Bismillah, after long long time no write, pada postingan kali ini saya akan merekam sedikit saja perjalanan baby N melihat dunia. Hello world, nak ❤️💞
Sebelumnya, banyak yang bertanya: kapan hamilnya, tau-tau kok sudah lahiran? Jangankan yang tidak bertatap muka langsung, yang sambang baby N saat dan pernah bertemu di sebuah forum juga tak menyadari saya sedang mengandung baby N di usia 5-6 bulan. Saat hamil, beberapa rekan kantor baru tahu pas sudah 12 minggu, itu pun baru yang seruangan saja, karena pas minggu-minggu sebelum itu saya dapat jadwal menguji skripsi pagi sekali dan saya pas dihantam morning sickness. Jadi, akhirnya berawal dari situ informasi menyebar. Itu pun tidak semuanya, banyak juga yang baru menyadari pas perutnya sudah kelihatan sangat buncit di usia kehamilan 8 bulan. Karena hampir semua baju saya pada dasarnya longgar, bahkan untuk seragam batik kantor saya request longgar, jadi mungkin itu juga yang membuat banyak yang tak menyadari. Oke, kapan-kapan cerita tentang kehamilan di artikel terpisah. Back to kelahiran, jadi H+3 kelahiran juga berita baru menyebar, itu pun rekan sejawat benar-benar tanya banget via PM dan akhirnya menyebar ke grup-grup. Rencana saya malah mau pengumuman pas aqiqoh baby N, yaitu H+7.😅 Mengapa? I will tell you in another chapter 😉
16 Feb. Hari pertama cuti. HPL 18 Feb, tanggal 14 Feb masih ke kantor aktif seperti biasa. Ya, sengaja milih cuti dekat HPL dan sudah dapat surat dari dokternya.
18 Feb. Kontrol terakhir, prediksi baby N beratnya cukup besar yaitu 3,6-3,8 kg dengan bias alat sekitar 200 gram. Jadi, kalau ambil batas tertinggi 3,8 kg misalnya, prediksi berat sebenarnya 3,6 kg atau 4kg. Untuk ukuran anak pertama yang berencana lahiran normal, peluangnya 50:50 jika ingin lahiran normal, peristiwa biologis, masing-masing orang bisa berbeda. Kata dokter demikian. Oh ya, saat kontrol terakhir itu ada lilitan tali pusar juga. Jadi, kami diberi beberapa opsi termasuk SC, yang akhirnya memilih opsi untuk mencoba ikhtiyar induksi terlebih dahulu. Sebenarnya masih bisa ditunggu 1 minggu lagi karena semua kondisi baby masih OK termasuk air ketubannya masih cukup dan bersih. Cuma ya prediksi bayi besar itu. So? belum kontraksi? Jadi 3 minggu sebelum HPL itu kontraksi palsunya yang sering muncul. Jangan bilang kurang gerak ya 😅 tak sembur sini hahaha. Oke, singkatnya dokter kasih rujukan ke IGD RS Melati Husada, sebagaimana tempat dokter saya melakukan tindakan. Induksi direncanakan langsung besoknya (19 Feb) jeng..jeng..jeng.. deg..deg..deg..
19 Feb. Semalam tak bisa tidur nyenyak, pegang-pegang perut dan pasti akan merindukan momen mengandung baby N. Mek kepikiran itu, ndak kepikiran kata-kata orang yang induksi sakitnya bakal berkali-kali lipat. Karena apa? Ya, wes pasrah saja, tiap bayi punya jalan lahir yang berbeda, tinggal mengusahakan yang terbaik. Gitu saja. Dokternya juga kasi insight bahwa induksi atau engga rasanya sama saja. Dokternya sendiri ngalami. Siap-siap proses induksi konon katanya lama, satu kali induksi maksimal 12 jam dan dibatasi sampai 3 kali tindakan induksi. Setiap tindakan akan dipantau perkembangannya. Gambarannya kurang lebih seperti itu. Saya sih berharapnya satu tindakan induksi saja. Ya, iyalah siapa yang mau berlama-lama 🙂 Kasihan juga baby N dalam perut kalau kelamaan. Langsung terus afirmasi positif pokoknya.
19 Feb pagi. Jam 8 berangkat dari rumah, bawa barang satu tas yang sudah disiapkan jauh hari sewaktu-waktu lahiran. Sampai sana masuk IGD, jam 10ann CTG memastikan kondisi baby N di dalem perut sejahtera. Kalau hasil CTG tidak oke, tidak bisa diteruskan prosedur induksi. Jadi induksi pun juga ada tahapnya. Alhamdulillah CTG sekitar 20 menit dan hasil CTG oke. Ngurus administrasi, ketemu dokternya pas beliau mau berangkat ngajar. Kata beliau hasil CTG oke, proses induksi bisa dilakukan.
19 Feb siang. 11.30 mulai dilakukan proses induksi, diinfus, meski saya tak suka ya tak jalani demi ketemu baby N. Disuruh rebahan saja, ya mana mungkin saya betah 😅, akhirnya ya usrek saja, kalau tidak ada suami paling wes jalan-jalan. Berhubung satpam pribadi saya ini super duper ketat dan galak-galak sayang #eh, jadinya ya saya banyak rebahan dan duduk. Mentok berdiri-berdiri. Sesiangan sih masih aman, mulesnya kaya kontraksi palsu ae.
19 Feb sore. Rasanya masih standar, apa ya, seperti kontraksi palsu, ya mulesnya jarang-jarang, cuma sempat ke toilet dan muncul flek seperti haid. Kemudian pas ashar mules agak intens sih tapi masih jarang-jarang, kemudian seperti ada yang basah. Masih bisa terkendalikan juga karena masih bisa chattingan 😀 Pas VT sekitar jam 16.00 ternyata buka 2 sempit, ketuban belum pecah. Eyuh suwe. Padahal sakitnya sudah lumayan hehe.
