Alhamdulillah beberapa waktu lalu, jiwa raga ini diperkenankan untuk menginjakkan kaki di bumi Istanbul, Turki. Dengan adanya hal tersebut, maka secara resmi Istanbul ini menjadi negara ke-18 dan kota ke-31 yang pernah saya kunjungi. Istanbul merupakan sebuah tempat yang menjadi saksi kejayaan Islam di tanah Eropa. Tempat yang mengandung banyak bangunan sejarah kejayaan Turki Ustmani. Negara yang terletak pada 2 benua ini pun berhasil menyita perhatian dan memori saya yang melekat akan kenangan masa-masa kehidupan di Eropa beberapa waktu lalu. Datang ke sana saat musim semi, musim yang begitu saya sukai, musim yang saya rindukan pada negara-negara yang memiliki 4 musim. Karena pada musim semi tersebut, indahnya bunga-bunga dapat dan hijaunya taman dapat dinikmati dengan sejuknya. Perjalanan ini sebenarnya adalah perjalanan bonus dari kewajiban saya untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan untuk saya.
=====Ditolak untuk Diterima=====
Perjalanan ke Istanbul ini adalah perjalanan dinas, alhamdulillah paper yang telah disubmit ke 2018 5th International Conference on Electrical and Electronics Engineering (ICEEE 2018) dinyatakan diterima setelah sempat ditolak oleh reviewer. Lha kok ditolak? Iya, sempat tertolak, baru pertama kali saya submit paper hanya sekali tulis tanpa saya teliti kembali baik konten maupun penulisannya. Saya menyadari bahwa apa yang saya tulis banyak kekurangannya setelah menerima hasil reviewer, terutama dalam penulisan, bagaimana memberikan logical thinking yang pas dengan jumlah halaman yang sangat terbatas untuk algoritme gabungan color correction dan V-channel Otsu yang saya usulkan sebagai salah satu metode prepocessing untuk citra yang ngeblur. Contoh sekali tulis langsung submit ini jangan ditiru ya teman-teman :D, even sudah memiliki kemampuang bahasa Inggris yang bagus sekalipun, sepertinya cek dan ricek perlu dilakukan. Setidaknya author lain dalam satu paper tersebut bisa membantu untuk mengoreksikannya. Bagaimana pun juga saat menulis itu kita selalu ada kecenderungan untuk “memaafkan” tulisan yang telah kita tulis. Saya akui saya menekan diri saya untuk submit diantara pekerjaan yang menderu karena berbatas dengan deadline yang sudah tidak ada lagi extendednya. Memang kalau alasan kerjaan mah kagak ada habisnya. Di saat inilah prioritas diperlukan. Karena saya butuh upgrade skill sekaligus jalan-jalan gratis #eh 😀 . Sehingga, usaha tersebut harus dilakukan.
Saat ditolak saat itu merasa biasa saja, ya cuma berfikir “yah ditolak” (karena sudah biasa tertolak aplikasi mungkin dan sebenarnya tak ada target yang bagaimana begitu, sing penting mlaku). Kemudian saya baca hasil review dari reviewernya dan langsung membaca lagi tulisan saya waktu itu. Saya mendapati kesimpulan bahwa, kalau pun saya yang jadi reviewernya, tulisan saya sendiri itu juga sudah saya tolak. Sebagus apapun metode yang kita buat kalau nulisnya kurang oke ujung-ujungnya penolakan yang terjadi. Karena kelasnya adalah seminar internasional bereputasi. Baru tersadar ada beberapa part yang missing pada tulisan saya. Entah ada angin apa, saya diberi kesempatan oleh chief editornya dalam seminggu untuk merevisi tulisan. Kesempatan itu pun saya coba gunakan semaksimal mungkin. Dengan bantuan dari partner kerja sehidup sesurga saya, saya akhirnya bisa terbantu menyelesaikannya dan saya submit ulang. Selang dua minggu kurang lebih saya langsung dapat notification “published unaltered”. Alhamdulillah, terima kasih suamiku yang selalu mendukung dan membantu <3
Cerita ditolak untuk diterima ini pun menjadi pelajaran buat saya. Meski ini adalah pengalaman kesekian kalinya saya menulis publikasi ilmiah internasional, ada kalanya skill menulis dalam Academic English terutama dalam paper atau jurnal bukan sesuatu yang bisa diremehkan karena butuh keterampilan khusus dan pengalaman yang perlu diasah setiap saat. Termasuk bagaimana menyampaikan alur berfikirnya secara terstruktur dan sistematis. Terkadang kendala yang terjadi adalah tak jauh-jauh dari membagi waktu untuk belajar lebih pada part ini. Ya, saya masih harus banyak belajar.
