Kita akan begitu mudah mengingat negara Polandia karena warna bendera nasional kita yang sama persis, hanya berkebalikan, merah-putih (Indonesia) dan putih-merah (Polandia). Jika yang suka bola maka dengan mudah mengingat Robert Lewandowski. Jika suka dengan ilmu pengetahuan akan mudah mengingat Marie-Curie, wanita pertama di dunia -asli Polandia- yang memenangkan “nobel prize” dalam bidang radiologi, yang kemudian diklaim oleh Perancis : Marie Curie berasal dari Perancis karena menikah dengan orang berkebangsaan Perancis.
Pertanyaan mainstream namun selalu membuat penasaran “kenapa sih Sar memilih Polandia?”, sehingga saya sudah tak dapat menghitung lagi berapa kali saya mendapat pertanyaan yang sama :D. No problem, saya tetap dengan senang hati menjelaskannya dan jadi punya topik untuk membuat postingan di blog saya ini. Sebenarnya, tidak hanya teman-teman yang bertanya, namun awalnya saya juga bertanya pada diri sendiri, yakin dengan Polandia? Ikuti saja celotehan saya kali ini ya 😀
1. Polandia ada di salah satu program Interweave Erasmus+
Program beasiswa yang saya ambil ini adalah program kerjasama, jadi hanya universitas tertentu di beberapa negara yang bisa saya ambil. Dari beberapa universitas itu hanya 3 universitas saat itu yang berkorelasi dengan bidang saya yaitu computer science atau informatika. Yaitu salah satu kampus di Jerman, Polandia, dan Latvia. Lantas kenapa tidak ke Jerman saja? Guys, salah satu persyaratan dan bahasa pengantar yang akan digunakan di jurusan yang saya pilih adalah bahasa Jerman. Jelasnya saya angkat tangan, bukan saya tidak mau belajar, tapi cukup tau diri dengan waktu persiapan yang sangat singkat, sehingga saya mengesampingkan idealis saya. Akhirnya hanya ada dua pilihan terakhir yaitu Polandia dan Latvia, dan bismillah saya masukkan aplikasi itu, walau sebenarnya saat mendaftar itu pun sudah kembang kempis, antara ya dan tidak. Saya pernah kepo tentang Erasmus dari S1 dulu, dan saya hanya melihat anak-anak Erasmus itu ‘sesuatu’, jadi ada minder juga mau daftar. Erasmus adalah beasiswa dari pemerintah Uni-Eropa. Selain beasiswa full yang diberikan, kita juga diberi tiket gratis PP, bahkan mereka mengganti semua biaya untuk mengurusi ‘tetek bengek’ sebelum keberangkatan, seperti biaya pembuatan visa, transportasi untuk mengurus visa, bahkan untuk biaya taksi semuanya diganti (asal ada bukti pembayarannya aja). Oleh karena itu, banyak julukan juga terkait anak-anak Erasmus, semisal “mahasiswa yang hobi jalan-jalan” 😀 . Jadi saya awalnya tertarik dengan nama Erasmus-nya, entah di negara mana saja saya coba dulu, belum tentu keterima juga, jadi bondo nekat. 😀 .Selain itu ya berhubung saya sudah beberapa kali sebelumnya memasukkan aplikasi beasiswa ke luar negeri gak ada yang keterima, jadi untuk ke yang ini saya malah agak santai. Begitulah, pada akhirnya saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Erasmus+ dan tentunya bisa mendapatkan tempat di Polandia adalah anugerah tersendiri buat saya.
***Poin-poin setelah ini merupakan pendapat subjektif setelah hampir 8 bulan tinggal di Warsawa, Polandia. ***
2. Polandia mempunyai letak yang strategis
Letak Polandia yang berada di tengah-tengah benua Eropa memudahkan pergi kemana saja, mau ke utara (ke Baltic dan Skandinavia), ke selatan, barat, dan timur dengan mudah. Hampir semua transportasi dapat dijangkau karena letaknya yang strategis tersebut, sehingga efek positif pun didapat, yaitu mau kemana aja harganya masih reasonable. Bahkan untuk ke Portugal (yang paling barat Eropa) bisa ditempuh dengan harga yang cukup terjangkau meski tidak direct way yaitu PP Warsaw-Portugal lewat Madrid seharga 120 EUR, (untuk lengkapnya tanya saja sama Jodi, karena dia lebih berpengalaman pergi ke Warsaw-Portugal in return ) 😀
3. Polandia termasuk ke dalam area visa Schengen
Kalau yang sudah kepo tentang Eropa minimal tahu apa itu visa Schengen pastinya ya 😉 Dengan adanya visa Schengen di tangan berarti kita bisa keluar masuk ke 26 negara uni-Eropa secara bebas semau kita (asal jangan lupa paspor tetap dibawa dan jangan sampai ilang!). Enak bukan? Tidak perlu lagi membuat visa kalau ingin memasuki wilayah tertentu. Lantas mana saja area Schengen itu? Bisa dilihat disini ya? Diantaranya ada Austria, Belgia, Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerma, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss.
Kalau yang tidak termasuk dalam area visa Schengen, tetap harus membuat visa, misalnya kalau ke UK, Turki, Irlandia, atau ke Ukraina. Jadi dengan adanya visa Schengen di tangan, kita bisa hemat biaya pembuatan biaya visa (ini bagi yang suka travelling saja ya) 😀 Jadi bersyukur studi di area visa Schengen, bisa sambil refreshing melepas penat setelah kuliah atau saat libur kuliah untuk melihat negara lain.
4. Polandia termasuk negara yang murah di Eropa
Negara ini cocok banget buat kalian yang ingin studi sekaligus jalan-jalan, namun masih bisa saving. Saya membahas masalah biaya hidup secara detail di Polandia ada postingan saya sebelumnya, disini. Cukup rinci saya kupas, meskipun ya mungkin masih ada yang kurang, apalagi itu pandangan subjektif saya saja. 😀
5. Meskipun murah tetapi tidak ‘murahan’
Gak ada barang KW, sehingga banyak teman-teman yang nitip barang kaget dengan harganya yang melambung ketika dirupiahkan. Ya memang harganya segitu, memang sebaiknya tidak dikonversi ke rupiah, kalau mau dikonversi lebih baik ke Euro, itu lebih sebanding. KW kagak ada, adanya barang second hand, yaitu sudah pernah dipakai orang lain, terus dijual lagi. Untuk merek baju branded seperti Zara, Mango, H&M, Pull and Bear, New Yorker harganya mirip-mirip di semua negara. Jadi kalau di Indonesia mungkin wow, tapi disini orang-orang pakainya ya itu, terus mau gimana lagi. Kalau saya pribadi, tetep ya cari yang paling murah dan yang punya diskon besar-besaran kalau bisa 😀 *mahasiswa minded lah ya haha*
Untuk hal lain, seperti transportasi umum harian (metro, tram, bus) itu cukup okelah, dan hampir di semua negara Eropa yang saya kunjungi ya memiliki kualitas yang sama seperti itu, kecuali Swedia, saya masih amazed sama bus biogas-nya yang digunakan untuk transportasi umum 😀
6. Polandia masih mirip orang ‘timur’ yang ramah dan hangat
Dari sejak awal datang ke Polandia, entah mengapa setelah saya seminggu disini langsung merasa nyaman. Teman-teman koridor yang ramah, ada beberapa orang di jalan yang welcome membantu tanpa diminta tolong terlebih dahulu. Kadang beberapa generasi tua melihat saya dengan teliti kemudian tersenyum, seringnya kejadian ini terjadi ketika saya berangkat atau pulang dari kampus. Sering juga saya ditawari tempat duduk di bus, pernah ada seorang ibu tua menepuk-nepukkan kursi kosong disebelahnya dengan tangan dan senyum kepada saya sambil berkata Polish, yang bilang silakan. Saya bilang hanya 1 stop, berdiri saja, terima kasih 😀 Selain itu, ada kakek tua yang juga menawari tempat duduk, juga pernah laki-laki muda menawari kursi kosong setelah didudukinya ketika melihat saya berdiri.
Saya pernah menjemput teman saya dari airport dan dia membawa koper besar, kebetulan kami berdua cewek semua,. Tiba turun tangga, ada mahasiswa membantu mengangkatkan kopernya langsung otomatis. Kejadian ini saya alami beberapa kali secara pribadi di Warsawa. Bahkan di negara lain pun, saya bisa cukup mengenal orang Polandia asli, selain dari bahasanya, juga dari keramahan dalam membantu orang lain. Pernah suatu saat di Swedia, saya melihat seorang laki-laki muda cukup sigap membantu ibu-ibu yang di depannya mengangkat koper. Bagaimana saya tau dia orang Polandia? tetiba dia mengangkat telepon dan saya cukup familiar dengan bahasa itu, bahasa Polandia, dan ternyata memang benar dia akan menuju ke Warsawa. Karena seringnya melihat kejadian tersebut di Polandia, saya tidak meragukan lagi dia berasal dari Polandia.
Meskipun saya dan kawan saya yang sedang berkunjung ke Warsawa pernah juga mengalami kejadian tidak enak saat di centrum, karena tram yang penuh dan berjejelan, namun kejadian tersebut adalah sekali dari sekian kejadian manis yang saya alami selama disini. Ketika mengingat hal tersebut rasanya saya cukup syok. Jadi ada satu orang laki-laki muda sekitar teenager menendang kaki teman saya sehingga sampai keluar tram, diperkirakan orang itu lagi mabuk. Tidak ada petugas di sekitar saat itu, rasanya pengen melaporkan orang itu >,<
7. “Ladies First!”
