Alhamdulillah, MasyaAllah, saya akui, proses memulai untuk menyapih ini sangat berat, benar-benar butuh kesiapan mental sang Bunda. Pasalnya, kalau ibunya mentalnya sudah kuat, akan mudah mengendalikan emosi yang sangat campur aduk itu untuk kemudian menjadi penenang juga untuk si anak. Kerja sama yang luar biasa dari Ayah juga diperlukan. Satu hal yang super duper penting, selalu melibatkan Allah dan selalu karenaNya, karena seluruh perasaan yang berkecamuk itu dariNya dan Dialah yang mampu memberikan ketengangan. Allah ya Rabb.
Singkat cerita, saya memulai untuk menyapih ini sebenarnya dalam kondisi yang tidak siap, semua berasa terlalu cepat, dan dalam level kegiatan yang lagi padat-padatnya. Akan tetapi, saya sepertinya harus memulainya, karena saya tidak tahu seberapa lama N akan adaptasi dengan proses menyapih ini. Jadi, saya menyiapkan durasi atau jeda sedikit lebih lama. Kalau dari referensi atau artikel yang saya baca, bahkan ada yang mulai 4 bulan sebelum dua tahun, atau 6 bulan sebelumnya sudah ada sounding. Bismillah, saya pun mulai tanya beberapa buibu yang sudah berpengalaman sebelumnya di IGS. Ada yang langsung disapih bisa, 3 hari, 4 hari, seminggu, 6 bulan, 8 bulan, bahkan ada yang baru bisa menyapih saat usia anak 4 tahun. Benar-benar pengalaman yang berbeda masing-masing Bunda.
“semua anakku gak ada yang weaning with love yang ada weaning with war”
“Memori anak-anak tentang menyusui gak diingat mereka saat mereka besar”
“Kuncinya di ibu, ibunya harus tega, harus kuat dengar tangisan anak”
“Saat disapih mereka itu kerasa, makanya yang ada malah nempel terus”
“Semangat ya mbak, semoga Allah mudahkan. Sounding terus pas mau bobo “
“Temani anak, peluk, dan jangan ditinggalkan”
“Anak-anak itu, dari alam bawah sadarnya ketika kita kasih tau berulang-ulang, bakal ngerti”
“Allah first. Semoga Allah berikan kekuatan”
Sebagian kecil cuplikan komentar buibu,
Dengan dukungan dari berbagai pihak terutama suami, maka bismillah memantapkan hati, karena semuanya dimulai dari niat saya dan kesiapan saya pribadi.
TANTANGAN
Berbagai tantangan ternyata muncul dalam proses penyapihan, maju mundur, ada rasa rindu, gak tega setiap si anak merengek-rengek sambil narik-narik baju saya. Rasanya benar-benar segalau itu π Tenang…tenang… ingat Allah. Ya Allah, Engkau pemilik hati, lembutkan hati anakku, berikan ketenangan, untukku juga. Semoga Engkau ridlo.
- N selalu DBF semenjak lahir. Full ASI tanpa campuran. Ini yang membuat lebih menantang.
- N tidak begitu terbiasa atau suka dengan dot semenjak lahir, jadi semenjak MPASI minumnya dari gelas. Ini tantangan juga, karena rata-rata biasanya masih bisa dislimurkan pakai dot.
- N masih kuat banget untuk minum ASI apalagi saat malam hari, 2-3 jam sekali, nyaris masih seperti saat bayi dulu. Bedanya pagi ke sore sudah jarang kecuali mau tidur saja. Tantangan sangat terasa saat malam hari. Bisa tidak ya? Pikiran seperti ini yang bikin maju mundur, sama kondisi fisik yang biasanya kalau malam sudah lelah sekali karena seharian kerja.
- Pengasuhan N semenjak pandemi mayoritas betul-betul dilakukan hanya kami berdua saja (Ayah-Bunda). Jadi butuh penyesuaian yang super duper keras untuk ini, karena N tidak mudah diasuh oleh orang lain. InsyaAllah saya akan menceritakandi post terpisah solusinya.
