Assalamualaikum, sahabat Arumsha, semoga selalu dalam lindunganNya ya.Arumsha berterima kasih banyak kepada temen-temen yang udah kasih masukan untuk topik tulisan di rumah Arumsha ini. InsyAllah, dikerjakan pelan-pelan dan satu per satu ya. 🙂 Baik, kali ini, aku mau bahas “kapan sebaiknya persiapan untuk lanjut studi? Berapa lama persiapannya?” Oh iya Arumsha sudah pernah bahas di postingan lama terkait bagaimana persiapan untuk mendapatkan beasiswa yang kurang lebih sama saja dan masih saja relate dengan saat ini, silakan berkunjung di sini, ya.
Kamu sudah berkeluarga atau belum?
Jika kamu sudah berkeluarga, pertimbangan lanjut studi ini harus melibatkan diskusi dengan pasangan, mau tidak mau kan ya nanti yang menjalani ini akan satu keluarga. Kok bisa? Namanya support system itu selalu berpengaruh terhadap perjalanan studi kita nantinya, baik dari sisi mental, waktu, dan tenaga. Bagaimana kita saling memahami kesibukan pasangan karena kewajiban-kewajiban yang perlu dijalankan saat menuntut ilmu yang mungkin membuat waktu bersama menjadi sedikit berkurang. Jadi, kapan sebaiknya keluarga ini siap? tergantung keputusan bersama ya.
Buat yang wanita dan sudah berkeluarga serta belum ada buntut, pertimbangkan juga restu dari suami, mengizinkan/menghendaki istrinya untuk lanjut studi kapan. Sepanjang tidak dalam kemaksiatan, taat sama suami yang utama, dengarkan nasehat-nasehat beliau, jika berbeda pendapat, diskusikan, hingga keduanya sama-sama sepakat. Kalau ini masing-masing RT punya cara sendiri-sendiri ya komunikasinya gimana sama suami 🙂 Kalau sudah, bisa langsung bikin timeline.
Buat yang wanita dan sudah berkeluarga serta memiliki anak. Nah, ini lebih kompleks. Kalau pas mendaftar studi lanjut anaknya masih belum lahir, mungkin bisa lebih optimal dalam proses pendaftarannya, tapi kalau misalnya pas proses pendaftaran itu sudah ada bayi/balita, perlu dipertimbangkan juga usia anaknya karena nantinya akan berimbas ke studi anak, misalnya nanti kalau balik ke Indonesia SDnya gimana? Nah, pertimbangan ini juga harus melibatkan adaptasi anak nantinya. Lebih menjadi tantangan lagi kalau anaknya ada yang sudah besar atau banyak anak dan ortu sekolah di LN, ada pertimbangan pindah sekolah tentunya, bagaimana regulasinya dst. Kemudian, masalah budget persiapan ini pastinya tiap keluarga juga punya rencana pada rentang waktu yang tidak sama ya. Banyak juga keluarga yang mengambil tantangan-tantangan tersebut dan melewatinya dengan baik, alhamdulillah.
Buat kamu yang wanita dan berencana menikah, kamu juga bisa diskusikan ini dengan calon pasangan kamu, ya memang harus ada tujuan dan lanjut studi itu bukan karena “pengen saja” tapi tujuannya harus jelas untuk apa, biar sepanjang menjalani prosesnya tidak banyak mengeluh dengan keputusan yang sudah diambil. Sekolah itu capek lho (tapi menyenangkan sih 😅 #lho), lebih capek kalau niatnya belum lurus. Tidak semua calon pasangan (suami) itu setuju calon istrinya lanjut studi, silakan didiskusikan saja, baiknya gimana. Kalau udah sama2 mau bergerak ke arah yang sama, kemudian bisa diskusiin, kapan kalian sama-sama siap jika masing-masing atau salah satu lanjut studi? Bisa setelah nikah langsung lanjut studi, atau misal maksimalin cari sekolah sebelum ada baby misalnya atau terserah, pokok gak ribut aja 😀
Kamu dosen atau bukan?
