Pengajuan Paspor Anak di Kantor Imigrasi Malang

Dua minggu yang lalu tepatnya, saya dan suami memutuskan untuk membuatkan paspor untuk N. Beberapa waktu sebelum ini, kami sebenarnya sudah telepon pihak imigrasi, berhubung Malang masih PPKM level 4, maka tidak menerima pelayanan sampai levelnya itu turun. Jadi ya baru dua minggu kemarin kami sempat mengurusnya kembali di sela-sela aktivitas kami.

Pas datang ke kantor imigrasi Malang, saya terkejut gaes 😅. Secara ya saya bandingin dengan tiga tahun lalu pelayanannya seperti apa, saya sudah pernah bagi di sini, yang pokoknya endingnya saya memutuskan ke Surabaya untuk perpanjangan paspor. Nah, kemarin itu udah benar-benar bagus kantornya dan pelayanannya super duper cepat. Jempolan pokoknya! Parkiran motor ada di dalam lantai 2, pas motor masuk ada area sterilisasi yang disemprot pakai sabun. Kemudian ruang pelayanan ada di lantai 1 di bagian depan. Petugasnya juga ramah-ramah, wow buedo rek karo telung tahun kepungkur 😂 Baguslah.

Continue reading

Berbeda dan Menerima Perbedaan

Menjadi berbeda membuat saya belajar lebih bagaimana menerima perbedaan. Cukup sering saya memiliki perbedaan pandangan di antara circle yang saya miliki ataupun strangers yang saya temui. Namun acapkali perbedaan tersebut terkadang dipandang sesuatu yang “aneh” sehingga seakan-akan ada kecenderungan untuk berkata your way is not good anyway, just follow my path, listen my voice and do that as well in yours. 

Saya ambil contoh misalnya, seseorang melontarkan pesan tanpa diminta dengan menyatakan “jangan membuat dirimu stress dengan membuka laptop di akhir pekan”. Hal tersebut adalah sebuah saran yang keluar tiba-tiba dengan tidak mengetahui secara pasti keseharian bahkan weekend saya itu ngapain saja 😀 Sebenarnya, membuka laptop tidak harus mengerjakan sesuatu yang membuat stress juga kan?, nonton misalnya (kerjaan suami banget nih). So, the definition about stress and it turns out become a problem is really depending on each.  In case, saya butuh refresh dan me time,  saya akan buka laptop. Misalnya, beberapa dari mereka tidak mengetahui bahwa dengan menulis membuat mood  saya jauh lebih baik, dibanding saya harus pergi shopping atau ngemall. Memang sekali-kali ngemall kalau lagi butuh ada yang dibeli atau lagi ingin makan junk food tertentu #eh. My husband know me so well regarding of this and he support me.  Sebagai cewek memang saya tidak begitu suka shopping. Saya lebih suka diajak jalan melihat pegunungan atau hutan, atau keindahan alam, berkunjung ke rumah teman atau kalau tidak jauh-jauh, ke toko buku cukup membuat saya senang :D. When my husband let me to do everything what I want, then I enjoy code something for couple hours, suami bertanya “gak bosen?”. Tidak sama sekali 😀 Berbeda tak apa kan? Padahal juga ngoding iseng saja (kalau kerja tim, saya tidak suka dipaksa-paksa ngoding untuk dikerjakan saat weekend, urusan kantor usahakan saat weekdays begitu pula dengan notificationnya). Intinya saya ingin weekend melakukan apa yang saya suka, jika ada waktu untuk mengerjakan apa yang saya suka, itu bahagia buat saya. 🙂

Buat sebagian orang bekerja di saat weekend terkadang menjadi sebuah kebutuhan. Meski saya bukan termasuk tim yang sepakat kerja kantor saat weekend, tapi kalau buat sebagian orang penting dilakukan untuk kebaikan dan memberikan kebaikan untuk orang yang lebih banyak, juga kenapa tidak? So, well memandang perbedaan itu sebaiknya bukan dari satu sisi saja, apalagi melihat dengan teropong kita saja. Kurang presisi saya rasa. Selama tidak menentang norma dan juga aturan agama, saya rasa berbeda bukan menjadi momok, justru seharusnya membuka pandangan kita akan sebuah perbedaan itu sendiri. Tidak setuju juga boleh, asal tidak memaksakan pandangan kita terhadap orang lain.

