Milestone Penelitian Tahun 2018

Seperti 2 tahun sebelumnya, 2016 dan 2017, saya akan berbagi lagi perjalanan menulis publikasi Ilmiah di tahun 2018. Tahun ini saya punya beberapa target menulis beberapa publikasi ilmiah namun tidak semuanya bisa tercapai dan harus menjadi ‘utang’ yang harus dijadikan resolusi pada tahun 2019. Akan tetapi tahun ini, saya membimbing mahasiswa 3 kali lipat lebih banyak dari semester dan tahun sebelumnya, sehingga tenaga dan waktu saya harus saya bagi sebenarnya. Namun memang ternyata, membimbing terlalu banyak dan ingin optimal harus mengorbankan salah satu target, tidak bisa multi tasking karena hasilnya juga tak akan optimal. Harapan saya tahun ini, saya bisa membuat daftar prioritas untuk melakukan bimbingan dan penelitian agar keduanya berjalan beriringan.

Sebelumnya, artikel yang berkaitan:

RESEARCHGATE

Terdapat perbedaan fitur dalam Research Gate sekitar akhir bulan November 2018 yaitu RGScore sudah dihilangkan diganti dengan Total Interest. Saya pernah iseng melihat RG Score bulan November 2018 sekitar 8.40an yang mana kalau dibandingkan nilai RG Score tahun 2017 yang 4,29 ada peningkatan. Total sitasi juga bertambah dari 26 ke 51. Total dibaca 9K di 2017 naik menjadi 24K. Alhamdulillah, semoga ada manfaat yang bisa diambil dari artikel-artikel yang telah diunggah dalam ResearchGate ini.

Alamat ResearchGate saya di sini.

SCOPUS

Untuk indexing pada Scopus, h-index yang dihasilkan masih sama dengan tahun kemarin yaitu 3, namun jumlah dokumen yang dihasilkan kalau naik dari 9 ke 16 dokumen. Dokumen yang tersitasi menurut indexing dari Scopus ada 12 dokumen pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2018 naik menjadi 25 dokumen yang tersitasi. Alhamdulillah. Semoga bisa menghasilkan artikel internasional kembali sambil belajar nulis.

GOOGLE SCHOLAR

Kalau dibandingkan tahun kemarin 2017, dokumen yang tersitasi menurut indexing dari Google Scholar naik dari 40 ke 75. Sementara untuk h-index yang dihasilkan naik 1 poin dari tahun sebelumnya. Menariknya i10-index di tahun 2017 yang sebelumnya tak ada, di tahun 2018 bertambah 2.

Alamat Google Scholar saya di sini.

SINTA

Tambahan yang baru dari artikel pada tahun 2017 yang belum ada dan ada di tahun ini adalah indexing dari SINTA. Indexing SINTA sendiri mengambil gabungan dari Scopus dan Google Scholar. Di kampus tempat saya bekerja, dosen yang telah memiliki NIDN diwajibkan memiliki akun SINTA ini. Berhubung saya baru dapat NIDN sekitar pertengahan tahun, maka saya baru bisa membuat akun ini pada tahun 2018. Di dalam SINTA akan terdapat informasi peringkat berdasarkan publikasi yang dihasilkan. Dari rekaman SINTA saya menduduki peringkat ke-194 dari 1691 (menurut data pada SINTA/yang telah teregister di SINTA) di tempat saya bekerja. Masih jauh ya? Iya, masih belum asisten ahli juga. Jadi, InsyaAllah tidak ngejer peringkatnya, namun manfaatnya.

Alhamdulillah, apapun pencapaian di tahun 2018 wajib disyukuri. Semoga bisa bermanfaat lebih meluas lagi di tahun 2019 dan tahun-tahun berikutnya. Saya juga mulai melakukan kerjasama penelitian kecil-kecilan yang mencoba untuk lintas disiplin agar lebih mendalam kebermanfaatannya. Saya juga masih belajar menyusun dan membenahi road map penelitian yang mana bayangan saya road map tersebut dapat memengaruhi juga hasil pertimbangan saya untuk membimbing mahasiswa dengan topik sejenis, terarah dan terstruktur. Saya masih belajar menjadi pembimbing yang baik yang tak berhenti belajar dan menerima saran. Semoga semangat terus terjaga, dan semoga niat untuk sekolah lagi semakin kuat di tahun 2019 ini. Bismillah. Semua yang terjadi atas izin Allah.

