That’s Why I Love Writing

Apa sih menariknya punya hobi nulis? Namanya juga hobi, hobi kan memang sesuatu yang kita sukai meski orang mengatakan membosankan. 😀 Beberapa waktu lalu, sempat membaca artikel bagus dari mbak Astria Hijriani, tentang menulis, jadi ingin menulis terkait menulis juga. 😀 #recursive  Bahwa sebenarnya menulis itu merekam jejak kita selama hidup di dunia. Motivasi saya saat menulis adalah bisa bermanfaat ataupun bisa menjadi pengingat diri sendiri, syukur alhamdulillah lagi jika tulisan tersebut bermanfaat untuk cakup yang lebih luas. 🙂 <3 Jadi masih terus belajar sampai saat ini, bagaimana membuat konten yang bermanfaat dengan minimal mengambil hikmah dari yang saya alami sendiri.

Menulis saat santai, ide bisa dari mana saja

Menulis yang paling menyenangkan adalah tanpa tekanan, baik itu menulis yang sifatnya ilmiah seperti jurnal ilmiah ataupun menulis blog seperti ini. Kalau saya lagi suntuk dan ngerasa gabut saya nulis blog, nulis membuat perasaan saya jauh lebih senang. Di samping mengajar, menulis adalah hal yang bisa membuat mood saya jauh lebih baik. 🙂 Pada part lain saya nanti akan mencoba membuat artikel mengapa sih mengajar juga bisa mengubah mood saya. 😀 Ide yang ditulis pun bisa dari mana saja, bahkan terkadang dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul di inbox atau email saya, baik itu terkait gimana jadi dosen? gimana kerja di dunia akdemisi? gimana cara dapet beasiswa? dan berbagai macam diskusi lainnya. Pertanyaan yang muncul dari beberapa silent reader medsos maupun blog saya biasanya memberi inspirasi saya untuk membuat sebuah headline baru dalam satu artikel sendiri. Selain mempermudah dan efisien dalam menjawab, juga dapat meminimalisir chat yang sifatnya cenderung ‘rendundan’. Kalau lagi short break dan pas lagi ada yang mau ditulis terkait dengan fenomena yang ditemui biasanya saya cenderung lebih suka nulis di caption Instagram. Oleh karena itu, beberapa  beberapa follower Instagram mesti bilang “captionnya selalu panjang”. Buat sebagian yang hobi foto atau photographer mungkin cukup foto dengan sedikit caption dan hastag sudah dirasa cukup. Namun, buat manusia-manusia yang hobi nulis seperti saya, boleh kan kalau saya mengisi lapak saya sendiri dengan caption yang panjang? Hehe…

Menulis memperluas silaturahmi

Menulis juga bisa nambah teman atau bisa mengenal temannya teman secara tidak langsung. Karena dumay ini terlalu luas, jadi terkadang sedikit surprise kalau ternyata kita sebenarnya dalam circle yang berdekatan. Dari beberapa artikel yang saya post juga ada yang sampai kopi darat dengan salah satu orang yang pernah mengisi kolom komentar. Dari menulis saya juga menerima beberapa cerita dari para reader yang membuat saya lebih termotivasi dan semangat untuk menulis. Terkadang ada satu stage saya merasakan star syndrome yang pada akhirnya membuat saya takut banget untuk nulis lagi karena menjaga hati ini untuk pada level rendah sangat susah. Khawatir potensi riya’ , namun beberapa pembaca dan juga teman menyarankan untuk tetap menulis dengan tetap menjaga hati melalui niat yang baik. Pembaca bisa mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap sebuah tulisan, saya sebisa mungkin belajar untuk membagi pengalaman. Menurut teman-teman, jika ada satu saja yang termotivasi dengan tulisan kita dan dia menggunakannya dalam kehidupannya, pahala juga mengalir ke kita. Itu motivasi dari teman-teman baik saya yang selalu saya ingat saat akan menulis. Sebelum klik tombol “publish” bismillah terlebih dahulu agar tulisan yang dibuat menyimpan keberkahan, minimal untuk diri sendiri.