Ini adalah pengalaman ke-5 saya menjadi presenter dalam conference skala internasional. Paper yang dipresentasikan dalam conference ini adalah terindeks IEEE dan Scopus. Topik paper yang saya angkat adalah gabungan dari paper hasil conference ICTS dan ISCBI. Saya ucapkan terima kasih juga untuk Universitas dan FILKOM yang memberikan dukungan finansial sehingga dapat menimba pengalaman seperti ini. Pengalaman-pengalaman menjadi presenter sebelumnya:
- Pengalaman-1: ISICO 2013 diadakan di Bali, pengalaman pertama kali untuk presentasi dalam skala internasional. Saat itu yang bertanya adalah salah satu keynote speaker yang berasal dari Jepang. Conference ini tidak terindeks Scopus. Conference ini juga dapat sponsor dari dosen pembimbing karena waktu ikut proyek penelitian. Alhamdulillah.
- Pengalaman-2: ICTS 2015 diadakan di ITS Surabaya. Konferensi internasional ini saya ikuti setelah saya pulang dari Warsawa, yang merupakan salah satu output tesis saya. Output yang masih terus saya kembangkan sampai detik ini. Konferensi ini adalah pengalaman pertama saya untuk terindeks dalam IEEE dan juga Scopus.Funding dari conference ini adalah dana pribadi dengan memanfaatkan status mahasiswa ITS, jadi dapat diskon super duper murah. 😀
- Pengalaman-3: ICACSIS 2016 diadakan di UB Malang. Ini konferensi internasional kedua saya yang terindeks IEEE dan juga Scopus. Paper yang saya persembahkan pun masih pecahan topik dari tesis saya. Conference ini benar-benar free saat itu khusus untuk dosen dan mahasiswa baik UI maupun UB, karena sifatnya kerjasama.
- Pengalaman-4: ISCBI 2017 diadakan di Dubai. Ini konferensi internasional ketiga saya yang terindeks IEEE maupun Scopus. Topik yang saya angkat pun masih ekstensi dari tesis saya. Conference ini full support pendanaanya dari Universitas dan FILKOM. Terima kasih 🙂
Saya kira pengalaman ini masih belum ada apa-apanya dan sebagai insan yang haus ilmu, hal ini adalah bekal untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan pada pengalaman sebelumnya untuk menjadi lebih baik di masa berikutnya. Baik dalam hal keilmuan yang berupa penulisan, kualitas riset maupun kemampuan menjadi seorang public speaker dalam forum ilmiah. Motivasinya sederhana, ingin berbagi apa ada di pikiran, syukur bisa dimanfaatkan dan berguna serta diterapkan dalam kehidupan.
===Bonus perjalanan ke Istanbul===
Pada dasarnya begitu banyak bonus yang sudah Allah titipkan ke saya selama ini dan sampai detik ini. Hal tersebut yang tak jarang membuat hati ini bergetar setiap kali saya bisa kembali terbang untuk menikmati karuniaNya, mentadaburi keagunganNya. Saat conference adalah saat yang tepat untuk membangun silaturahmi. Bertemu dengan para scientist dari berbagai negara dengan berbagai karakteristik budayanya, membuat kita belajar lebih terutama dalam menghargai pendapat orang lain, juga mengapresiasi keilmuan yang mereka miliki. Ya begitulah bonusnya.