19 Feb senja. Nampaknya saya sudah tidak kuat untuk sholat maghrib. Kontraksi rasanya tidak berhenti, mules terus. Sampai suatu waktu sekitar habis maghrib, dicek lagi ternyata bukaan 3. Fiyuh. Afirmasi terus ke bayi dalam perut seperti ini: sehat, kuat, cepat, normal. Wes itu yang diulang-ulang dan ditanamkan dalam pikiran. Selama kontraksi juga tak ada adegan teriak-teriak, karena kusadar kalau aku teriak pasti kehabisan energi, so cuma atur nafas. Ini pun pelajaran atur nafas saat senam hamil juga ndak diterapkan banget. Pokok asal diatur ae :))
19 Feb lepas Isya’. Rasa mules tak tertahankan gaes, rebahan sudah bosan, rasanya ingin berdiri sebentar biar tak pegal-pegal rasanya badan. Sama suami tidak diperbolehkan berdiri, sampe di luar kesadaranku, suamiku kubentak agar mengizinkan aku berdiri, sambil nahan sakit yang seperti mules pengen ke toilet. *maafkan aku suamik :3 Selain itu juga ada rasa ingin muntah. Tiba-tiba, entah jam berapa tepatnya, ada rasa ingin mengejan juga. Sudah ingin mengejan ingin muntah juga *komplit haha. Akhirnya suami bilang ke bidan yang bertugas, kemudian saya sudah tak bisa mencerna suara-suara yang ada sekitar karena fokus ke kontraksinya. Suami saya sempat dikasih tau mbak bidan “Pak, istrinya jangan disuruh berdiri ya”. Hihi padahal saya sendiri yang minta berdiri. Setelah itu ada segerombolan bidan dan perawat yang ke ruangan bersalin. Sudah disiapkan tempat untuk muntah ternyata gak jadi muntah alias ndak bisa keluar. LoL. Kemudian disuruh rebahan lagi, namun sebelum rebahan tiba-tiba “byooor” seperti ada air menggenang yang keluar. Pikirku saat itu mungkin ketubanku sudah pecah, dan memang benar adanya begitu. Dicek VT ternyata sudah bukaan 9. Allahuakbar! Di rentang kurang lebih 1 jam merasakan yang namanya bukaan 3 ke 9. Ada semangat menyempil, padahal induksinya belum habis 1 botol infus.
Saat itu Masih ndak boleh ngejan dan rasanya sesuatu. Tunggu bukaan 10 dulu. Owh rasane gaes! Suami saya tanya, apa dokternya langsung datang? Kata bidannya, masih akan dilaporkan dulu keadaan saya ke dokternya. Entah bagaimana ceirtanya sekitar 5 menit dari bukaan 9 tadi, dokternya tiba-tiba sudah nongol di ruang bersalin. Mendadak juga bukaan langsung lengkap. Ya Allah, alhamdulillah. Semuanya dipersiapkan langsung, pihak nakes gercep menyiapkan untuk proses bersalin.
19 Feb 19.30. Tangisan baby N menggelegar mengisi seluruh ruangan. Bagaimana perasaan saya? Hampir unbelievable, sampai-sampai saya benar-benar nge-blank. Dua kali mengejan keluarlah baby N. Alhamdulillah, hanya itu yang terucap. Dokter yang menangani cukup amazing, karena anak pertama, proses induksi dan bayi besar serta normal, prediksi beliau akan lahir dini hari, namun kuasa Allah yang mempermudah. Prosesnya begitu cepat. Saat saya tanya tentang bagaimana jahitan saya, apakah banyak, jawaban dokternya juga normal. Alhamdulillah. Saat lahir basah, baby N beratnya 3,46 kg dengan panjang 50 cm. Pas surat lahirnya terbit, beratnya jadi 3,36 kg dengan panjang 51 cm.
19 Feb 20.00 proses jahit dan bersih-bersih selesai, dilanjutkan IMD. Proses jahitnya agak lumayan meski dibius, tapi masih bisa nahan. Yang jelas bersyukur baby N sudah lahir. Ayahnya baby N terharu juga. IMD satu jam kurang lebih. Baby N dengan lucunya MasyaAllah membuka matanya sambil gremet-gremet, cuma ujung-ujungnya doi tidur haha. Oala nduk..nduk..disuruh IMD malah turu.. =)) Posenya pun mirip saat USG. Sering nutupi wajah 😉 Oh ya, saat IMD ASI masih belum keluar sih. Hmm…perihal ASI nanti akan diceritakan terpisah juga deh 😀
Setelah semua selesai, ngabari kedua orang tua kami baik yang di Nganjuk maupun di Purwokerto. Pasalnya, saya melalui ini hanya berdua saja dengan suami, but tanpa kekuatan Allah kita tak ada apa-apanya. Alhamdulillah dengan kondisi demikian, semuanya dipermudah. Selamat datang baby N ke dunia, semoga kelak kamu menjadi insan yang sholehah, cerdas, penuh semangat dan penuh kasih sayang seperti nama yang kami berikan padamu. Semoga setiap hembusan nafasmu menjadi manfaat buat sekitarmu. Aamiin.
Sekian cerita birth story baby N, sampai jumpa di artikel lain yang terkait ini. Terima kasih buat kalian yang sudah menjadi bagian dari perjalanan cerita kelahiran baby N.
See you…
@baiti jannati. Selepas mengASIhi baby N :-*
Pingback: FAQ: Artikel “Lahiran di RSIA Melati Husada Malang” | Arumsha
Pingback: FAQ: Artikel “Lahiran di RSIA Melati Husada Malang” | Selamat Datang…