Menulis memaksa saya untuk membaca.

Dengan menulis, secara otomatis memaksa saya untuk membaca, walaupun saya masih belum sanggup menyelesaikan satu buku dalam satu bulan saat hari-hari aktif mengajar. [Ya, saya memiliki target membaca 1 bulan 1 buku-tapi belum berhasil2]. Rasanya susah sekali membagi waktunya. Kalaupun masa libur mahasiswa, seperti semester kemarin ada lebih 15 buku skripsi yang harus diselesaikan untuk dibaca. Membaca skripsi secara otomatis tidak seperti membaca novel, baca pakai mikir banget, belum lagi mengoreksinya. 😀 Oleh karenanya dipaksa all out mencapai target tidak terlalu bisa. Paling bisa baca saat weekend, biasanya tetap menyempatkan. Baca apa saja sih sebenarnya, kalaupun mentok ya caption-caption Instagram yang faedah -Di luar baca Al-Qur’an ya (kalau ini diusahakan setiap hari)-. Masih banyak konten-konten segar di medsos dengan gaya bicaranya pakai data. Katanya sih, sesuatu yang berfaedah itu jika kita melakukannya kita bisa mengingat Sang Khalik. Kadang saya coba buka lagi tumblr saya dan kemudian membaca tulisan-tulisan kawan saya di sana, kalau lagi senggang dan ingat. Tulisan-tulisan bagus yang selalu mengingatkan kita untuk sabar, syukur, dan ikhlas. 🙂

Menulis dapat menjadi pengingat

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, catatan saya sendiri bisa digunakan sebagai pengingat diri saya sendiri. Kadang kalau lagi nostalgia, baca-baca tulisan lama dan throwback a moment , kemudian membaca setiap ups  and downs nya membuat saya lebih menyadari masih banyak kekurangan dalam diri saya. Karena sebenarnya saya termotivasi, terinspirasi dan selalu bersemangat juga karena tulisan-tulisan yang saya baca atau pengalaman-pengalaman dari para blogger yang memang bisa diambil hikmahnya. Saya juga berterima kasih kepada tulisan-tulisan yang ‘terjual’ bebas yang bisa diakses oleh semua kalangan. Beberapa tulisan perjalanan saya sertakan hari, tanggal bahkan jam dan menitnya 🙂 Ya, mungkin beberapa nama kamu-pun masuk ke blog saya 😉 Jika lupa tinggal memanfaatkan fitur search dan kemudian saya mulai kembali mengingat.

Menulis Meningkatkan Skill Berbicara?

Kalau disuruh memilih salah satu, mungkin saya cenderung memilih menulis, karena menulis itu membuat kita berfikir sebelum berbuat. Berbicara itu sesuatu yang spontan yang terkadang membuat saya di beberapa bagiannya merasa bersalah telah mengucapkan itu. Itu cukup sering terjadi dua atau tiga kali dalam sekali bicara panjang dengan durasi 2,5 jam. Sehingga yang terjadi adalah tuntutan untuk belajar lebih baik pada setiap fasenya. Mungkin sampai saat ini pun saya pasti masih ada kurangnya ketika diundang menjadi pembicara. Sejauh pengalaman yang saya miliki dengan menulis dapat meningkatkan kemampuan kita untuk berbicara. Kamu juga boleh baca referensinya di sini. Secara tidak langsung dengan terbiasanya menulis, kita juga biasa membaca dan mudah bercerita kembali juga dengan apa yang kita tulis. Kesatuan soft skill antara membaca, menulis dan berbicara sudah menjadi hal yang tak dapat dipisahkan.  Penulis best seller , tulisan mereka bagus karena pastinya suka membaca. Kita juga tahu bahwa beberapa diantaranya diminta untuk mengisi workshop atau seminar yang membuat mereka jadi public speaker yang bagus pula. Profesi saya saat ini menuntut untuk bisa menulis maupun berbicara. Untuk bisa menulis dan berbicara, maka kita dituntut untuk banyak membaca.

