Alhamdulillah, akhirnya ada waktu juga mampir di Kampung Tridi di daerah Jodipan, Malang. As you know, saya sama suami sebenarnya tinggal tak jauh dari kampung Jodipan ini, atau bisa dikatakan seminggu sekali lewat situ. Beberapa teman yang berkunjung ke Malang sudah mampir, tapi ini yang dekat tempat tinggal malah belum pernah kesitu. Yep, pada akhirnya saya bisa memberi pengumuman kalau I’ve been there 😀 #lebay. Kampung warna-warni ini sudah menyedot perhatian banyak publik dan sering masuk media atau masuk jajaran foto favorit di Instagram kalau lagi liburan ke kota Malang. Dulunya daerah ini daerah yang padat pemukiman, cenderung tak terurus. Konon kabarnya atas dasar inisiatif mahasiswa UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) yang didukung oleh salah satu perusahaan cat ternama dan jadilah kampung yang sedap dipandang. Saya juga akui top deh kebersihannya.
Ada yang bilang kampung tridi ini konsepnya mirip Cinque Terre di Italia. Kata suami yang sudah pernah ke Cinque Terre alamnya memang sudah bagus, lautnya juga indah. Sementara kampung tridi ini adalah warna yang baru dari kampung yang dikenal kurang terawat sebelumnya, sehingga sekarang pun jadi salah satu icon wisata di Kota Malang. Kampung tridi ini dipadati banyak pengunjung, hampir di setiap sudut dari rumah-rumah dilukis dan dihiasi dengan aneka ragam atribut yang instagramable. Tak ayal banyak sekali yang menghabiskan waktu untuk mengambil spot dan berfoto ria di sana, karena hampir setiap sudutnya memiliki keindahan tersendiri.
Baru-baru ini dibangun jembatan penghubung antara kampung yang satu dengan kampung yang di sebelahnya. Jadi sebenarnya ada dua kampung yang berbeda yang dipisahkan oleh sungai. Jembatan tersebut jembatan kaca, jadi kita bisa langsung melihat air sungai dari tempat kita menyeberang jembatan tesebut. Kapasitas jembatan tersebut adalah 50 orang. Saking padatnya tidak bisa mengambil full gambar sepanjang jembatan.
Nah, ada yang unik juga dari kampung tridi ini, karena terdiri dari dua kampung yang berbeda, harga tiket masuk pun berbeda. Harga tiket masuk per orang adalah Rp 2.500,- untuk kampung satunya dan Rp 2000,- untuk kampung yang sebelahnya (duh lupa tidak tanya nama kampungnya) :D, so far tidak mahal untuk kenyamanan mata yang ada di dalamnya. Harga tersebut digunakan warga kampung untuk memelihara warna cat, perawatan, inovasi gambar, kebersihan, dan lain-lain (info yang ada di karcis seperti itu). Menariknya lagi karcis masuknya bukan karcis biasa. Di kampung satunya karcisnya adalah stiker, dan kampung satunya adalah gantungan kunci. Konsepnya sudah lumayan keren sih. Ya, daripada karcis atau gelang terus dibuang sayang mending gantungan kunci. 😀 #eh *no offense ya guys. 😀
Mungkin kedepannya bisa dibuat tiket terusan saja, sehingga tidak membingungkan pengunjung. Karena setiap masuk kampung baru langsung ditagih tiket lagi. Perasaan sudah bayar ternyata beda kampung. Banyak pengunjung yang ogah bayar lagi jadi puter balik jalan-jalan cuma di kampung sebelah saja. 😀
Oke guys, segitu aja postingan kali ini,barangkali bisa jadi salah satu informasi yang berguna bagi yang berkunjung ke Kota Malang yang semakin macet ini. 😀 Semoga nyaman ya di Malang 🙂
See you!
@kontrakan <3