Bulan Ramadan kali ini sungguh berbeda, yang mana dalam dua mingguan pertama, kami Ramadan harus terpaksa mudik. Sampai aku berkata begini “Benar, aku ingin mudik, aku hampir 2 tahun tidak mudik, tapi bukan dengan cara seperti ini”. Tapi, semua sudah diaturNya, yang terbaik menurutNya. Terus terang, perjalanan mudik selama pandemi ini sungguh ribet, apalagi sambil membawa anak kecil. Andaikata tidak ada keperluan yang super duper mendesak, kami sekeluarga juga tak akan melakukan perjalanan senekat ini. Keluarga kecil kami mencoba untuk berusaha mengikuti aturan prokes 5M yang ada, sehingga itu yang membuat keluarga kecil kami yang masih bertiga ini cukup berhati-hati. Apalagi kami banyak belajar dari pengalaman banyak orang mengenai pandemi selama pandemi ini. Subhanallah.
Yang selalu ada dalam tas dalam perjalanan ini adalah alkohol, masker cadangan, termometer tempel di dahi, dan oxymeter serta vitamin. Vitamin yang kami gunakan dari IMBoost dan Blackmorest. Sebenarnya alat-alat ini semata-mata tidak hanya untuk menjaga kami sebagai bentuk ikhtiyar kami menjaga kondisi, tapi juga menjaga orang lain yang berinteraksi dengan kami. Agar sama-sama dalam keadaan sehat. Apalagi kami membawa anak yang masih berusia 14 bulan.
Sesampainya di kampung halaman, kami juga melakukan Rapid Antigen untuk memastikan bahwa kami aman. Setidaknya, lagi-lagi ini bentuk ikhtiyar kami, menekan ego kami untuk menjaga dan melindungi orang-orang di sekitar kami yang berhubunga dengan kami.
Laboratorium Trans Indo Medical
Laboratorium ini letaknya di sebelah utara RSUD Nganjuk persis. Waktu pengambilan sampel antara jam 09.00-12.00 WIB dengan harga tes per orang adalah 250K. Hasil tes bisa ditunggu dalam sekitar 20-30 menit.
Tes pertama itu waktu diRapid tak begitu terasa sakit, yang kedua rasanya MasyaAllah. Lubang hidubg kanan kiri OK 😂. Alhamdulillah, hasilnya negatif. Btw, itu alat untuk ambil sampel masih segelan ya. Hehe. Hasil tes yang kedua untuk melalukan perjalanan kembali ke daerah yang tertera di KTP digunakan sebagai syarat perjalanan dan berlaku hanya 1×24 jam.
Perjalanan jauh saat Pandemi itu Ribet dan Mahal
Benar, jika tak mau ribet dan mengeluarkan biaya lebih untuk saling menjaga diri dan sekitar (beli alat-alat prokes dan rapid misalnya) mending diem bae di rumah lebih baik. Bagaimana pun menjaga itu lebih baik dan ini juga ikhtiyar yang tidak mudah. Tapi, please jangan abai, jangan sombong apalagi meremehkan sehingga merugikan orang lain. Cukup. Pandemi ini adalah ujian kita bersama. Covid is still there.
Setiap habis keluar rumah dalam jangka waktu lama dan keluar kompleks yang kami lakukan:
- Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
- Semprot dompet, HP, kunci dengan alkohol
- Rendam baju yang dipakai dengan air sabun dan kemudian dicuci
- Baru bisa melakukan aktivitas lain di rumah.
Ya, itu bentuk ikhtiyar keluarga kecil kami, meskipun sangat melelahkan dan super ribet dengan cara di atas setiap habis keluar rumah. Yuk, saling menjaga. Semoga bumi ini segera sehat kembali. Aamiin.
@baitti jannati Malang, ba’da Ashar ☘️🌼🌺
Pingback: Perjalanan Pertama Baby N naik Kereta Api ke Plat N di Masa Pandemi | Selamat Datang…