Selebrasi Lulus Ujian

Topik yang saya angkat pada artikel kali ini terkait dengan selebrasi yang semakin marak di kalangan mahasiswa terutama pasca menghadapi ujian. Topik ini juga menyertakan konklusi dari hasil Q&A diakun Instagram saya kemarin (17/11/2018) yang anggap saja hasil ngobrol di weekend yang ceria tanpa drama 😀

Selebrasi apa sih yang dimaksud?

Continue reading

Terima Raport

Nampaknya seperti absen sebulan kemarin ngeblog di lapak ini. Tapi, saya telah mengisi lapak sebelah dengan isi tulisan ini sebenarnya, jadi saya tidak benar-benar absen ngeblog kan ya? Jujur, bulan-bulan Juli kemarin sangat hectic sekali. Bimbingan skripsi membanjiri jadwal-jadwal saya, sekaligus ujian skripsi yang sehari sampai 5 kali nguji. Bulan kemarin juga awal saya untuk memantapkan diri fokus untuk melakukan persiapan lanjut studi (yang selalu tertunda semenjak 2 tahun yang lalu), meski dengan manajemen waktu yang masih amburadul. Saya sadar bahwa terkadang ada hal yang bersifat mendesak yang harus diselesaikan secara bersamaan. Bulan kemarin sampai bulan depan juga saya belajar hal baru untuk memanajemen waktu, karena mulai pagi hari sampai malam hari tenaga dan fikiran saya tersedot untuk mengabdikan dan menuntut ilmu. Bagaimana saya harus menyiapkan bekal siang hari di pagi hari, menyeterika pakaian suami, kemudian di kampus harus telaten menghadapi mahasiswa-mahasiswa bimbingan yang beberapa diantaranya ‘menggemaskan’. Terkadang kalau waktu luang, saya mencoba mengerjakan PR dari tempat saya menuntut ilmu selepas jam kerja. Yes, it is so thoughtful. Sebuah perjuangan memang akan ada resikonya, each people has their own battle kan ya? We have our own story as fighter. Bismillah, pengorbanan ini semoga tetap lurus untuk Allah semata. *notetomyself*.

Belum sempat menikmati libur panjang, tak terasa besok sudah mulai lagi tahun ajaran baru, yang artinya hari libur mahasiswa itu tidak sama dengan libur dosen lho ya :D. Tapi, entahlah saya begitu menikmati pekerjaan yang merupakan cita-cita saya ini. Bagaimanapun juga, bertemu dengan banyak mahasiswa dalam satu ruang kelas, membuat semangat saya tumbuh meski hari itu saya sempat drop mood. Saya percaya semangat itu menular. Momen bosan dan jenuh pasti ada dalam setiap pekerjaan, apapun itu pekerjaannya, meskipun ibu rumah tangga sekalipun. So, don’t compare. Kita berada di kotak rejeki kita masing-masing, tidak tertukar. Senang atau sedih itu pasti kombinasi yang setiap orang pasti mengalaminya.

Sebelum proses belajar mengajar kembali dimulai, minggu kemarin, para dosen menerima jadwal mengajar dan mengajar Mata Kuliah apa saja di semester ini. Dosen juga menerima raport yang bisa diintip di FILKOM Apps.  Saya baru tau saat rapat kemarin ada fitur baru yang ditancapkan dalam FILKOM Apps ini. Raport ini didapatkan dari para mahasiswa yang mengisi kuisioner sebelum melihat nilai mata kuliah yang sudah ditempuh dalam satu semester. Hasil Evaluasi dosen di aplikasi ini terekam 2 semester ke belakang, yaitu Ganjil 2017 dan Genap 2017 saja. Raport ini menarik untuk bahan evaluasi. Mengajar memang tidak mudah, namun akan selalu tidak mudah jika tak pernah belajar. Alhamdulillah atas penilaiannya ya nak-kanak, semoga bisa lebih baik ke depannya.

Rekapan raport semester Genap 2017

Hasil raport dalam 2 semester ke belakang

Mau ngintip komentar-komentar mahasiswa?  Continue reading

Another Volunteer Job: Reviewer Paper atau Jurnal Ilmiah

Tetiba pengen ngeblog di akhir April 2018 ini, kali ini mengambil topik tentang menjadi reviewer paper atau jurnal ilmiah. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang mayoritas dikerjakan volunteer di bidang perpublikasian ilmiah. Sejak 2016 saya menerima banyak tawaran untuk menjadi reviewer. Terakhir saya dihubungi oleh salah satu editor jurnal internasional Q3 terindeks Springer dan Scopus untuk memberikan review terhadap paper yang masuk dengan linearitas penelitian yang sama dengan track record saya sebelumnya. Saya tidak menyangka bahwa ada yang meminta request tersebut untuk sekelas jurnal Q3, sementara submit ke sana pun belum pernah. Hal semacam yang tidak disangka-sangka seperti ini selalu hadir saat saya mulai agak kendor untuk menulis jurnal dan memasukkannya ke jurnal bereputasi. Anggap saja ini tamparan yang mendidik saya bahwasanya teruslah meneliti dan bermanfaat untuk orang lain, meski terkadang kita merasa nothing. Baik menjadi penulis maupun reviewer adalah ladang amal sesama manusia untuk saling berbagi tentang apa yang kita tahu berdasarkan keilmuan yang kita miliki.

Seorang dosen senior yang merupakan rekan sejawat pernah Continue reading

Jadi Dosen? Mau?

“Assalamu’alaikum mba Yui. Ur writing by the title “berkarya meski tak berNIDN is great. help and guide me for being a lecturer donk mba hehe… I do wanna be a lecturer. I really need ur tips & tricks for being it. Mengingat sdh cukup banyak peraturan mengenai dosen dewasa ini :)”

Salah satu inbox di Instagram hari ini, hari Maulid Nabi, hari yang mengawali sebuah bulan paling terakhir di tahun 2017 ini. Sebenarnya bukan pertama kalinya pertanyaan sejenis di atas ditanyakan ke saya. Agar lebih efektif, maka saya membuat artikel ini, agar bisa diambil manfaatnya secara meluas (kalau ada).

Belum banyak pengalaman, karier saya sebagai dosen masih dibilang baru seumur jagung. Jadi tidak ada maksud untuk menggurui siapapun dalam artikel ini, saya hanya akan mengungkapkan pengalaman yang saya rasakan berikut point of view dari saya pribadi. Begitu ya 🙂 Setiap masukan is very welcoming. Poin-poin berikut akan menjawab atau menjelaskan sedikit banyak pertanyaan di atas, atau pertanyaan sejenis yang pernah hinggap di inbox saya. Oke kita mulai ya 🙂

1.Minimal S2.

Ini syarat minimal yang harus dipenuhi dosen jaman now, memiliki kualifikasi pendidikan minimal S2, tidak bisa tidak. Atau masih ada kampus yang menerima tawaran dosen dengan kualifikasi S1 selain vokasi atau diploma? Jadi kalau belum mengantongi ijazah S2 sebaiknya diperjuangkan. Lebih baik S2 dalam negeri atau luar negeri? Sama saja, masalah preferensi saja. Keduanya ada plus minusnya. Di manapun berada yang penting adalah ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat dan berkah, sehingga baik kita yang menuntut ilmu maupun lingkungan di sekitar kita bisa merasakan manfaatnya. Bukankah demikian? 😉

Continue reading

Talkshow Scholarship Application

Held by Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University on January, 15th, 2017. We shared about our experiences when continuing our degree to Master stage. We explained what the hurdles we faced during studying abroad. We had different point of view but the most similar is achieving better future by plugging our insight. Three of us had different motivations, thus we tried to encourage the participants to never put down if they have failures many times, because we did it as well before. Personally, I was glad be a part of this discussion.  Most of the participants were very good in English and it was good atmosphere to practice more. Good luck everyone! 🙂

whatsapp-image-2017-01-16-at-10-44-43-am

Danial, Sigit, me

Berkarya Meski Belum Memiliki NIDN, Bisakah?

Liburan akhir semester dimulai dan mumpung ada waktu sebentar, mau berbagi corat coret sedikit dan berbagi pengalaman. Kemarin-kemarin mau menulis saja masih mencari celah yang tepat #soksibukmemang 😀  Well, sebenarnya postingan ini terinspirasi dari beberapa pertanyaan yang muncul ke saya dalam kurun waktu setahun terakhir. Yup, cukup sering, mengingat saya tergolong baru masuk sebagai tenaga pengajar di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Yuk, kita mulai, mari kita berdoa terlebih dahulu sebelum membaca 🙂

“Sekarang sudah jadi dosen tetap ya disitu?”  (biasanya pertanyaan ini muncul pertama kali, dan kemudian saya sudah tahu pertanyaan selanjutnya, 😀 saking seringnya ditanya).

“Wahdenger-denger susah nih ya sekarang ini dapat NIDN di PTN?” (Hmm iya in saja dulu, biar cepet :D)

“Sekarang NIDN lebih diprioritaskan untuk PTS, kalau PTN Non PNS dapatnya NIDK?” (Nah lho.. gimana donk? ada aturan baru 😀 )

Kalau kedua pertanyaan diatas biasanya dilontarkan oleh para akademisi, kalau non akademisi biasanya tanyanya gini ” Mau jadi PNS ya jadi dosen PTN?” (Sekedar informasi saja PNS bukan prioritas saya :p ) “Enak ya bisa langsung PNS kalau masuk PTN”  (Ya..kale… sawang sinawang mbak sis, mas bro, turun ke lapangan baru menyimpulkan yes. Oke? 😀 sudah sudah jangan ngomongin soal PNS, jabatan struktural atau apapun itu ya, jujur bukan itu satu-satunya yang ingin saya kejar). Kembali ke topik utama ye.. Hehe.

Lha sekarang apa seh NIDN itu? Mengapa kok gak mau ngomongin PNS?

Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) adalah nomor induk yang diterbitkan oleh Kementerian untuk dosen yang bekerja penuh waktu dan tidak sedang menjadi pegawai pada satuan administrasi pangkal/instansi lain (Permenristekdikti No. 26 Tahun 2015). Menurut aturan Permenristekdikti tersebut, pemerintah juga meluncurkan identitas baru yaitu NIDK dan NUP (lebih jelasnya pada referensi [2]).

Karena profesi dosen itu sedikit istimewa, mau PNS atau Non PNS asal memiliki NIDN, hak dan kewajiban yang diterima juga akan sama, jabatan fungsional, maupun sertifikasi dosen (serdos). Lha terus bedane opo? Bedanya cuma di tunjangan pensiun saja, kalau PNS kan dapet tuh, kalau non PNS enggak. Sudah itu saja menurut referensi yang saya baca dan juga pengalaman beberapa orang akademisi yang pernah saya wawancara secara langsung. Lha sekarang ada NIDK juga, bedanya sama NIDN apa?  Pensiunan NIDK bisa diperpanjang sampai 70 tahun untuk non professor, NIDN pensiunnya 65 tahun. Hmm anyway di permenrisntekdikti saya belum menemukan apakah hak yang diterima NIDN sama dengan NIDK, mengingat ini hal baru, saya belum banyak menemukan referensi. Mungkin untuk pembaca yang sudah memiliki NIDK, boleh sharing  juga pengalamannya disini. Feel free  ya 🙂

Yasudah deh balik ke masalah mengapa Nomor Induk Dosen yang terdaftar di DIKTI itu penting? Mau NIDN kek, NIDK kek, pokoknya identitas itu penting, mengapa? Kalau saya boleh menganalogikan, ibarat mau nikah nih, kalau cuma nikah siri saja kan kurang kuat (meski sah-sah juga secara agama), namun lebih kuat juga kalau tercatat di catatan sipil to? Sama halnya dengan dosen. Lebih nyaman kalau terdaftar di PT tempat mengabdi dan  terdaftar juga di DIKTI. Lalu dimana kondisi saya sekarang? Saya termasuk yang belum mempunyai NIDN tersebut sih :D. Lha ya iya wong belum ada setahun masa kerja juga kok maunya aneh-aneh. :D. Pengennya lulus S2, mengabdi, dapat NIDN langsung (kalau ini agak mekso sih ya) 😀 . Sempat kepikiran juga, wah gimana passion  untuk riset tetap jalan kalau belum punya NIDN. Sementara dengan memiliki NIDN kita bisa mengajukan pendanaan untuk penelitian, bebas bergerak untuk berkarya. Desas desus pun mulai menghinggapi telinga saya, mulai dari yang bikin hopeless sampai yang terus support saya. Karena iya, saya memang masih panas-panasnya tertarik pada dunia riset semenjak S2, jadi rasanya kok langit jadi tak berbintang kalau saya stuck dan tidak fleksibel bergerak pada dunia penelitian #halah. Wong masih ingusan  juga di dunia penelitian sok banget  ngomongnya 😀 Saya kira memang NIDN ini sesuatu kebutuhan bagi kaum dosen.

But wait! “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah yang ada pada diri mereka (QS 13:11)”. That’s! Kalau kita fokus terhadap apa yang belum kita dapatkan memang rasanya selalu susah untuk maju, namun InsyAllah Tuhan selalu menyiapkan yang terbaik buat kita kok ya. Minimal pengalaman yang kita miliki dan juga cara kreatif untuk mengatasi apa yang belum kita dapatkan itu juga bagian dari anugerah. Intinya memang stay positive  itu kekuatan tersendiri. Hal penting yang lain itu juga masalah lingkungan. Mencari lingkungan yang benar-benar kondusif dan positif akan cita-cita kita juga tidak mudah, bagaikan menentukan jodoh. #eyaaa.. 😀 Cuma langkah awal memilih lingkungan itu penting (serius ini ya 😀 ).

ranbir-kapoor-quotes-2

Terus gimana caranya, tetap bisa melakukan penelitian meski tanpa NIDN?

Beberapa cara yang bisa kita gunakan, Continue reading

Salah Jurusan?

