Topik yang saya angkat pada artikel kali ini terkait dengan selebrasi yang semakin marak di kalangan mahasiswa terutama pasca menghadapi ujian. Topik ini juga menyertakan konklusi dari hasil Q&A diakun Instagram saya kemarin (17/11/2018) yang anggap saja hasil ngobrol di weekend yang ceria tanpa drama 😀
Selebrasi apa sih yang dimaksud?
Selebrasi yang saya maksudkan di sini adalah selebrasi yang terjadi langsung setelah pengumuman kelulusan diucapkan tim penguji. Biasanya selebrasi ini diungkapkan untuk memberikan reward kepada temannya atas keberhasilan yang dicapai. Atribut yang dibawa biasanya berupa balon, selempang, mahkota, boquet bunga, boquet dalam bentuk lain, makanan misalnya sebangsa coklat dan teman-temannya.
Fenomena ini menjadi sebuah hal yang unik dan menjadi trend di kalangan mahasiswa/i jaman sekarang, diiringi dengan maraknya penggunaan sosial media yang semakin merajalela di kalangan youngsters. Beberapa langkah yang harus dilewati mahasiswa/i sebelum dinyatakan lulus di tiap kampus berbeda. Saya ambil contoh, sebelum mahasiswa/i lulus dan menyandang gelar sarjana mereka diwajibkan melewati pengalaman:
- Praktek Kerja Lapang (PKL): Seminar hasil PKL sesuai bidang keminatan.
- Seminar hasil Skripsi
- Sidang Skripsi
- Yudisium
- Wisuda
Beberapa tahap ini memiliki makna tersendiri, sehingga membuat sebagian dari mahasiswa akan membuat selebrasi di setiap tahapan itu. Baiklah, saya akan rangkum pendapat yang telah tertampung dan juga mengutarakan dari pandangan saya sendiri. Hmm, saya belum baca jurnal terkait dengan hal ini, kalau kalian punya referensi, feel free to share ya.
1. Selebrasi perlu, asal tidak berlebihan
Mayoritas dari responden memberikan statement seperti ini sebagai bentuk apresiasi atas pencapaian yang telah dilakukan. Ada yang berpendapat karena “berlebihan itu tidak baik, dan Tuhan tidak suka dengan sesuatu yang berlebihan”. “Tidak perlu setiap tahapan tersebut selalu selebrasi,”
Pendapat saya:
- Ok, makna “berlebihan” sendiri bisa berbeda setiap orang, bisa saja yang satu merasa biasa saja, yang lain berfikiran itu berlebihan. Menurut saya, jika hal tersebut sudah memberatkan berarti itu berlebihan, termasuk menimbulkan kesenjangan terhadap teman yang mungkin tidak mempunyai cukup “dana” untuk melakukan hal yang sama. Apalagi jika memberatkan hati, pikiran tenaga diri sendiri, orang lain maupun keluarga.
- Selebrasi saat wisuda pun dirasa cukup. Ada yang mengatakan bahwa melakukan selebrasi seusai seminar hasil PKL adalah premature celebration. Saya sepakat dengan hal tersebut, karena perjalanan untuk “menanjak” baru akan dimulai. Tapi, bentuk selebrasi seperti hanya foto-foto saja atau memberi bingkisan kecil yang bermanfaat itu kepada teman saya rasa tak masalah jika memang mampu. Berlebihan jika sampai stage ini itu sampai bawa balon dan atribut “rempong” lainnya.
- Sebagai tenaga pengajar maupun pembimbing, saya mendengar banyak kisah sedih dan bahagia mahasiswa. Kisah yang terkadang mereka harus berjuang mati-matian untuk kuliah dengan mengais rejeki untuk membantu orang tuanya. Pada sisi lain, ada mahasiswa yang berlebihan dalam mengekspresikan kebahagiaan. Ini yang membuat hati saya bergetar setiap kali melihat kesenjangan itu terjadi. Terakhir kali mendengar kabar bahwa ada mahasiswa yang mengundurkan diri karena diterima bekerja di sebuah perusahaan (yang mana dia mendaftar dengan ijazah SMA) dan kesusahan untuk biaya kuliah maupun hidup. Sudah tidak ada pilihan lain, padahal mahasiswa tersebut tergolong pintar dan orang tuanya juga menyarankan untuk bekerja saja. Bagaimana dengan kondisi mahasiswa yang sejenis dan merasa sungkan kepada teman-temannya jika tidak melakukan hal yang sama yaitu selebrasi di setiap kelulusan ujian? Jika kamu melakukan sedikit selebrasi saat yudisium, it’s ok karena revisian juga sudah kelar, tetep tak perlu lebay.
- Selebrasi WISUDA? Do it if you can! You deserve it! Caranya? Terserah! yang penting tidak merugikan orang lain dan tetep tidak berlebihan. It just to motivate yourself to achieve more in your next path!
2. Belum tentu lulus, lantas bagaimana dengan selebrasi yang sudah dipersiapkan?
Ya, jika diberi kemudahan selayaknya hal yang utama kita lakukan adalah bersyukur. Allah yang kita ingat pertama, kemudian kedua orang tua kita yang tak henti-hentinya mendoakan kita. Juga dosen-dosen ataupun guru-guru kita yang dengan segala kekuatan dan pikirannya digunakan untuk membantu meluluskan mahasiswa/i. Anggapan pasti lulus, ternyata juga tidak selalu demikian terjadi. Jadi, bagaimana? Ya udah, sewajarnya saja.
Kalaupun lulus, itu pun masih juga tergantung dengan nilainya kan ya? Bisa jadi nilainya di ambang batas antara lulus atau mengulang. Seperti kata salah satu responden kemarin, “Perlu dipastikan bahwa memang pantas diselebrasikan” Jadi, bagaimana? Ya udah, sewajarnya saja.
3. Memicu kreativitas dan tetap bijak
Pasar melihat konsumen. Pola konsumen yang semakin nyentrik dengan gaya-gaya terkini merupakan pundi-pundi kebahagiaan pula dalam rangka menyukseskan lapangan pekerjaan lain. Ini bagus, artinya Indonesia kreatif dengan segala pemikirannya yang cerdas. Namun, mengkonsumsinya secara bijak adalah pilihan. Sepakat jika mahasiswa mampu memiliki usaha yang kreatif untuk membuat bingkisan menarik yang bermanfaat untuk hadiah saat wisuda.
4. Selebrasi dengan berbagi kepada sesama yang lebih membutuhkan sebagai bentuk syukur
Ini hal yang sangat baik dan perlu dibudidayakan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang diberikan Tuhan, dengan memberikan kemudahan, kelancaran, atau bahkan nilai baik selama ujian PKL maupun Skripsi. Dengan menyelipkan keinginan berbagi ke yang lebih membutuhkan setiap keberhasilan yang dicapai, akan mendatangkan berkah setiap apa yang kita berikan. Seperti contoh yang diberikan oleh responden “sedekah untuk sarapan Jum’at berkah jika lulusnya cum laude”.
Begitulah kurang lebih yang dapat disampaikan atas kesimpulan obrolan tentang selebrasi kemarin. Terima kasih atas diskusinya. Saya begitu menyadari bahwa generasi dan jaman serta teknologi telah membawa perubahan. Yang penting, yang tidak berubah adalah akhlah dan budi perkerti 🙂
@baiti jannati, selepas Maghrib, malam maulid Nabi