Contoh lain, yang lagi hot, 😀 entah sudah berapa banyak orang yang bertanya kepada saya terkait dengan ikut atau tidaknya seleksi CPNS. Reaksinya pun beragam. Saat ditanya alasaannya,  saya sudah jelaskan alasannya, namun beberapa menyatakan pandangan saya terkesan ‘aneh’. Jika ditanya maka tetap akan saya jawab dan tidak memberikan alasan jika tidak ditanya (as usual). Dari saya kecil ortu tidak pernah memaksakan pilihan ke saya, semuanya diserahkan ke saya. Dari situ saya belajar untuk membuat pilihan berdasarkan apa yang saya lihat, temui dan pelajari dari pengalaman orang lain. Suara hati dan juga melibatkan Tuhan sangat penting dalam memutuskan pilihan. Ketika pilihan berbeda, tak seharusnya kan kita menjustifikasi orang lain bahwa pilihan kita lebih baik dari yang lain? Karena Tuhan jauh lebih tau apa yang terbaik buat kita.

Indonesia sudah terlahir dengan budaya yang berbeda, pun seharusnya menerima perbedaan menjadi bagian dari kita menerima reaksi yang berbeda. Sebentar lagi juga pilihan Presiden, semoga perbedaan pilihan di antara teman tidak merusak persahabatan karena perbedaan pendapat itu sendiri. Seandainya pikiran lebih terbuka menerima perbedaan, tak seharusnya perseteruan  tentang perbedaan di sosial media terjadi. Berbeda pendapat kemudian berdebat yang salah satu merasa lebih benar dan baik dari yang lain tidak menimbulkan manfaat apa-apa, selain memperkeruh keadaan, apalagi kabar yang diperdebatkan kabar hoax. Jika berbeda itu tidak dapat dipungkiri, namun masih bisa menerima perbedaan, semoga muncullah rasa damai yang bersemi di negeri ini. <3

Ketika kita tidak tahu benar tentang berita atau keseharian orang lain, janganlah mudah menjustifikasi dengan cepat. Riset boleh tentang berita negeri ini untuk lebih baik tapi kepo dengan urusan pribadi orang juga tak terlalu baik, apalagi tidak kenal-kenal amat atau malah jarang ketemu dan berkomunikasi. Selamat berakhir pekan 🙂

@baitti janati, akhir pekan cerah

Dipandang Sebelah Mata, Saatnya Bangkit

Sedari kecil, motivasi saya terus tumbuh karena hal yang namanya “dipandang sebelah mata”. Motivasi itu kian menjalar menjadi energi yang positif dimana setrumnya sangat pas sekali untuk membuat darah ini mendidih. Mendidih untuk selalu berbuat yang baik, manfaat, dan atas izinNya barokah. Aamiin. Sehingga di salah satu sisi itulah kesempatan saya untuk bersyukur, bermuhasabah, dan benar-benar diingatkan bahwa kesenangan dunia adalah semu. Diingatkan bahwa diri ini masih terlalu banyak kurang dan salah. Semua kesenangan bisa membutakan kita. Semu. Sementara Continue reading

Sawang Sinawang (Saling Memandang)

Sawang sinawang begitulah pepatah Jawa yang  familiar didengar orang-orang Jawa pada khususnya. Artinya saling memandang, memandang kehidupan orang lain dan kehidupan kita. Orang cenderung membandingkan antara satu dengan yang lainnya, meski sebenarnya tidak ada yang perlu dibandingkan, karena semua sudah ada pada garis rejeki masing-masing.  Masing-masing punya potensi dan kompetensi yang berbeda, jadi lebih baik saling menghargai kekurangan, dan mengakui kelebihan orang lain. Bahkan sebenarnya tidak ada kekurangan kalau semuanya bisa diperbaiki, yang biasa disampaikan lewat kritikan. Sesakit apapun kritikan itu tidak apa-apanya, kalau bisa membuat hidup kita lebih baik. Saya jadi ingat salah satu kutipan “lihatlah keatas untuk meraih impian, dan lihatlah ke bawah untuk selalu mensyukuri nikmat yang ada saat ini”. Tak sedikitpun ada yang pantas untuk disombongkan untuk sebuah kesuksesan, disyukuri sih iya 😀 dan cara untuk bersyukur pun akan menimbulkan persepsi yang berbeda, jadi sepertinya lebih baik kita perlu menanyakan diri kita sendiri, niat kita seperti apa. Karena hanya dengan niat yang baik, jalan perjuangan akan barokah, InsyaAllah.