Beberapa topik yang selalu hangat dibicarakan dan dirundingkan ketika telah melewati setengah perjalanan menimba ilmu di kampus dan jurusan pilihan. Kan sudah pilihan, mengapa kok bisa sampai salah? salah jurusan? Mengapa?

see

Penjaringan Siswa Berprestasi (PSB) Universitas Brawijaya 2007 http://prasetya.ub.ac.id/berita/Pengumuman-Hasil-PSB-2007-7400-id.html

I will not talk too far, hanya mengambil dari pengalaman apa yang telah saya rasakan dan saya alami. Sedikit kisah mungkin kurang lebih sudah pernah saya paparkan di sini. Ya, saya sendiri termasuk golongan mahasiswa yang merasa salah jurusan saat itu. Ilmu Komputer, nama jurusan yang saya ambil. Rasanya sudah sangat hopeless, tidak kuat dengan segala bentuk perkodingan yang menurut saya saat itu seperti bahasa planet lain. Hanya alien dan kawan-kawannya yang paham bahasa macam itu. Jadi harap maklum kalau saya sekarang jadi anak IT jadi-jadian 😀

But well to say the truth,  apakah kondisi nyata (seperti di dunia kerja) memaklumi kondisi kita yang salah jurusan tersebut? Sayangnya tidak semua bisa dipaksakan berfikiran sama! They tend to see what skills you have based on your educational background or interpersonal skills instead. Itu pun jika kalian ingin bekerja pada orang atau sebuah perusahaan.

Tapi banyak kok yang kuliahnya jurusan A kerjanya Z dan sukses? Betul, dan coba lihat terlebih dahulu proses dan usaha yang mereka lakukan. It’s a big deal to push their effort, kan? Jadi, kalau kamu masih berada di stage  yang tidak jelas dan mengambang mau ngapain, tidak tahu harus berbuat apa, Continue reading

Serba Serbi Pengalaman Kuliah di Polandia

Postingan kali ini sebenarnya digunakan untuk melengkapi episode dibuang sayang, karena catatan ini menjadi satu file yang tercecer diantara tumpukan folder.  Ya, sambil bersih-bersih file di komputer, gak ada salahnya berbagi catatan ini dan mungkin dapat berguna buat teman-teman sekalian yang ingin tahu serba serbi kuliah di negara Polandia. Dulunya catatan ini dibuat karena request untuk memberi testimoni selama kuliah di Warsaw University of Technology (WUT) di Polandia. Check this out, 😉

Main Building Warsaw University of Technology dari kejauhan. Foto diambil saat Summer Break bulan Juli 2015. Sumber foto : dokumen pribadi.

Main Building Warsaw University of Technology dari kejauhan. Foto diambil saat Summer Break bulan Juli 2015. Sumber foto : dokumen pribadi.

Kesempatan dari beasiswa Erasmus+ program Master Exchange saat itu mengijinkan saya untuk mencicipi jurusan Ilmu Komputer di salah satu universitas di ibukota Polandia, Warsaw University of Technology (WUT). Ada suka dukanya itu sudah pasti, namanya juga Continue reading

Rilis : Video Promosi Kampus WUT Polandia

Setelah hampir 9 bulan yang lalu terlibat dalam acara syuting video promosi kampus, akhirnya rilis juga. Kalau mau ngintip proses di balik layar, bisa dilihat disini, saya hanya mengambil beberapa gambar yang di post oleh International Office Warsaw University of Technology (WUT), Polandia.

Screen Shot 2016-01-16

Beberapa screen shoot dari video https://www.facebook.com/apply2wut/videos/1096590560359340/?pnref=story

Acara syuting sendiri dilakukan pada musim semi 2014 kemarin, cuaca yang sudah mulai membaik, karena matahari lebih banyak memancarkan kehangatannya. Acara syuting dilakukan 2 hari, jadi ibaratnya minggu ini dan minggu depannya, pagi sampai petang. Sempat Continue reading

Kuliah Tamu Kecerdasan Buatan dalam Pertanian di UPN Veteran Jawa Timur

kultam_UPN

Bersama para dosen Teknik Informatika UPN Veteran Jawa Timur

Alhamdulillah, tanggal 13 Januari 2016 lalu, Teknik Informatika Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Jawa Timur, memberi kesempatan saya untuk mencetak pengalaman pertama kali sebagai dosen kuliah tamu. It was so amazing chance in which I could spread out what I had during my research experience.

Saya ucapkan terima kasih kepada segenap dosen dan jajaran civitas akademika Teknik Informatika UPN Jatim yang telah mengundang dan menjamu dengan baik selama saya disana. Saya juga antusias dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan mahasiswa-mahasiswa.

Semoga apa yang sedikit saya bagi bermanfaat bagi semuanya. Salam sukses! 🙂