Pernah gak ngerasa kalau topik tulisan kamu itu sebenarnya pernah ditulis orang? Dan ngerasa gak sih kalau misalnya gak ada yang baca gimana?

Pertanyaan itu pernah ditujukan kepada saya. Saya rasa apa yang kita pikirkan saat ini bisa jadi banyak orang juga memikirkan hal yang sama. Namun dari sekian orang yang memikirkan hal yang sama mungkin hanya beberapa yang mau menuliskannya. Kemiripan topik kemungkinan besar ada, namun saya rasa cara penyampaian, gaya bahasa dan juga cara penulisan menjadi hal berbeda setiap individu. Kalau sama persis isi dan judul ya namanya plagiasi kan ya? 😀 Secara etika sumbernya wajib disertakan.Jadi saya rasa, setiap tulisan, pasti menyimpan keunikannya masing-masing. Kalaupun tulisan yang saya tulis tidak ada yang membaca, minimal saya yang membacanya sendiri. Dulu sempat kepikiran demikian saat awal-awal belajar nulis. Tapi setelah dipikir-pikir kalau begitu terus rasanya membuat saya tidak jadi-jadi belajar nulis. Nulis buat saya sudah menjadi kebutuhan, kalau kata Pramoedya Ananta Noer menulis adalah bekerja untuk keabadian. Jadi biar kata tulisan kita jelek, minimal kita bisa mengapresiasi diri kita sendiri bahwa kita telah berhasil menaklukkan diri kita dengan konsisten menuliskan manfaat di setiap tulisannya. Dengan begitu, tak ada alasan lagi bagi diri saya untuk tidak menulis 😀

Terus apa lagi ya, sepertinya itu dulu deh, kalau ada yang perlu ditambah nanti diupdate  lagi. Ini yang dimaksud menulis di sini sebenarnya adalah menulis santai seperti nge-blog ini. Santai, sambil nonton TV di pagi hari. Kalau menulis yang serius (maksud serius dalam kamus saya ini menulis paper atau jurnal ilmiah), dibahas pada artikel terpisah yaitu pada artikel Milestone Penelitian Up To 2017. Kalau menulis serius membutuhkan waktu yang lebih lama. Ya, iyalah… 😀 😀 😀

Ok, see you! No Val-day, yuk Nulis! 🙂 🙂 🙂

A sweet flower from AMD Keputrian FILKOM UB

@baiti jannati, Malang, gerimis tipis di pagi hari

Baca juga:

4 thoughts on “That’s Why I Love Writing

  1. Setuju mbak Sari, menulis ‘memaksa’ kita untuk rajin membaca. Dan bener banget dari menulis dan membaca, skill public speaking juga perlahan meningkat. Jadi inget dulu saya pas jaman sekolah dan kuliah keder pake banget kalo disuruh sekedar jawab pertanyaan guru/dosen. Pas giliran nulis, malah beberapa kali diminta jadi public speaker (dan masih aja suka grogi sampe sekarang). Makasih banyak linknya ke paper ‘How to Rapidly Improve Speaking Skills’, sungguh membantu saya yang masih susah ngomong di depan umum ini.

    BTW ada beberapa typo: akademisi dan redundant (ditulis miring karena redundan tidak ada di kbbi) #duh kebiasaan jadi editor, maapkan haha

    • Wah, dikunjungi mbak Dini lagi. Terima kasih ya mbak, mbak Dini selalu so inspiring buat saya, daannn terima kasih banget koreksinya 😀 😀 😀 Sangat senang dikoreksi oleh orang yang sudah benar2 kompeten dan salah satu penulis best seller favorit. 😀

      Nggeh mbak, sami-sami, dulu juga ga PD banget ngomong, sekarang tuntutannya harus ngomong. Pertama kali juga grogi, sampai sekarang untuk beberapa event juga masih grogi saat awal-awal berbicara dan gagap kalau kecepatan ngomongnya. Saya juga masih pemula mbak kalau soal public speaking. Semangat mbak buat kita 😀 😀 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *