Assalamualaikum sahabat Arumsha. Bulan Agustus blognya vakum, karena pemilik blog sedang sibuk melakukan eksperimen riset untuk menghadapi data primer yang sangat menggemaskan 😀 Mohon dimaklumi ya. Baiklah, pada kesempatan kali ini, saya akan coba menjawab pertanyaan yang kerap menjadi dilema saat lulus S2 dan bercita-cita ingin menjadi dosen. Apakah yang sebaiknya dilakukan? S3 langsung atau mencari homebase terlebih dahulu. Atau apa sih sebenarnya yang perlu dipersiapkan sebelum menjadi dosen. Anyway, buat yang mau jadi dosen, sudah tahu apa belum kerjaan dosen itu apa saja sih? Jika belum, boleh mampir sini dulu ya 😉
Baiklah, artikel ini ditujukan untuk yang bercita-cita menjadi dosen (berarti untuk yang belum pernah pengalaman menjadi dosen ya 🙂 ) tentunya atau ada yang mau mencoba peruntungan di dunia dosen? 😀 Boleh juga 😀
Jadi, profesi dosen ini adalah sebuah profesi yang bisa kita persiapkan semenjak mengambil jenjang pascasarjana. Sejauh yang saya pahami, aturan pasti akan berubah dari waktu ke waktu, namun untuk mekanisme pengembangan jenjang karir dosen itu hampir tidak signifikan perubahannya, kecuali syarat-syaratnya :D. Pasti ya, semakin hari semakin adanya perkembangan, jika kemudian syaratnya semakin berat tak lain karena dengan tujuan menjaga atau bahkan meningkatkan kualitas. Ini wajar terjadi, termasuk yang kemudian sekarang lowongan dosen dari kampus-kampus ternama (baik negeri maupun swasta) hanya menerima dosen dengan kualifikasi lulusan S3 atau sedang S3. Sebagai contoh, lowongan dosen tetap non PNS di Universitas Indonesia (https://recruitment.ui.ac.id/#, lihat di bagian Daftar Pekerjaan) yang baru-baru ini diluncurkan, sebagian besar posisinya membutuhkan lulusan S3. Ya, jangan dibandingkan sama UI dong Bu 😀 Bukan membandingkan, hanya saja kalau mindset bahwa syarat ini merupakan syarat minimal yang bisa dipenuhi calon dosen, akan jadi lebih baik, bukan? Kita jadi bisa terus mengembangkan kapasitas diri kita untuk memberikan yang terbaik.
Dulu zaman saya saat S2 (2012-2015), dosen sudah tidak diperbolehkan S1, sehingga dosen-dosen yang masih S1 dihimbau untuk segera melanjutkan ke S2. Bukan berarti bahwa dengan kualifikasi terakhir S2 tidak bisa menjadi dosen, masih banyak kampus yang menerima kualifikasi pendidikan terakhir S2 saat ini. Oke oke, sekarang coba kita lihat bersama beberapa berita dan beberapa referensi berikut.
- Dikutip dari Malang Times, 4 Oktober 2019 , Prof Dr Ir Suprapto DEA saat ditemui di kampus Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) ASIA Malang mengatakan bahwa pemerintah akan memberlakukan bahwa dosen-dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS) harus S3 dalam lima tahun atau paling lambat 10 tahun lagi sekarang.
2. Mengutip dari JawaPos.com 16 Februari 2021, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka): Bapak Gunawan Suryoputro mengatakan di dalam UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen memang diatur bahwa kualifikasi pendidikan dosen minimal S2 atau master, namun menurut beliau regulasi tersebut sudah dibuat lebih dari sepuluh tahun yang lalu, sehingga ada kemungkinan ke depannya peraturan untuk dosen minimal bergelar doktor.
3. Berdasarkan KEPPRES 17 tahun 2019 tentang JABATAN DOKTER, DOKTER GIGI, DOKTER PENDIDIK KLINIS, DOSEN, PENELITI, DAN PEREKAYASA SEBAGAI JABATAN TERTENTU DENGAN BATAS USIA PELAMAR PALING TINGGI 40 (EMPAT PULUH) TAHUN, pada poin Ketiga menyatakan bahwa salah satu jabatan: dalam hal ini dosen kualifikasi pendidikan adalah S3. Keputusan Presiden ini ditetapkan pada tanggal 3 Juli 2019.
4. Beberapa institusi mengutamakan lulusan S3 karena salah satu syarat akreditasi program studi. Untuk mendapatkan akreditasi unggul, 60% dosen tetap memiliki jenjang akademik Lektor. Jika sudah lulus S3 dan mendaftar menjadi dosen, jabatan akademiknya langsung Lektor, namun jika masih S2, jabatan akademiknya dimulai dari Asisten Ahli (AA).
Gambarannya seperti pada infografis skema pengembangan karir dosen jabatan fungsional di bawah. Ini hanya simulasi berdasarkan aturan yang ada di PO PAK 2019 serta syarat sertifikasi dosen SMART yang terbaru. Untuk lamanya proses NIDN serta pengangkatan jabatan fungsional pertama (AA untuk lulusan S2 dan Lektor untuk lulusan S3) tergantung dari kebijakan masing-masing homebase.
Kira-kira, kalau kamu jadi pimpinan institusi, kamu akan lebih memilih yang lulusan S2 atau S3? Akan lebih menguntungkan yang mana untuk institusi? Sudah pasti tahu jawabannya, kan? Baiklah mungkin nanti kita akan coba bahas plus minus menjadi dosen saat dimulai dari lulus S2 atau S3 di artikel terpisah mungkin ya 😀 . Untuk rekan-rekan dosen yang sudah berpengalaman banyak terkait hal ini boleh share juga ya pengalamannya di kolom komentar.
Bagaimana? Sudah mantap menentukan pilihan sekarang harus melangkah kemana lebih dahulu? 😀
Lalu, saran dari Ibu bagaimana?
Kalau ditanya saran, berarti dari pendapat pribadi yang dirunut dari pengalaman diri maupun pengalaman orang lain. Boleh ya berbeda pendapat 😀 karena jalan hidup masing-masing dari kita, sama-sama tidak ada yang tahu, yang kita sama-sama tahu bahwa kita adalah mengusahakan yang terbaik dari diri kita, kan? 😀
- Jika kamu sekarang sudah lulus S2 dan di bawah 30 tahun, jika mau cari homebase dahulu tak masalah. Yang jadi masalah, mencari homebase yang tepat ini terkadang mirip seperti mencari jodoh: gampang-gampang susah. Tidak semua jurusan atau bidang ilmu tertentu selalu ada lowongan dosennya, ada yang sampai bertahun-tahun tidak buka lowongan juga ada. Yang jelas, carilah homebase yang membuat kemampuan dirimu berkembang (bukan jalan di tempat), lingkungan yang mendukung cita-cita untuk menjadi dosen yang baik, dan homebase yang memperhatikan Sumber Daya Manusia-nya dengan baik termasuk memberikan kesejahteraan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika dalam waktu satu tahun kamu belum menemukan homebase sebagai jodoh kamu, paralel saja dengan mencari peluang beasiswa untuk melanjutkan studi S3. Mungkin rezekinya disuruh sekolah lagi dulu.
- Jika kamu sekarang sudah lulus S2 dan di atas 30 tahun dan baru mau melamar menjadi dosen, sebaiknya langsung lanjut studi S3 dulu saja. Lamarannya dibungkus dulu setelah lulus S3 nanti. Setelah S3 tidak bingung lagi untuk Post Doctoral, karena belum terikat dengan istitusi mana pun, cari pengalaman sebanyak-banyaknya. Lho Bu, mengapa patokannya umur? Bukan patokan pakem ya itu, namanya juga saran :p Jadi begini, jika usia kamu di atas 35 tahun pilihan untuk mendapatkan beasiswa tidak sebanyak jika di bawah umur 35 tahun (atau 40 tahun untuk S3). Meski pun banyak juga beasiswa S3 yang tidak mensyaratkan batasan usia, tinggal rajin filter dalam proses pencarian.
- Posisi di tengah-tengah nih, baru masuk jadi dosen bagaimana? Ya enggak gimana-gimaana 😀 Lanjutin saja, pasti terikat kontrak kerja juga, kan? Silakan ditunggu sampai dapat NIDN. Kalau sudah ada NIDN segera urus jabatan fungsional pertama yaitu Asisten Ahli (AA). Sabar ya, ada yang cepet ada yang lama. Sambil menunggu prosesnya, banyak latihan publikasi (asli ini gak baka ngerugiin kamu) karena pengalaman publikasi juga kamu butuhkan sebagai porto folio untuk mendaftar S3 nanti. Misalnya sudah dapat AA kemudian belum ketemu-ketemu jodoh-jodoh sekolahnya sampai 2 tahun misalnya, ya sudah coba sertifikasi dosen (serdos) dahulu 😀 Susah ya, ya mau bagaimana lagi 😀
- Misalnya statusnya saat ini sedang S2, sebenarnya bisa sambil ngajar apa ndak sih Bu? Bisa kalau ngajar anak SD, SMP, SMA 😀 atau pengajar atau mentor apa pun tapi bukan dosen ya. Soalnya pengusulan NIDN itu syarat minimalnya adalah lulusan S2 (cek di sini). Bolehnya maksimal asisten dosen atau asisten riset. Sabar ya, selesaikan saja studinya, fokus pada studinya 😀 InsyaAllah yakin jadi dosen yang sukses. Aamiin.
- Saya sudah lulus S2 tapi capek mau S3 lagi. Ngeri banget kalau dosen harus S3! Kalau tujuannya bukan dosen, tidak masalah, nak. Tenang saja 😀 Sekolah itu jangan dijadikan pelarian masalah ya, karena memutuskan untuk sekolah kembali itu tandanya siap untuk menerima masalah dan membuat rumusan masalah 😀
Baiklah, kurang lebih begitu ya, yang bisa saya bagikan kali ini. Semoga sedikit banyak dapat bermanfaat untuk adik-adik calon dosen yang sedang atau merintis karir sebagai dosen pemula. Semoga selalu diberikan kesabaran, kekuatan mental, serta tenaga yang kuat dan sehat selalu.
- Jadi, sebaiknya kapan mulai persiapan untuk lanjut studi? Bisa cek di sini.
- Jika ingin mengetahui perbedaan kuliah di dalam atau di luar negeri bisa merujuk pada postingan ini.
- Sambil menunggu NIDN dikeluarkan, dosen baru bisa melakukan apa agar tetap produktif? Cek di sini.
Semoga sukses semuanya. Sehat selalu.
@Okayama, musim panas
Referensi:
- https://www.malangtimes.com/baca/44732/20191004/163200/setidaknya-10-tahun-lagi-dosen-pts-minimal-harus-s3
- https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/16/02/2021/dongkrak-kualitas-kampus-dosen-harus-bergelar-doktor/
- https://www.banpt.or.id/wp-content/uploads/2021/08/Lampiran-9-Peraturan-BAN-PT-Nomor-8-2021-Instrumen-EMBA-Fin.pdf
- https://jdih.setneg.go.id/Produk KEPPRES 17 tahun 2019 tentang JABATAN DOKTER, DOKTER GIGI, DOKTER PENDIDIK KLINIS, DOSEN, PENELITI, DAN PEREKAYASA SEBAGAI JABATAN TERTENTU DENGAN BATAS USIA PELAMAR PALING TINGGI 40 (EMPAT PULUH) TAHUN
- http://lldikti12.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2019/03/PO-PAK-2019_MULAI-BERLAKU-APRIL-2019.pdf
- https://lldikti8.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2021/08/SERDOS_SMART_2021-1617950107.pdf
- https://lldikti6.kemdikbud.go.id/validasi-nidn-nup-nidk-di-pddikti/