Jika kamu dosen, studi lanjut itu sudah menjadi tuntutan, dan bisa didiskusikan dengan masing-masing institusinya sebaiknya seperti apa dan mulai kapan. Kalau diambil aturan secara umum, biasanya banyak yang menyarankan untuk studi lanjut setelah SK Asisten Ahli turun, karena ijazah S3 bisa digunakan untuk modal pangkat jabatan fungsional selanjutnya. Memang harus agak sedikit bersabar menunggu proses ini karena pasti ada jeda, dan di antara jeda ini pasti ada kesibukan Tri Dharma atau pun di luar Tri Dharma yang cukup banyak sehingga harus benar-benar meluangkan waktu khusus untuk mendaftar studi lanjut, karena satu beasiswa dengan beasiswa lain tidak sama syaratnya, jadi benar-benar butuh waktu khusus untuk memperlajari pola-polanya. Kecuali udah pakem mau ke satu tempat dan udah ada beasiswanya. Pengalaman saya, saya sampai pernah skip beberapa peluang pendaftaran S3 karena sudah tidak sanggup mengerjakan deadline di waktu yang bersamaan. Ya, deadline di tempat kerja, ya deadline pendaftaran S3. Nah, proses turunnya SK Asisten Ahli ini tergantung dari masing-maisng institusi. Kalau saya pribadi mulai masuk sebagai dosen di awal tahun 2016 SK Asisten Ahli turun Maret 2019. Jadi bisa persiapan dulu satu tahun sebelum 2019, yaitu tahun 2018. Lama juga ya? He’em~ 😀 Bagi yang mau tilik ulang perjalanan kegagalan saya dalam submit S3 bisa lihat di Berdamai dengan Kegagalan: Daftar Masuk S3. Nah di tahun 2018 ini sudah bisa mulai persiapan bahasa, cari kampus yang sesuai dan yang dipengen, dll, dst. kalau S3 sudah harus mikir juga proposal riset, at least disiapin saja, karena memang tidak semua saat daftar S3 butuh ini. Dari tahun 2019 pertengahan semenjak saya hamil saya stop dulu mencari sekolah, sementara suami saya masih lanjut, sampai saya merasa siap untuk mendaftar sekolah lagi pelan-pelan sambil jalan. 😀 Iya, karena aku juga butuh mental lho untuk lanjut studi, tapi masih kepengen impian untuk terus menuntut ilmu, meski tanggung jawabku bertambah juga otomatis karena N juga butuh Bundanya. Kadang maju mundur, tapi niat majunya lebih besar ketimbang mundurnya, jadi yuk lah dicoba, Bismillah, nekat. Kita gak akan benar-benar tahu bisa atau tidak kalau tidak melewatinya dulu kan ya? 🙂
Jika kamu bukan/belum dosen dan masih S1 mau lanjut studi ke S2
Nah, kamu bisa pertimbangkan, kamu sebenarnya S2 ini mau ngapain? mau kosentrasi di bidang profesional, mau menjadi dosen, atau seperti apa? Nah, ini yang tahu banget niat kamu ya kamu sendiri, yang jelas sih ya~ jangan ikut-ikutan tren saja, soalnya yang bakal ngejalanin semua ya kamu sendiri. Bisa kubilang, pathnya harus jelas dulu sebelum memutuskan untuk lanjut studi. Jadi S2 itu gak mesti jadi dosen ya, biasanya bisa lebih ke arah profesional yang menunjang karir di perusahaan, start up atau bahkan entrepeneur. Anyway kalau kamu niat jadi dosen, sebaiknya setelah lulus S2 langsung lanjut S3 😀 Cuma saran ya, karena melihat rekrutmen-rekrutmen dosen zaman now yang mulai merekrut yang lulusan S3. Kalau mau S2 dulu–> cari homebase–> AA–> S3 juga no problem 😀 Intinya dari lanjut studi mau ngapain, musti udah ada gambaran, biar gak blank-blank amat. Sederhana saja niatnya, bisa bermanfaat atau tidak setelah lulus lanjut studi? soalnya ini akan menjadi PR besar dan berat selepas studi nanti. Jangan lupa untuk tetap semangat yaaaa 🙂
Sepertinya sudah cukup ya, jadi pertimbangan waktu mengurus studi ini bisa dilihat dari banyak hal seperti yang aku sebutin di atas, berdasarkan kacamataku dan pengalamanku selama ini. Tiap orang akan ada waktunya masing-masing, semangat ya semuanya, semoga tak gentar untuk tetap menuntut ilmu bagaimana pun keadannya, semoga Allah meridloi dan menjadi berkah perjuangan serta prosesnya 🙂 Aamiin. sehat-sehat semuanya.
Semoga bermanfaat ya, see you!
@baiti jannati, selepas subuh.