan kenapa. N kalau ada yang tidak enak di tubuhnya dia akan merespon, misalnya Ayah Bunda curiga tiba-tiba makannya tidak nyaman, ternyata ada yang sakit tenggorokannya karena radang. Wah, sekalian jadi momen untuk memberi tahu ke anak, kalau sebelum makan tangannya harus bersih biar kuman tidak ikut masuk, baca doa dulu sebelum makan, makan pakai tangan kanan, dsb. Jadi, bisa memetik banyak hal dari satu kejadian dan coba untuk di-resume bersama.
8. Mungkin anaknya gak mau makan pakai sendok?
Ya, bisa dicoba berbagai macam cara ya Bund. Biasanya anak juga gak nyaman dengan alat makannya. Sendoknya kekecilan, sendoknya kurang enak. Bisa dicoba disuapin langsung pakai tangan alias muluk. N dulu lahap sekali disuapin pakai tangan, pas ternyata pas dianalisis lagi bosen pakai sendok. Kita saja kadang gitu ya Bund, kalau makan lalapan masa iya pakai sendok. 🤭 Entah ada kekuatan apa di tangan yang kadang membuat makanan itu berasa nikmat. Kalau sup gak mungkin pakai tangan langsung ya 😀
9. Makan bersama
Ini lumayan ampuh juga ya Bund untuk mengatasi GTM, meski akan ada rasa tidak fokus saat makan buat Ayah atau Bunda karena mengawasi si kecil makan. Kendalanya kalau makan bersama ortu, ortu harus makan juga menu yang sama dengan si kecil 😀 Lebih enak, kalau misal ada temannya sekomplek, ajak makan bersama, biasanya kalau sesama anak-anak mereka lebih bersemangat untuk makan.
10. Jangan berhenti untuk explore menu.
Ayah Bunda bisa lebih kreatif ya, ingat, kalau proses membersamai anak ini harus berdua tidak salah satu. Gelombang kebersamaan ini juga sepertinya dirasakan oleh anak, jadi lebih paham usaha orang tuanya. Ayah bisa mencoba membantu mencarikan referensi, Bunda coba untuk memasak, atau sebaliknya, atau bisa juga anak dilibatkan dalam proses menyiapkan makanan itu. Make it fun!
11. Bisa jadi tumbuh gigi atau ingin naik tekstur
Ini juga bisa terjadi, jadi yang paling mengenali anak-anak ya orang tuanya sendiri ya, jadi bagaimana membuat anak nyaman, ortu senang, dan semua aman. Tidak ada yang semulus jalan tol. N naik tekstur perlahan tapi cepat, mulai dari bubur tim yang disaring, kemudian tidak disaring, nasi super lembek, sampai nasi biasa. Pelan-pelan, tidak terburu-buru, senyamannya bocahe. 🙂
Sekian sharing dari pengalaman pribadi, semoga bermanfaat ya Bund. Semoga tumbuh kembang si kecil selalu dalam keadaan baik. Sehat-sehat semuanya.
Wassalamualaikum
musim semi-hujan