- Tantangan berikutnya, Ayah-Bunda tidak bisa mengelak dari kepadatan jadwal yang ada, mau tidak mau, siap tidak siap, harus dimulai. π Bener-bener seperti gak bisa nunggu entar-entar nunggu selo, yang ada gak selo-selo. Butuh kerjasama ya, jangan salah satu!
DAY 1
Dari pagi sampai menjelang tidur tidak mik ASI, kami ganti dengan susu UHT. Masih belum bisa pakai sedotan karena tidak terbiasa dan belum membiasakan. Jadi minumnya dari gelas. Kalau mau tidur identik dengan minta “jatah” ASI, so Bapak harus turun tangan, untuk fase pertama ini, saat tidur malam ditemani Ayah. Bunda sempat singitan dulu di kamar yang lain, mendengar N memanggil “mama..mama..” bener-bener ambyar, sempat nangis juga meronta-ronta sambil teriak “mikcu…mikcu…“. Si Ayah teh harus benar-benar kreatif. Dengan berbagai macam jurus yang dikeluarkan Ayah akhirnya N terlelap. Saya teringat pesan dari teman “kamu harus yakin anakmu pasti bisa” Bener-bener bacain pesan buibu dari IGS itu seperti support yang berharga. Terima kasih ya buibu <3 semoga Allah meringankan segala urusan dan jadi amal jariyah karena telah memberikan nasehat yang berharga. Tantangan memang malam harinya, setiap kali terjaga nangis ngejer. Ayah sama Bunda temenin N meluapkan segala emosinya setiap kali terjaga, biasanya kasih nen langsung bubu lagi, sekarang dia harus tidak terbiasa dengan itu. Bunda gak bisa untuk tidak ikut mewek π Udah ditahan, tapi ya mana tega, mana tubuh kondisi benar-benar lelah, tapi ingat lagi bahwa Bunda harus tenang. Gimana mau nenangin anak kalau Bundanya saja gak tenang. Sudah meluapkan emosinya, 10 menitan mungkin, if i’m not mistaken, N kami tawari segelas air putih dan dia minum sangat banyak, mungkin capek, kemudian dengan mudah terlelap. Looping sampai subuh seperti itu 3-4 kali. Well masuk Day 2.
DAY 2
Bertepatan dengan hari pahlawan, rentetan jadwal hari ini memang tidak karuan. Undangan sebagai narasumber kegiatan pun aku merasa belum siap materi, ambyar, π Sleepless karena semalaman kemarin benar-benar menguras jiwa dan raga. Berasa capek hati dan pikiran, juga tenaga. Sampe-sampe, pas subuh itu, N nangis nguejer, sudah gak bisa ditenangin ala-ala semalam. “Yah, Bunda ndak kuat lihat N seperti ini, Bunda kurang tidur” sambil tak terasa air mata menetes. “Ya sudah kita coba lagi nanti, N mikcu sekalian Bunda tidur”. Langsung campur aduk perasaan ini, seperti “melepas rindu” dengan ngASI saat subuh itu. Ya Allah nulis ini, rasanya masih mixed, padahal sudah semingguan lebih berlalu. Sambil ngobrol sama N saat dia mikcu, kasih dia pengertian, sambil menenangkan hati, sambil berdoa ternyata hambaMu ini lemah, ya Allah. Tiada daya tanpa kekuatanMu, berikan kami kelapangan hati agar tenang. Rutinitas pagi sampai menjelang tidur seperti kemarin, bedanya kali ini Bunda yang temani tidur juga, tidak hanya Ayah saja. Jadi kami berdua temani N. Bunda ajakin ngobrol, main sendiri akhirnya terlelap, MasyaAllah. Sepanjang malam jauh lebih mudah daripada Day 1. Setiap N terjaga tidak pakai rewel lama, minum air putih dan langsung tertidur. Tantangannya saat subuh–> Day 3.
DAY 3
Dia masih ingat kalau subuh kemarin mikcu ASI. Jadi dia rewelnya lumayan lama, sampai lebih dari 15 menitan. Lagi-lagi Bunda gak tega dan terus terang benar-benar ada ruang rindu menyusui. Ayah selalu mengingatkan untuk konsisten, dan ingat juga pengalaman temen yang juga kangen ngASI terus diberi ASI, sehingga dia mengatakan mengulang siklus menyapih jauh lebih sulit. Kuncinya memang konsisten. Hari ini, Day 3 MasyaAllah perkembangan N, saya beri apresiasi ke N, peluk terus bahwa Bunda masih tetap sayang sama N meski sekarang inetraksi DBF tidak lagi ada. “Terima kasih ya N sudah mau belajar sama Bunda-Ayah, kita akan terus belajar bersama-sama. MasyaAllah anaknya bunda pinter, sudah besar, sudah bisa mikcu gelas sendiri, sudah bisa tidur sendiri”. Dipuji semata-mata untuk memberikan apresiasi.
DAY 4 dan seterusnya
Alhamdulillah, N sudah secara penuh tidak menyusu, saat bangun subuh langsung ditawari susu UHT mau. Oh iya, N sudah bisa bilang sesuatu yang dia mau atau tidak, kalau dia tidak mau biasanya diam, kalau dia mau biasanya bilang “mau”, kalau dia sangat antusias bilangnya “mauuuuuuu” dengan penekanan ala-ala dia. MasyaAllah. N juga tidak menunjukkan gelaja kesal atau marah sama saya, semuanya seperti tidak ada apa-apa, padahal drama hari pertama sungguh seperti itu. Sejauh pengamantan saya, saya melihat beberapa efek positif pasca menyapih.
- N sehari diajari pakai sedotan, besoknya sudah bisa.
- Kalau sudah ngantuk N bubu sendiri, biasanya sebelum tidur dia minum air putih cukup banyak di gelas atau susu UHT.
- Kalau malam durasi tidurnya bisa lebih lama tanpa terbangun-bangun. Sudah seperti tidur pada orang dewasa, tidur malam-bangun pagi. Jadi Ayah-Bunda sangat terbantu dengan ini.
- N terlihat lebih mandiri.
MasyaAllah. Di balik perang batin yang masih ada, ada rasa syukur yang tak terbendung.
Tips Menyapih ala Bunda Arumsha dan Baby N
- Niat karena Allah ta’ala. Saya pribadi merasa betul-betul mixed feeling, maju mundur dan perasaan tak tega selalu muncul yang saya sadar betul itu bisa tidak konsisten dan proses menyapih ini mejadi gagal. Jadi, untuk menenangkan itu semua, tidak dari orang lain, tapi dari diri sendiri dan Allah Maha mengendalikan semua hal.
- Konsisten. Ini penting, dari pihak ibu yang benar-benar harus konsisten. Mengambil saran dari teman: “mengulang siklus menyapih itu lebih sulit”. Jadi, jangan karena kangen menyusui akhirnya disusui lagi kemudian proses menyapih jadi maju mundur.
- Dukungan Ayah. Ini penting ya, biar si baby selalu merasa tetap disayang dengan ortunya pasca menyapih ini selesai.
- Percaya. Percaya kalau anak bisa dan mampu dalam proses penyapihan ini. Seakan-akan anak itu bisa merasakan apa yang dirasakan ibunya, jadinya harus positif terus si ibu.
- Tega untuk kebaikan. Tega dan kuat mendengar anak nangis ngejer saat proses penyapihan. Tetap dampingi dia menyalurkan emosinya, peluk, kalau tidak mau dipeluk pegang tangannya, kalau masih tidak mau elus-elus punggungnya. Jangan dibiarin sampek capek nangis ya π Setelah dia mereda ajak ngobrol. Hal tersebut lebih ampuh ternyata π
Kurang lebih begitu ya untuk sharing menyapih. Semoga bermanfaat, dan barangkali ada yang mau berbagi pengalaman, menambah tips and trik juga boleh share ya via kolom komentar. Terima kasih. Sehat-sehat ya semuanya <3.
@baiti jannati, selepas subuh