@baitijannati, Malang, malam gerimis seirama

Sepuluh Hari Berbagi Hati di Akhir Tahun

Alhamdulillah, telah berada di penghujung tahun 2018. Dalam tahun ini alhamdulillah banyak pencapaian, meski tak signifikan, namun alhamdulillah, kami cukup bersyukur atas hari-hari kami di tahun 2018. Alhamdulillah. Di sisi lain, tahun 2018 merupakan tahun yang ‘berat’ untuk Indonesia terkait banyaknya bencana atau musibah yang terjadi dalam waktu berdekatan. Semoga keluarga yang ditinggalkan sabar dan tabah serta korban khusnul khatimah. Aamiin. Semoga hal ini menjadi refleksi kita bersama, baik dari segi analisis ilmiah untuk menanggulangi bencana maupun muhasabah diri kepada Sang Pencipta yang memiliki semua yang ada di bumi dan langit.

Akhir tahun 2018 ini, Continue reading

WEKA: Memilih Fitur

Ok, sambungan dari postingan sebelumnya ya. Sekarang kita ingin mencoba untuk memilih fitur atau atribut yang kita perlukan untuk kita olah ke dalam proses machine learning  selanjutnya. Di WEKA sendiri sebenarnya sudah ada fitur yang bernama Select Attributes untuk menyeleksi atau memilih fitur yang bersesuaian dengan beberapa algoritme yang sudah tersedia di dalam WEKA.

Namun kali ini saya tidak akan bicara banyak terkait dengan fitur Select Attributes yang terdapat di WEKA karena sudah ada di buku “Implementasi Data Mining Menggunakan WEKA” ya. Hehe. 

Ok, langsung saja silakan buka file .arff yang kalian punya dengan cara tekan Explorer pada GUI Chooser WEKA kemudian Open file… > pilih file .arrf > Open

Gambar 1. Pada file .arff yang memiliki 122 fitur atribut, karena yang 1 fitur itu kita sudah set sebagai nominal atau kelas dari data sampeltersebut.

Jika ingin menghilangkan satu fitur tersebut, maka kita tinggal tick di bagian kotak Attributes, dan kemudian klik tombol Remove.

Gambar 2. Remove satu atribut

Permasalahannya adalah bagaimana jika atribut yang ingin kita hilangkan itu puluhan. Apakah harus dicentang satu-satu? Lak ya gempor bin rempong k

Pada area Filter di tab  Preprocess tekan tombol Choose>Filters> Unsupervised>Remove

Gambar 3.  Pilih Remove

Setelah melakukan pilih Remove akan keluar tampilan seperti Gambar 4

Gambar 4. Tampilan Remove telah dipilih

Sekarang klik di area Remove seperti pada Gambar 4, maka akan keluar tampilan seperti Gambar 5. Pada attributeIndices pilih indeks atribut yang ingin dihilangkan. Pada kasus ini, saya mencoba menghilangkan atribut ke-2 sampai ke-7 dengan menuliskan 2-7 pada attributeIndices.

Gambar 5. Pilih indeks atribut yang akan dihilangkan

Setelah memasukkan indeks aribut yang akan dihilangkan, maka tekan OK kemudian Apply! Maka akan hilanglah atribut 2-7 tadi, tinggal atribut ke-8 dan seterusnya. 

Gambar 6. Hasil atribut 2-7 yang telah dihilangkan

Ok, jadi deh. Semoga bermanfaat ya 🙂

@A.1.9.7 Pagi cerah, sebelum bimbingan menyerbu 🙂

WEKA: Load CSV dan Mengubah Tipe Data Atribut

Kali ini postingannya sedikit beda dari sebelum-sebelumnya. Sudah lama tidak posting seserius ini 😀 Sebenarnya tidak serius-serius amat sih cuma bersyukur saja bisa ngoding lagi di tengah kepadatan yang mendera (terutama bimbingan yang padat merayap belakangan ini). Alhamdulillah, hobi ini tersalurkan kembali. Jadi, ini hasil iseng pas utek-utek menyimpan atribut dalam .CSV di WEKA.

Jadi, saya sudah memiliki nilai-nilai numerik yang bentuknya adalah matriks. Matriks tersebut adalah hasil generate dari preprocessing koding yang telah saya lakukan dan saya simpan di .csv (Tak perlu saya jelaskan saya ngoding apa ya). Untuk selanjutnya, agar efisien, saya memikirkan bagaimana cara memindahkannya ke WEKA agar mudah untuk dianalisis, tanpa harus ngoding from scratch. Sebenarnya di buku saya yang berjudul “Implementasi Data Mining Menggunakan Weka” saya sudah sertakan bagaimana convert file .csv ke .arff. Meski tidak diubah ke dalam .arff, Weka juga masih bisa membaca file .csv, namun dengan syarat dan ketentuan berlaku. *Cem promo-promo yang terkadang hanya PHP ya :)) Jangan khawatir untuk syarat yang ini gak bakal bikin kamu berasa diPHPin. Oke, langsung saja ya

  1. Buka Weka, kalau belum ada install ya. Pilih Explorer.
Gambar 1

2. Kemudian pilih Open file. Pilih file .CSV. Kemudian klik Open Oh iya, kalau .CSV kalian tidak memenuhi standar, tidak akan bisa dibuka. Nanti akan ada pop up error dan mau tidak mau harus diperbaiki terlebih dahulu. Pastikan ada header di masing-masing kolom. Pada kasus saya, saya sudah menambahkan header

Gambar 2

3. Setelah terbuka file tersebut, kemudian pilih Choose pada area filter. Kemudian pilih weka > filters > unsupervised > attribute > NumericToNominal

Gambar 3
Gambar 4

4. Karena kolom pertama pada matriks saya menunjukkan sebuah kelas, maka saya harus mengubah aribut numerik kelas ersebut menjadi nominal. Jika sudah, maka pada field sebelah tombol Choose pilih index aribut pada attributeIndices =1

Gambar 5

Jadi seperti Gambar 6 ya.

Gambar 6

5. Langkah terakhir adalah klik Apply.

Gambar 7. Tampilan data sudah dapat diproses di Weka

Ok deh, data sudah siap diproses dengan menggunakan Weka, dilihat dari grafik batang yang telah berwarna hitam pekat 🙂

6. Jika sudah selesai dan ingin menyimpan file,  simpan dengan tombol Save.

Gambar 8. Tombol Save
Gambar 9. Simpan dengan menggunakan tipe file .

Sudah ya, sekian dulu postingan ini. Semoga bermanfaat dan jadi catatan pribadi buat saya sendiri sebenarnya 🙂

@A.1.9 FILKOM UB, Sore selepas hujan deras

Berbagi Waktu, Berbagi Kebaikan

Alhamdulillah, saya masih diberi waktu oleh Tuhan untuk semangat dalam menulis, termasuk postingan ini yang ditulis di hari terakhir di bulan September 2018. Itu artinya, kalau saya menulis besok, berarti saya melewatkan satu bulan untuk tidak menulis dalam blog ini, yang mana akan mengingkari janji saya sendiri. Sebelum melanjutkan tulisan ini, marilah kita sejenak berdo’a menghaturkan segala kebaikan dan kesabaran untuk saudara-saudara kita di Palu dan Donggala. Semoga keadaan segera membaik, semoga trauma segera hilang, dan segala infrastruktur segera pulih. Rasanya hati ini pilu melihat video kejadian yang tersebar di berbagai sosial media, pun mendengar berita salah satu karyawan AirNav, Anthonius Gunawan Agung yang berkorban nyawa demi menyelamatkan ratusan penumpang di dalam pesawat. Anthonius membagi sisa waktunya untuk kebaikan yang lebih banyak. Gemetar rasanya hati dan raga ini. Ya Allah, betapa kami ini tidak ada apa-apanya di hadapanMu. Semoga kebaikan selalu tercurah untuk kami semua. Aamiin

Berbicara masalah waktu, beberapa waktu lalu saya sempat meminta mbak Dini untuk membagikan pengalaman dan tips yang biasa beliau lakukan, karena saya melihat beliau sangat produktif di antara statusnya sebagai seorang istri dan karyawan, juga penulis yang seudah menerbitkan puluhan buku. Beliau membagikah kisahnya mengenai manajemen waktu tersebut di sini. Beberapa waktu yang beliau habiskan tentunya untuk kebaikan yang ditebarkan luas tanpa batas dan ruang waktu. Sebenarnya, ketika kita mencoba untuk berbagi waktu dengan orang lain, itu artinya kita melakukan sesuatu untuk diri kita sendiri dan orang lain secara bersamaan. Akan sayang sekali jika waktu tersebut tidak untuk kebaikan, kan?

Permasalahaannya, terkadang tidak mudah untuk membagi waktu, dan kita tidak bisa memenuhi semua permintaan tanpa ada filtering mana yang harus diprioritaskan. Diri kita sendiri juga butuh waktu untuk sekedar me time dan mengembangkan potensi diri. Misalnya, kita meletakkan keluarga sebagai prioritas utama, maka sepenting apapun pekerjaan di luar sana, juga akan ngantri di barisan setelah masalah keluarga itu selesai. Bisa dibilang pekerjaan rumah adalah pekerjaan yang berat buat saya jika dibandingkan pekerjaan kantor. Karena kerjanya berat, maka ganjaran yang diberikan Allah pun tidak tanggung-tanggung untuk yang sudah berumah tangga. Indahnya saat bersama akan meringankan yang berat-berat tadi. Oleh karenanya, jika seseorang sukses dalam pekerjaan kantornya, the main supporting systemnya sudah jelas, yaitu keluarga. Oleh karenanya berbagi waktu dengan keluarga, tentunya akan mengalirkan kebaikan-kebaikan yang lain. Reduce your work during weekend and spend more time with your family. The precious time never come twice. Pada waktu-waktu tertentu saya pun kerap meminta izin suami untuk melakukan something that I like the most. Tanpa izin, saya tidak akan melakukan itu, namun kalau suara hati saya bertolak belakang dengan pendapat beliau, saya akan sampaikan sudut pandang saya juga, dan dengan diskusi, kami mengatur apa yang seharusnya dilakukan berikut batasan-batasannya. Saya dan beliau selalu belajar sama-sama berbagi waktu untuk kebaikan kami bersama.

Kebaikan dalam keluarga tidak dipungkiri menjadi semangat tersendiri dalam menebar kebaikan di lingkungan luar. Jadi semakin belajar bahwa indikasi lingkungan positif bukan hanya teori belaka, namun pada implementasinya akan memengaruhi setiap aktivitas yang kita lakukan.

Pun berbagi waktu dengan orang lain di luar rumah, -dalam hal ini bisa berarti pekerjaan selain di rumah-, adalah hal yang menyenangkan apalagi jika bisa bermanfaat buat orang lain. Beberapa waktu lalu percakapan saya dengan salah seorang kawan yang sudah lama tak jumpa. Sepenggal kalimat yang tersampaikan saat itu via chat.

dia: “Menjadi dosen atau pendidik itu adalah pekerjaan tertinggi. Cuma menjadi pendidik itu ilmunya berkah, amal jariyah.”

Kemudian saya merespon bahwasanya, apapun pekerjaannya jika manfaatnya bisa dirasakan meluas berarti itu juga penting dan bisa menjadi sumber kebahagiaan, dan juga bisa menjadi berkah. Jadi bukan hanya guru saja, atau dosen saja misalnya yang ilmunya berkah, pekerjaan lain pun juga sama. Kita hidup untuk bermaanfaat bagi orang lain, pekerjaan tertinggi kita semua adalah bermanfaat untuk sesama melalui  ridloNya. Sebanyak apapun jam mengajar kalau Allah tidak ridlo, tidak ada kebaikan di dalamnya. Tidak ada diskriminasi pekerjaan hingga label yang bekerja A lebih berkah daripada yang kerjaannya B. Berkah atau tidak itu mutlak penilainNya. Teringat saat saya dulu interview dengan Google. Saya belain ikut interviewnya meski tidak sependapat dengan hati nurani, karena melihat aplikasi Google saat ini sangat membantu berbagai pekerjaan manusia, terlepas dari hal negatif dari penggunaannya yang disalahgunakan beberapa orang yang kurang kerjaan. Contooh manfaat misalnya, sekarang, orang jadi dimudahkan dengan aplikasi Google Maps, sehingga bisa memetakan jalan mana saja yang tidak macet, jalan alaternatif yang bisa digunakan, yang mana dengan memudahkan urusan orang pun kita juga bisa mendapatkan kebahagiaannya. Semua aplikasi tersebut fondasinya adalah ilmu dan penelitian. Ilmu kita juga bisa berkah di dalamnya, asal masih on track dengan kebenaranNya.

Intinya, berbagi waktu yang kita miliki kita bisa memperoleh kebaikan yang menimbulkan kebahagiaan. Tidak hanya berbagi waktu secara horizontal, namun kita harus berbagi waktu juga dengan Pemilik waktu secara vertikal. 🙂

@baiti jannati, Malang, menjelang Maghrib

Another Volunteer Job: Reviewer Paper atau Jurnal Ilmiah

Tetiba pengen ngeblog di akhir April 2018 ini, kali ini mengambil topik tentang menjadi reviewer paper atau jurnal ilmiah. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang mayoritas dikerjakan volunteer di bidang perpublikasian ilmiah. Sejak 2016 saya menerima banyak tawaran untuk menjadi reviewer. Terakhir saya dihubungi oleh salah satu editor jurnal internasional Q3 terindeks Springer dan Scopus untuk memberikan review terhadap paper yang masuk dengan linearitas penelitian yang sama dengan track record saya sebelumnya. Saya tidak menyangka bahwa ada yang meminta request tersebut untuk sekelas jurnal Q3, sementara submit ke sana pun belum pernah. Hal semacam yang tidak disangka-sangka seperti ini selalu hadir saat saya mulai agak kendor untuk menulis jurnal dan memasukkannya ke jurnal bereputasi. Anggap saja ini tamparan yang mendidik saya bahwasanya teruslah meneliti dan bermanfaat untuk orang lain, meski terkadang kita merasa nothing. Baik menjadi penulis maupun reviewer adalah ladang amal sesama manusia untuk saling berbagi tentang apa yang kita tahu berdasarkan keilmuan yang kita miliki.

Seorang dosen senior yang merupakan rekan sejawat pernah Continue reading

Sedikit Banyak Direncanakan

Alhamdulillah wasyukurillah, bulan April 2018. Saya rasa bulan Maret seperti mampir saja, tak terasa waktu cepat sekali berjalan. Benar kata dari seseorang bahwa kalau ada yang lebih berharga daripada uang, itu adalah waktu. Dengan waktu kita bisa mengubah apa saja sesuai dengan apa yang kita kerjakan di rentang waktu tersebut dan uang mengikuti saja dari apa yang kita kerjakan. Uang tak perlu dikejar, yang kita kejar adalah keridhaanNya, sehingga apa yang kita lakukan berkah dan manfaat bagi banyak orang. Sebuah motivasi yang pernah saya baca dari sebuah buku. Motivasi yang terkadang membuat saya berfikir, kalau misalnya kita memiliki banyak rejeki, tentunya akan menghasilkan manfaat yang lebih luas, dan bisa saja salah satu rejeki itu bentuknya adalah uang. Tapi dengan uang yang kita dapatkan Tuhan tidak ridha, berarti ada yang kurang tepat jalan kita mencarinya atau bukan sesuatu yang terbaik untuk kita? Mungkin. Wallahu A’lam.

Bicara mengusakan yang terbaik, ada kalanya hal tersebut berbanding lurus dengan rencana yang kita susun. Dari dulu saya sudah terbiasa menyusun rencana, meski buanyaaak sekali Continue reading

Perjalanan Mengurus Perpanjangan Paspor (Tanpa Calo)

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga proses mengurus (perpanjangan) passpor yang cukup memakan waktu. Oke, saya akan cerita dari awal ya, juga sebagai janji saya kepada beberapa teman yang menanyakan proses penggantian atau perpanjangan paspor dengan menuliskannya ke dalam blog ini. Saya akan coba membagi pengalaman saya pribadi yang mana dalam mengurus perpanjangan paspor saya yang pertama kalinya, telah menyinggahi dua kantor imigrasi, yaitu kantor imigrasi kota Malang dan kantor imigrasi kelas 1 khusus Surabaya.

Antrian Online

Oke, jadi pada jaman now,  antrian di kantor imigrasi (semua kota) harus online. Antrian offline hanya diperuntukkan bagi lansia di atas 65 tahun. Informasi ini saya dapatkan saat di Kantor Imigrasi Malang. Kalian bisa download dan kemudian register melalui aplikasi ini atau cari informasinya di sini. Jadi sebelum nawaitu berangkat untuk ngurus paspor, sebaiknya antri online dulu. Dulu waktu pertama kali saya buat paspor juga online, karena online memang antriannya berbeda, lebih cepat biasanya. Tapi karena sekarang semua online, saya rasa tak jauh berbeda. Sama-sama antri, namun enaknya jelas, karena kita bisa datang tidak terlalu pagi. Minimal 30 menit sebelum jadwal sudah ada di TKP.

Kuota Antrian di Kantor Imigrasi Malang habis

Tertanggal 13 Februari 2018 Continue reading

Sibuk?

Bulan September absen ngeblog nih, dapat hukuman gak ya? 😀 Mau alasan sibuk, hmm sepertinya bukan alasan yang tepat kan ya. Lantas karena apa ya? Nah..nah..nah.. kebanyakan alasan kan ujungnya. 😀 Say sorry to myself. Yep, beberapa waktu lalu sempat memanfaatkan fiur “Poll” di dalam Instagram untuk survei apakah kebanyakan orang itu menggunakan waktunya 24 jam secara ideal? Kita punya 24 jam dalam sehari, kalau kita mau bagi rata ke dalam tida scheme diantaranya: 8 jam untuk kerja, 8 jam istirahat, dan 8 jam melakukan aktifitas lainnya. Susah bukan membagi waktunya? Sebenarnya tidak, kalau kita bisa memanage dengan baik dan tepat. Sayangnya terkadang banyak distraksi di sana sini yang menyebabkan kita tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Salah satu hal penyebabnya adalah mengerjakan banyak hal dalam satu waktu (multi tasking). Akan banyak sumber yang  mengatakan bahwa multi-tasking is damage for your productivity. Instead, kita disuruh mencoba untuk fokus single-taskingAll theories pass to be understood but how’s the implementation?

Di sini ane bukan orang yang sudah mengatur waktu ane dengan prefect lho ya, hanya mengingatkan diri sendiri saja 😀 Intinya fokus terhadap apa yang kita kerjakan itu akan meningkatkan produktivitas, kadarnya tergantung dari kekonsistenan kita. Beberapa kali saya menerapkan cara ini berhasil, namun bisa gagal kembali ketika di tengah-tengah mengerjakan sesuatu ada hal yang harus diselesaikan secepatnya dan secara mendadak pula. Di sini kita belajar terkait how to manage our productivity and stress level, right? 😀 Back to the topic, again, we talk about productivity of managing our time.

Kadang nyesel juga, spending a lot of times just to scroll up Facebook, Twitter or Instagram just for seeing something that really not useful. Nyeselnya di akhir sih (mana ada nyesel di depan) Tapi, tidak jarang saya menemukan banyak manfaat dengan informasi-informasi yang ada di media tersebut. Pokoknya kalau ada temen yang menurut pengukuran ane kagak pantes dibaca ane skip dah, mau unfollow gak tega , buat koleksi saja. Koleksi sesuatu yang tidak baik itu jangan ditiru 😀 Loh kan melebar lagi. Jadi intinya kalau mau bersosmed yang bijak memilih area mana yang harus diperdalam agar berfaedah. Debat-debat kusir no lah ya 🙂 *peace man!

Another reason yang bikin waktu kita dalam sehari gak ideal, sesuatu yang berbau procrastination. Rrr mirip tuh satu tugas belum selesai ada tugas tambahan lagi dan lagi dan lagi. hal seperti ini yang bisa menimbulkan procastination. Pengen sih bikin queue ya, which one is the most priority? 😀 *semuanya? 😀 Dengan procastination  waktu istirahat kita mungkin yang akan terganggu. That’s!, even so holiday time? 😀

Kalau dipikir-pikir memang 24 jam itu cukup, dan pengaturan 24 jam dalam sehari itu memang threshold  manusia untuk melakukan aktivitasnya. Allah tidak suka terhadap hambanya yang berlebihan, termasuk berlebihan dalam hal apapun. Pun bekerja. “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba’: 10-11). Dalam surat An-Naba disitu dijelaskan siang hari untuk bekerja, dan malam hari untuk beristirahat. Tak perlu berlebihan lah porsinya. Libur ya libur dong ya 😀

Yasudah besok terakhir UTS, mendekati weekend. Semoga weekend kita semua berfaedah ya.

See you

@kontrakan bersama suami tercinta <3