Dari segi makanan saat di Istanbul ini, sangat sering makan kebab dan entah mengapa cenderung asin. Porsi makan orang sana termasuk banyak. Biasanya kalau saya di tempat makan di Indo kalau lihat gambar di menunya itu besar-besar sementara saat dihidangkan tak sebanyak yang ada pada gambar. Namun, sepertinya berbeda di kota ini. Harga kebab chicken untuk satu porsi sekitar 17 TL sudah dilengkapi dengan potato atau french fries. Kemudian untuk minumnya saya lebih menyukai jus buah, nyoba apel,cherry atau jeruk. Saya sangat suka jusnya, karena no susu, no gula dan no es, tapi rasanya sueger. Harga jus sekitar 5-10 TL. Saat di hotel tempat conference, menu makanan terbagi tiga tahap yaitu appetizer, main course, dan dessert. Berbeda dengan di Eropa pada umumnya, porsi yang disajikan sangt banyak menurut kapasitas lambung saya (ada pada gambar yang saya attach pada artikel ini).
Bonus yang lain tentunya adalah jalan-jalan, kurang afdol rasanya kalau mengunjungi tempat baru namun tidak jalan-jalan. Kurang lebih sama seperti yang saya jelaskan di Instagram yang saya embed pada artikel ini. Kami melakukan perjalanan dari pagi sampai malam dengan jalan kaki, most of them jalan kaki, dan saya begitu merindukan fenomena ini. Fenomena yang sering saya lakukan juga dulu saat diberi kesempatan hidup di Eropa selama 10 bulan di tahun 2014-2015. Sehingga saya begitu menikmati setiap perjalanannya, tanpa lelah. Hawa yang dingin berkisar 14-17 derajat celcius juga mendera selama perjalanan, diliputi angin tipis yang menambah sejuk, tak banyak polusi. Suka pokoknya kalau jalan-jalan. 🙂 Oh ya, sebelum berangkat saya kurang begitu sehat, beberapa hari sebelumnya sempat nggregesi batuk pilek dengan warna suara yang sedikit demi sedikit menjadi alto, namun Qadarullah jalan dengan cuaca yang bersahabat selama di Istanbul membuat badan ini terasa segar, ditambah jalan kaki yang lumayan bikin njarem malam harinya, namun seperti tubuh ini meminta haknya untuk olahraga. Alhamdulillah. Sampai di tanah air kembali, segar bugar.
Swipe gambar di Instagram ke samping untuk melihat 10 tempat yang dikunjungi
Karena betah jalan kaki, di hari kedua jalan-jalan, kami berniat untuk menginjakkan kaki di sisi Asia dan akhirnya memutuskan untuk tidak memakai jasa tour. Kali ini banyak kelebihan saat tidak memakai jasa tour, karena sedikit jalan kita sudah menemui pemandangan atau bangunan masjid yang MasyaAllah indahnya. Saat menginjakkan kaki di Asia, kami sempat mencicipi es krim legendaris asli Turki. Penjual es krimnya memakai baju khas turki dan memainkan atraksi-atraksi lucu saat menuangkan es krimnya ke dalam cup. Sebenarnya saya ada videonya, cuma lagi males upload. Coba tonton sini saja dah. 😀 Lihatnya bagaimana si penjual memainkan pembelinya. haha.
Seneng dah pokoknya jalan-jalan ke Istanbul ini. Dulu sempet kepikiran mau main ke Cappadocia, namun karena waku yang sangat terbatas dan harus segera kembali untuk melakukan aktivitas kampus, maka niat tersebut diurungkan. Mungkin suatu saat lagi bisa bertandang ke sana. Mengingat Istanbul-Cappadocia itu jauh dan tidak bisa kalau cuma sehari saja, dan konon kabarnya juga waktunya harus pas agar bisa naik balon udaranya. Ya, belum jodoh ya. 🙂 InsyaAllah semoga dipertemukan lain waktu. Dulu tahun 2015 juga kepikiran pengen banget ke Turki, namun apa daya Allah baru mengizinkan saya menginjakkan turki 3 tahun setelahnya.
Semoga perjalanan ke Istanbul kemarin membawa keberkahan dan manfaat bagi saya pribadi khususnya, dan semoga untuk orang lain juga pada umumnya. Syukron Istanbul, see you! 🙂
PS: Untuk cerita menarik lainnya terkait perjalanan ke dan selama di Turki akan saya bahas di lapak yang berbeda. Apa itu lapaknya? Tunggu saja 😀
@Malang, malam hari, baiti jannati. Alhamdulillah sore ini dapat kabar NIDN sudah keluar 🙂