Sering saya mendapat perlakuan “ladies first” entah itu dari dosen, kawan saya di kampus, ataupun orang di sekeliling saya. Meskipun tidak setiap laki-laki seperti itu, tapi most of them yang saya tahu mereka demikian. Pernah waktu itu masuk dorm, dia ingin masuk, melihat ada saya dibelakang, dia menyilakan masuk terlebih dahulu dengan membukakan pintunya, begitu pula dengan bapak penjaga dorm, atau bapak-bapak yang suka benerin apa-apa yang ada di dorm yang rusak. Saat akan naik bus, saya sering disuruh masuk lebih dahulu sama laki-laki di depan saya, dia memastikan semua wanita masuk dahulu. Kejadian ini seringnya saya rasakan saat perjalanan pulang-pergi ke kampus memang, tidak begitu banyak di tempat lain. Saat di kampus, beberapa kali saya juga pernah diperlakukan “ladies first”.
8. Polandia termasuk kawasan Eropa Timur yang sangat cantik.
Kecantikan Eropa timur sudah tidak diragukan lagi. Selain biaya untuk travelling ke Eropa timur relatif terjangkau, kita juga bisa menikmati lukisan Tuhan yang sangat indah di sini. Oleh karena itu, Eropa timur menjadi salah satu sasaran para turis ketika berekreasi. Beberapa negara eropa timur juga termasuk dalam World Heritage sites oleh UNESCO, seperti di Hungaria (Budapest), Ceko (Praha), atau Krakow di Polandia. Selengkapnya bisa dilihat disini.
9. Pelajar Indonesia yang ke Polandia sedikit, jadi lebih eksklusif
Saat saya pertama kali mendapatkan informasi bahwa saya diterima di kampus di Polandia (Warsaw University of Technology), saya langsung mencari Persatuan Pelajar Indonesia di Polandia (PPI Polandia), ternyata yang saya temukan adalah satu closed group di Facebook, dan ketika saya mencari web resmi-nya ternyata belum ada. Ya, karena sedikitnya mahasiswa Indonesia yang ke Polandia, akhirnya PPI Polandia pun belum diresmikan. Di grup tersebut berisi orang-orang yang pernah atau tinggal dalam waktu panjang/pendek ke Polandia, baik pelajar maupun yang sudah bekerja. Tidak hanya pelajar yang sedikit, namun orang Indonesia di Polandia jumlahnya terhitung tidak begitu banyak kalau dibandingkan negara seperti Jerman atau Belanda. Dengan keadaan minoritas tersebut, kita semua menjadi cepat akrab satu sama lain dan bisa menjadi satu keluarga yang sangat erat komunikasinya. Alhamdulillah, tahun ini PPI Polandia sudah resmi di bentuk, berita selengkapnya bisa dilihat disini. Dengan sedikitnya pelajar Indonesia yang ke Polandia, membuat anggota PPI Polandia sedikit juga dan lebih eksklusif 😀 (tetap ada hikmah yang bisa diambil).
10. Jadi Duta Wisata dadakan
Di kampus, saya sering mudah dikenal oleh beberapa dosen dan teman-teman, selain karena saya yang berhijab sendiri di kelas, atau karena saya seringnya perempuan sendiri di kelas tersebut, saya juga satu-satunya mahasiswa Indonesia di fakultas saya saat ini (kemudian saya curiga saya mahasiswa pertama dari Indonesia di fakultas tersebut) 😀 Dengan adanya hal tersebut, saya mudah untuk mengenalkan Indonesia, yang dimana mereka hanya tau Bali saja, atau sedikit yang tau Jakarta. Ada yang bilang “Bali is the biggest region in Indonesia, right?” Eng… kemudian saya buka tuh peta Indonesia di HP saya, saya tunjukkan letak Bali. Dan kebanyakan baru tau kalau Indonesia itu sangat luas, punya lebih dari 360 suku, 760 bahasa, 6 agama resmi, semuanya akhirnya tertarik untuk bertanya keragaman budaya Indonesia. Akan menjadi bahasan yang sangat panjang ketika saya membahas detail mengenai Indonesia, dan sebenarnya tanah Jawa aja belum khatam saya kuasai 😀
Karena keeksklusifan pelajar Indonesia yang ada di Polandia, tak perlu ikut kontes Miss Universe atau Miss World atau apalah itu, secara otomatis disini kita menjadi duta wisata dadakan. You will be excited for sure, dan kita akan mencintai Indonesia jauh lebih dalam, karena semakin banyak negara yang kita kunjungi kita akan menyadari bahwa Indonesia itu sangat kaya dan kekeluargaan orang-orang Indonesia itu lebih erat satu sama lain. Kalau pesan salah satu bapak diplomat di acara munggahan KBRI kemarin, ” Belajarlah sampai keluar negeri, kemanapun, lihatlah dunia lain, tapi jangan lupakan tanah air, kembalilah ke Indonesia! ” 🙂
Kurang lebih seperti itu kenapa pada akhirnya saya semakin jatuh cinta sama Polandia di setiap harinya. Semoga tidak ada keraguan bagi teman-teman yang lain untuk datang dan belajar di Polandia. Semangat selalu ya, dan jangan lupa tetap senyum dimanapun kita berada 🙂
Cheers,
Musim Panas, Warsawa
Saaar kok puceeet #salahfokus
kayaknya pas mukanya lagi kusut Rum dan ngedit-nya gak sukses haha 😀
cześć! Gute info danke! dziękuję!