Sebenarnya dengan adanya sawang sinawang tersebut seharusnya membuat kita tetap semangat, apapun keadaan kita saat itu. Saya yakin masih banyak hal yang bisa disyukuri. Contoh hal yang paling sederhana adalah kesehatan, sehingga kita masih bisa bernafas sampai detik ini, keluarga yang melindungi kita, dan teman-teman yang menyayangi kita. Masih ada orang laing yang tidak seberuntung kita, jadi pikiran harus diubah ke hal-hal positif. Ketika berada di lingkungan sosial, kita tidak akan lepas dari yang namanya dirasani orang lain, baik secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Entah itu hal baik atau buruk. Yang jelas Continue reading

Presentasi Tentang Indonesia di Tengah Kelas Internasional

Salah satu mata kuliah diantara 2 mata kuliah non IT yang saya ambil di WUT,Poland ini adalah Presentation Techniques, yang mengharuskan setiap mahasiswa di dalam kelas tersebut show up. Awalnya mengambil mata kuliah ini karena ingin mengimbangi sisi akademik di bidang IT yang sudah cukup bikin klenger. Namun, ternyata juga tidak semudah dan senyantai yang dibayangkan mengambil kelas non IT. Cukup minder juga awalnya karena mostly teman-teman di kelas ini teknik presentasinya sudah pada bagus secara teknik maupun non-teknik. Secara teknik kita belajar mengenai membuat slide presentasi yang seharusnya, nama di bagian depan slide, tidak terlalu banyak tulisan, kombinasi gambar dan tulisan simetris, paduan warna kontras dan jelas (dapat dibaca pada kondisi lampu menyala terang maupun gelap), memberi nomor halaman pada tiap slide, serta berbicara pelan dan tegas. Secara non-teknis kita belajar mengenai body language ketika presentasi. Ah, saya mikir sebelumnya banyak aturan tambah bikin nervous  saat presentasi karena segala aspek dinilai, namun ternyata hal ini berdampak pada orang yang sedang mendengarkan presentasi kita, menarik atau tidak. Karena diberi waktu diskusi setiap kali ada yang selesai presentasi, maka dengan diskusi yang hidup setelah presentasi itu menandakan bahwa kesuksesan tahap awal. Dan baru kemarin, saya merasakan yang khawatir banget kalau gak ada yang tanya. Somehow, membuat orang lain paham dengan apa yang kita bicarakan itu hard to do, apalagi dengan bahasa yang tidak biasanya digunakan.

Di kelas ini ada sekitar lebih dari 20 mahasiswa dari beragam negara Eropa, Asia dan Amerika, dan ada salah satu teman, dia minta maaf di salah satu pembuka presentasinya karena merasa bahasa Inggris-nya kurang begitu bagus (*padahal saya mikir dia kurang bagus apa). Meminta maaf seperti itu tidak diperkenankan dalam presentasi, karena apapun yang terjadi, si pendengar harus menerima apa yang kita omongkan. Tambah berasa sesuatu karena mostly teman-teman presentasi dengan bahasa formal (bahasa akademik) yang tata bahasanya juga sudah bagus. Ya..ya..ya kemudian  I am really aware, kalau gak dipaksa belajar, harus dimulai kapan? Saya juga meminta masukan dari beberapa teman Erasmus dari Indonesia dan beberapa kawan yang lain yang sempat chat pribadi dengan saya :D, sebelum menghadirkan presentasi ini. Tugas pertama kita diberikan kesempatan untuk presentasi free topic dimana kita bisa presentasi tentang negara asal kita. Langsung kepikiran tentang unity in diversity-nya Indonesia.

Rasanya terenyuh ketika mencari-cari referensi tentang negara sendiri, kenapa kita gak bersyukur tinggal dan mempunyai Indonesia?  Tapi merantau itu juga perlu! Nah ya kan bingung 😀 Jika sempat merantau untuk menuntut ilmu, kembalilah, kembalilah untuk Indonesia. Indonesia itu luar biasa! Mungkin saya tidak pernah merasakan perasaan sedalam ini jatuh cinta pada negeri ini kalau gak merantau dan terlebih lagi mendapat kesempatan presentasi tentang Indonesia. Saya sama sekali tidak mengungkap sisi kurangnya Indonesia memang, karena saya pernah dengar dari seseorang, jika kita hanya melihat keburukan, keburukan itu yang akan mudah mendominasi pikiran kita, sementara kita akan melupakan sisi baik yang sebenarnya bisa membuat kita lebih maju. Pun hal yang sama kita lakukan juga dengan menilai orang lain, bukan? 😉

Saya tidak tahu berapa lama saya presentasi karena kita diberi kelonggaran waktu untuk presentasi moreless  20 menit, jadi kita sudah seharusnya mengalokasikan waktu sesuai aturan yang diberikan. Saya saat itu menggunakan pakaian Continue reading

Baru Datang di Warsaw, Langsung Padat

Setelah sampai Warsaw banyak sederetan tanggungan yang harus diselesaikan. Aku datang hari Senin, harusnya aku Senin itu sudah masuk summer course Polish language yang disedikan free untuk mahasiswa Erasmus. hanya saja aku sudah diberi tiket dan dijadwalkan tanggal tersebut, dan no problemo, karena aku sudah ijin tidak masuk di hari Senin. Setelah capek maksimal di hari Senin, hari Selasa aku sudah harus mengurus segala sesuatunya, termasuk bertemu host coordinator  International Office di Warsaw University of Technology (WUT) pukul 09:00.

Jetlag membuatku agak kurang mengontrol kondisi, jadi aku tidur pertama kali itu tidur sebentar dan kemudian kebangun sekitar subuh waktu Indonesia. Kebangun otomatis dan gak ngantuk, yah intinya jetlag lah ya daripada panjang lebar 😀 . Badan rasanya udah pegel-pegel dan gak pengen keluar dari selimut saking dinginnya. Disini matahari bersinar cetar tapi anginnya bak angin gunung, adem mak nyes. Pakai baju pun selalu lebih dari stau lapis untuk menempa dinginnya.

Jadi aktifitas setelah aku sampai sejak dua hari yang lalu diantaranya :

1. Beli ticket bus untuk hari pertama

Ini paling penting karena aku harus ke kampus hari Selasa, dan aku masih belum punya kartu bus. Sempat tanya receptionist di dorm arah dimana ada toko yang jual tiket bus. Ditunjukin arah tapi tidak detail dan aku merasa kebingungan. Saat itu tidak ada internet di tangan dan pulsa nomor lokal juga habis. Akhirnya aku tanya-tanya sama orang yang jalan. Tidak semua bisa bahasa inggris, jadi sepanjang jalan aku hanya menemukan satu orang, ~postur mahasiswa~ yang ngasih tau aku kalau ada toko di ujung jalan yang jualan tiket bus. Sampai di ujung jalan ternyata ada beberapa toko dan aku mondar mandir kebingungan, sambil aku baca-baca kayak papan yang ada gambar bus-nya barangkali aku paham, ternayat tidak juga. Tiba-tiba ada ibu-ibu nyamperin aku dan bilang “do you need any help?” Dalam hati, selalu bersyukur karena ini berkat doa orang tua pikirku. Ibu-ibu itu mengantarkan aku ke toko jual tiket bus, dan dia cukup fasih bahasa inggris, dia menerjemahkan proses jual beli itu inggris-polish ke aku dan penjualnya. Alhamdulillah akhirnya tiket bus di tangan.

IMG_20140916_093457225

Tiket bus yang digunakan kalau belum punya kartu bus.

2. Isi ulang pulsa

Jadi sebenarnya ini tidak harus terjadi di hari pertama mau ke kampus, Continue reading

Cerita Pribadi Pengiriman Motor Bebek Antar Kota

Pindahan itu selalu ribet, ribet sih menurut saya pribadi 😀 #abaikan. Beberapa waktu lalu, masih dalam nuansa pindahan saya mencari-cari informasi tentang pengiriman motor dari Surabaya ke Nganjuk. Awalnya ada tiga pilihan yang saya tahu yaitu via Kantor Pos,  kereta api, dan JNE. Prioritas utama saya saat akan memilih layanan adalah waktu yang fleksibel, yang kedua baru harga, dan urusan sampai berapa hari tidak begitu masalah (asal gak sampai 3 minggu atau sebulan-lah~ kira-kira aja, Surabaya-Nganjuk ga selama itu juga keles 😀 ) .

Untuk pilihan pertama kantor Pos, saya tidak berniat akan mengirimkan via ini kalau masih ada pilihan yang lain, karena sewaktu si Mocik dikirim dari Nganjuk ke Surabaya sudah memakai layanan ini. Alasan lain karena Continue reading

Quality Time di Awal September

7 September 2014

Tinggal hitungan hari (H-7) keberangkatanku menuju Europe dan yang aku rasakan saat ini seperti antara iya dan tidak mau berangkat. Sepanjang malam mulai mimpi yang aneh-aneh, dan yang paling sering adalah mimpi ada di bandara (padahal juga bukan pertama kalinya akan ke bandara). Sebagian packing telah dilakukan, ya kira-kira telah 80% selese. Ada beberapa hal yang belum dilakukan dan akan dikerjakan di hari-hari yang tersisa ini. Awal september kemarin benar-benar sangat padat sekali, padat aktifitas, sekaligus silaturahmi dan memenuhi janji-janji bersama teman-teman. Sangat lelah namun juga senang sekali bisa menjalin keakraban sebagai quality time in a few minutes.

Hari ini, aku meninggalkan Surabaya untuk pulang ke kampung halaman,  khususnya meninggalkan ITS dan kos-ku yang ada di Perumdos ITS . Tahun depan aku InsyaAllah akan kembali ke lingkungan ini dan berjumpa dengan Wisuda 112. Minggu depan masih bertemu Surabaya dengan membawa koper besar dan ransel untuk menempuh ribuan kilometer menuju benua biru, dan aku bersiap untuk berpetualang seorang diri sampai di negeri tujuan, Polandia. Hope this trip will be excited.  Melalui postingan ini aku ingin berterima kasih kepada teman-teman yang telah berjalan suka dan duka bersamaku selama dua tahun di Surabaya. Entah berapa kepala yang telah terlibat dalam aktifitasku, dalam hari-hariku menjalani setiap detik perjalanan hidup. Aku ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian semua, untuk yang telah menyayangi aku, dengan tulus mendukungku, dan membantuku.  Semua menjadi begitu berharga untukku, aku mohon maaf kepada teman-teman jika ada salah kata dan perbuatan baik yang sengaja maupun yang tidak. *perasaan kok jadi melankolis gini postingannya* 😀 Yasudah to the point aja ya lewat potongan foto-foto berikut. Foto yang diambil awal September 2014 (tanggal 3-6 September).

kado

Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan kejutan as known as farewell gift sebelum keberangkatanku. Aku merasa benda ini harus masuk semua ke koperku karena sangat berguna untuk aku gunakan disana. Sama seperti harapan kalian, Continue reading

[Essay] Appealing Closeness Between Tourism and Information Technology

Indonesia is a beautiful country, which has a lot of adorable places, diversity in historical heritage and many great cultures. To describe Indonesia, Javanese proverbs says “gemah ripah loh jinawi”, it means Indonesia is a rich country where every land has magnificent view and the citizen are wealthy enough. When I was talking with some foreigners, most of them were only know about Bali from Indonesia, they said Indonesia is Bali. Whereas, Bali is one of million beautiful places Indonesia has. From Sabang to Merauke you can dig about their own beauty in detail. Most of them become as tourism places, which influences the growth of economy in Indonesia. We cannot deny that tourism has close relationship with many people in social life. Therefore, tourism is also an important aspect in many countries for increasing foreign exchange revenue. It shows that the number of tourists who comes Indonesia increased significantly from year to year, and Indonesia reached about 8 million international visitors in 2012. It is sufficiently large number of visitor for enjoying Indonesia, especially relishing the wonderful places inside.

Most people agree that the world will not know about the wealth of Indonesian tourism when there is not spread well information. From that reasons, technology is needed for broadcasting the information. Indonesia has huge potential in tourism, and it will produce better when technology is combined. We know that information technology is widely used nowadays and technology is the thing that never being halted immediately, because most of people use it. I feel more fascinating when technology is able to be helpful in people life. As a person who closer with computer, I realise that we need a such thing to work with how to produce the information based on users’ need.

The use of information technology in business area is the things that irrefutable. Based on research from Ministry of Communication and Information in Indonesia, eight big cities in Indonesia, such as Batam, Medan, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali apply computer and internet in their company for supporting the potential in the business environment. Most of them are engaged in trading, restaurant and hotel with 32% and 24%, respectively. It shows that Continue reading

Scientific Meeting [Part 3] : Jalan-Jalan

29 Maret 2014

Setelah hectic day  di hari pertama, akhirnya ada waktu tersendiri buat jalan-jalan. Selamat pagi, dan saatnya membuka jendela untuk melihat sinar mentari yang cantik di lantai 5 Hotel Tree. Saatnya untuk jalan-jalan hari ini. Yey! Sebelum jalan-jalan sekalian packing dan check out dari kamar hotel. Setelah beres-beres dan sarapan, kami berangkat dengan 2 bus menuju ke tempat-tempat wisata yang telah diatur sedemikian rupa oleh panitia. Kita tinggal tut wuri 😀

DSC01681

Semburat sinar mentari yang terlihat melalui jendela kamar

Sarapan @Hotel Tree

Sarapan bersama @Hotel Tree (UI, ITS, UNJ, UNHAS)

Lokasi 1 : Pantai Losari Makassar

Kita sampai di Pantai Losari sekitar pukul 09:00 an WITA, sudah cukup panas, namun tetap saja semua bak anak kecil, langsung lari-lari dan bergaya di depan lensa kamera untuk mengabadikan momen [yang kebanyakan] baru pertama kali datang ke Makassar.

 

Pantai Losari11Foto bersama delegasi dari ITS [tanpa Dilla -Teknik Sipil 2012] 😀 Continue reading